Rabu, 22 Februari 2023

Jasa Pengetikan Online Murah di Bumi Sari Natar Lampung Selatan

Jasa Pengetikan Online Murah di Bumi Sari Natar Lampung Selatan

Kami merupakan jasa ketak ketik yang bergerak di bidang usaha pengetikan komputer Online yang akan membantu permasalahan anda bagi Anda mahasiswa/mahasiswi pegawai anak sekolah yang sedang banyak tugas pengetikan dan tidak sempat mengerjakannya kami menyediakan jasa pengetikan makalah skripsi proposal tugas sekolah tugas kantor dll. Baik menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris karena kami memahami kesibukan anda yang begitu padat sehingga tidak memungkinkan untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Kami sebagai jasa pengetikan online menawarkan layanan jasa ketik online sehingga anda tidak perlu lagi bersusah payah untuk pergi ke tempat rental komputer cukup dengan menghubungi kami via sms atau email anda dapat mengirimkan soft copy hasil scan ataupun dalam format jpeg dengan cara mengirimkannya via email dokumen anda terjamin kerahasiaannya. 

Anda dapat mengantar dokumen langsung ke kantor kami atau mengirimkan naskah / dokumen yang akan diketik berupa hasil scan/ gambar atau berupa file pdf ke email kami. Apabila naskah/ dokumen berupa hardcopy anda dapat menggunakan jasa pengiriman paket. Kami menerima jasa pengetikan online seluruh Indonesia.

Jasa ketikan yang kami layani antara lain : Surat menyurat label / tabel / jadwal Makalah / skripsi Daftar Menu / Program Kerja Harga Harga jasa pengetikan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yakni banyaknya halaman spasi yang digunakan serta teks bahasa (bahasa indonesia dan inggris). 

Adapun rinciannya adalah sebagai berikut : Ketikan Teks Bahasa Indonesia ukuran kertas A4 spasi 1 Rp 2.000/Lembar spasi 15  Rp 1.500/Lembar Ketikan Teks Bahasa Inggris ukuran kertas A4 spasi 1 Rp 3.500/Lembar spasi 15  Rp 3.000/Lembar Ketikan Bagan grafik table rumus Harganya mulai dari Rp 5.000 (tergantung tingkat kerumitan) 

ubungi Segera 085652216808 ( Nino Nurmadi S.Kom )






Jumat, 20 Januari 2023

Kontrakan & Kost Bumi Sari Natar

Kontrakan Bumi Sari Natar Lokasi Strategis Dekat dengan Jalan Raya ,Dekat dengan Sekolah Pendidikan TK, SD , SMP , SMA Bahkan Banyak Perusahaan Pabrik Di sekitar Kontrakan. 

Dan Harga Perbulan Sewa Kontrakan & Kost Dimulai Dari 500.000 Rupiah Saja. bisa Bayar Perbulan & Pertahun Untuk Menyewa Kontrakan Segera Hubungi Nomor Di Bawah ini Atau Langsung Kelokasi Tujuan dengan alamat sebagai berikut :

Jalan Raya Bumi Sari Natar Gang Bima Lampung Selatan ( Ruko Ungu ) Tidak Jauh Dari Jalan Raya Setempat Masuk Jalan Bima ( Gang Bima ) Kira - Kira Dari Jalan Bima 6 Sampai 7 Rumah Pertigaan Gang dari jalan Bima. 

Hubungi Segera di Nomor Berikut : 085652216808 Berikut Gambar - Gambar Kontrakan & Kos Bumi Sari Natar Lampung Selatan.













Sabtu, 27 November 2021

Akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam

Akhlak Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam Akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Sifat Rasulullah Aisyah radhiyallahu 'anha menuturkan: Rasulullah bukanlah seorang yang keji dan tidak suka berkata keji, beliau bukan seorang yang suka berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Bahkan sebaliknya, beliau suka memaafkan dan merelakan. (HR. Ahmad) Kesaksian Husein bin Ali Tentang Akhlak Rasulullah Al-Husein cucu beliau menuturkan keluhuran budi pekerti beliau. Ia berkata: "Aku bertanya kepada ayahku tentang adab dan etika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terhadap orang-orang yang bergaul dengan beliau, ayahku menuturkan: "Beliau shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa tersenyum, luhur budi pekerti lagi rendah hati, beliau bukanlah seorang yang kasar, tidak suka berteriak-teriak, bukan tukang cela, tidak suka mencela makanan yang tidak disukainya. Siapa saja yang mengharapkanya pasti tidak akan kecewa dan siapa saja yang memenuhi undangannya pasti akan senantiasa puas. Beliau meninggalkan tiga perkara: "riya', berbangga-bangga diri dan hal yang tidak bermanfaat." Dan beliau menghindarkan diri dari manusia karena tiga perkara: "beliau tidak suka mencela atau memaki orang lain, beliau tidak suka mencari-cari aib orang lain, dan beliau hanya berbicara untuk suatu maslahat yang bernilai pahala." Jika beliau berbicara, pembicaraan beliau membuat teman-teman duduknya tertegun, seakan-akan kepala mereka dihinggapi burung (karena khusyuknya). Jika beliau diam, barulah mereka berbicara. Mereka tidak pernah membantah sabda beliau. Bila ada yang berbicara di hadapan beliau, mereka diam memperhatikannya sampai ia selesai bicara. Pembicaraan mereka disisi beliau hanyalah pembicaraan yang bermanfaat saja. Beliau tertawa bila mereka tertawa. Beliau takjub bila mereka takjub, dan beliau bersabar menghadapi orang asing yang kasar ketika berbicara atau ketika bertanya sesuatu kepada beliau, sehingga para sahabat shallallahu 'alaihi wasallam selalu mengharapkan kedatangan orang asing seperti itu guna memetik faedah. Beliau bersabda: "Bila engkau melihat seseorang yang sedang mencari kebutuhannya, maka bantulah dia." Beliau tidak mau menerima pujian orang kecuali menurut yang selayaknya. Beliau juga tidak mau memutuskan pembicaraan seeorang kecuali orang itu melanggar batas, beliau segera menghentikan pembicaraan tersebut dengan melarangnya atau berdiri meninggalkan majlis." (HR. At-Tirmidzi) Kesaksian Anas Tentang Akhlak Rasulullah Dari Anas RA, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam adalah orang yang paling baik akhlaknya. Pada suatu hari, beliau mengutus saya untuk suatu keperluan. Maka saya berkata, 'Saya tidak akan pergi', tetapi dalam hati saya mengatakan bahwasanya saya akan pergi untuk melaksanakan perintah Rasulullah itu. Kemudian saya keluar dan melewati anak-anak yang sedang bermain di pasar. Tiba-tiba Rasulullah menepuk pundak saya dari belakang. Anas berkata,"Saya melihat Rasulullah tersenyum kepada saya dan berkata, 'Hai Unais, apakah kamu sudah pergi untuk melaksanakan apa yang aku perintahkan kepadamu?' Anas menjawab, "Ya. Saya akan pergi untuk melaksanakannya ya Rasulullah." Anas berkata, "Demi Allah, sembilan tahun lamanya saya mengabdi kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan tidak pernah saya dapatkan beliau menegur saya atas apa yang saya kerjakan dengan ucapan, 'Mengapa kamu tidak melakukan begini dan begitu?' ataupun terhadap apa yang tidak saya laksanakan dengan perkataan, 'Begini dan begini.'" (HR. Muslim) Kesaksian Abu Sufyan Tentang Akhlak Rasulullah Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman Al Hakam bin Nafi' dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud bahwa Abdullah bin 'Abbas telah mengabarkan kepadanya bahwa Abu Sufyan bin Harb telah mengabarkan kepadanya; bahwaHeraclius menerima rombongan dagang Quraisy, yang sedang mengadakan ekspedisi dagang ke Negeri Syam pada saat berlakunya perjanjian antara Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan Abu Sufyan dan orang-orang kafir Quraisy. Saat singgah di Iliya' mereka menemui Heraclius atas undangan Heraclius untuk di diajak dialog di majelisnya, yang saat itu Heraclius bersama dengan para pembesar-pembesar Negeri Romawi. Heraclius berbicara dengan mereka melalui penerjemah. Heraclius berkata; "Siapa diantara kalian yang paling dekat hubungan keluarganya dengan orang yang mengaku sebagai Nabi itu?." Abu Sufyan berkata; maka aku menjawab; "Akulah yang paling dekat hubungan kekeluargaannya dengan dia". Heraclius berkata; "Dekatkanlah dia denganku dan juga sahabat-sahabatnya." Maka mereka meletakkan orang-orang Quraisy berada di belakang Abu Sufyan. Lalu Heraclius berkata melalui penerjemahnya: "Katakan kepadanya, bahwa aku bertanya kepadanya tentang lelaki yang mengaku sebagai Nabi. Jika ia berdusta kepadaku maka kalian harus mendustakannya."Demi Allah, kalau bukan rasa malu akibat tudingan pendusta yang akan mereka lontarkan kepadaku niscaya aku berdusta kepadanya." Abu Sufyan berkata; Maka yang pertama ditanyakannya kepadaku tentangnya (Nabi shallallahu 'alaihi wasallam) adalah: "bagaimana kedudukan nasabnya ditengah-tengah kalian?" Aku jawab: "Dia adalah dari keturunan baik-baik (bangShallallahu ‘alaihi Wasallaman) ". Tanyanya lagi: "Apakah ada orang lain yang pernah mengatakannya sebelum dia?" Aku jawab: "Tidak ada". Tanyanya lagi: "Apakah bapaknya seorang raja?" Jawabku: "Bukan". Apakah yang mengikuti dia orang-orang yang terpandang atau orang-orang yang rendah?" Jawabku: "Bahkan yang mengikutinya adalah orang-orang yang rendah". Dia bertanya lagi: "Apakah bertambah pengikutnya atau berkurang?" Aku jawab: "Bertambah". Dia bertanya lagi: "Apakah ada yang murtad disebabkan dongkol terhadap agamanya?" Aku jawab: "Tidak ada". Dia bertanya lagi: "Apakah kalian pernah mendapatkannya dia berdusta sebelum dia menyampaikan apa yang dikatakannya itu?" Aku jawab: "Tidak pernah". Dia bertanya lagi: "Apakah dia pernah berlaku curang?" Aku jawab: "Tidak pernah. Ketika kami bergaul dengannya, dia tidak pernah melakukan itu". Berkata Abu Sufyan: "Aku tidak mungkin menyampaikan selain ucapan seperti ini". Dia bertanya lagi: "Apakah kalian memeranginya?" Aku jawab: "Iya". Dia bertanya lagi: "Bagaimana kesudahan perang tersebut?" Aku jawab: "Perang antara kami dan dia sangat banyak. Terkadang dia mengalahkan kami terkadang kami yang mengalahkan dia". Dia bertanya lagi: "Apa yang diperintahkannya kepada kalian?" Aku jawab: "Dia menyuruh kami; 'Sembahlah Allah dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan tinggalkan apa yang dikatakan oleh nenek moyang kalian. ' Dia juga memerintahkan kami untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, berkata jujur, saling memaafkan dan menyambung silaturrahim". Maka Heraclius berkata kepada penerjemahnya: "Katakan kepadanya, bahwa aku telah bertanya kepadamu tentang keturunan orang itu, kamu ceritakan bahwa orang itu dari keturunan bangShallallahu ‘alaihi Wasallaman. Begitu juga laki-laki itu dibangkitkan di tengah keturunan kaumnya. Dan aku tanya kepadamu apakah pernah ada orang sebelumnya yang mengatakan seperti yang dikatakannya, kamu jawab tidak. Seandainya dikatakan ada orang sebelumnya yang mengatakannya tentu kuanggap orang ini meniru orang sebelumnya yang pernah mengatakan hal serupa. Aku tanyakan juga kepadamu apakah bapaknya ada yang dari keturunan raja, maka kamu jawab tidak. Aku katakan seandainya bapaknya dari keturunan raja, tentu orang ini sedang menuntut kerajaan bapaknya. Dan aku tanyakan juga kepadamu apakah kalian pernah mendapatkan dia berdusta sebelum dia menyampaikan apa yang dikatakannya, kamu menjawabnya tidak. Sungguh aku memahami, kalau kepada manusia saja dia tidak berani berdusta apalagi berdusta kepada Allah. Dan aku juga telah bertanya kepadamu, apakah yang mengikuti dia orang-orang yang terpandang atau orang-orang yang rendah?" Kamu menjawab orang-orang yang rendah yang mengikutinya. Memang mereka itulah yang menjadi para pengikut Rasul. Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah bertambah pengikutnya atau berkurang, kamu menjawabnya bertambah. Dan memang begitulah perkara iman hingga menjadi sempurna. Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah ada yang murtad disebabkan marah terhadap agamanya. Kamu menjawab tidak ada. Dan memang begitulah iman bila telah masuk tumbuh bersemi di dalam hati. Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah dia pernah berlaku curang, kamu jawab tidak pernah. Dan memang begitulah para Rasul tidak mungkin curang. Dan aku juga sudah bertanya kepadamu apa yang diperintahkannya kepada kalian, kamu jawab dia memerintahkan kalian untuk menyembah Allah dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan melarang kalian menyembah berhala, dia juga memerintahkan kalian untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, berkata jujur, saling memaafkan dan menyambung silaturrahim. Seandainya semua apa yang kamu katakan ini benar, pasti dia akan menguasai kerajaan yang ada di bawah kakiku ini. Sungguh aku telah menduga bahwa dia tidak ada diantara kalian sekarang ini, seandainya aku tahu jalan untuk bisa menemuinya, tentu aku akan berusaha keras menemuinya hingga bila aku sudah berada di sisinya pasti aku akan basuh kedua kakinya. Kemudian Heraclius meminta surat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang dibawa oleh Dihyah untuk para Penguasa Negeri Bashrah, Maka diberikannya surat itu kepada Heraclius, maka dibacanya dan isinya berbunyi: "Bismillahir rahmanir rahim. Dari Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya untuk Heraclius. Penguasa Romawi, Keselamatan bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Kemudian daripada itu, aku mengajakmu dengan seruan Islam; masuk Islamlah kamu, maka kamu akan selamat, Allah akan memberi pahala kepadamu dua kali. Namun jika kamu berpaling, maka kamu menanggung dosa rakyat kamu, dan: Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Rabb selain Allah". Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." Abu Sufyan menuturkan: "Setelah Heraclius menyampaikan apa yang dikatakannya dan selesai membaca surat tersebut, terjadilah hiruk pikuk dan suara-suara ribut, sehingga mengusir kami. Aku berkata kepada teman-temanku setelah kami diusir keluar; "sungguh dia telah diajak kepada urusan Anak Abu Kabsyah. Heraclius mengkhawatirkan kerajaan Romawi."Pada masa itupun aku juga khawatir bahwa Muhammad akan berjaya, sampai akhirnya (perasaan itu hilang setelah) Allah memasukkan aku ke dalam Islam. Dan adalah Ibnu An Nazhur, seorang Pembesar Iliya' dan Heraclius adalah seorang uskup agama Nashrani, dia menceritakan bahwa pada suatu hari ketika Heraclius mengunjungi Iliya' dia sangat gelisah, berkata sebagian komandan perangnya: "Sungguh kami mengingkari keadaanmu. Selanjutnya kata Ibnu Nazhhur, "Heraclius adalah seorang ahli nujum yang selalu memperhatikan perjalanan bintang-bintang. Dia pernah menjawab pertanyaan para pendeta yang bertanya kepadanya; "Pada suatu malam ketika saya mengamati perjalanan bintang-bintang, saya melihat raja Khitan telah lahir, siapakah di antara ummat ini yang di khitan?" Jawab para pendeta; "Yang berkhitan hanyalah orang-orang Yahudi, janganlah anda risau karena orang-orang Yahudi itu. Perintahkan saja keseluruh negeri dalam kerajaan anda, supaya orang-orang Yahudi di negeri tersebut di bunuh." Ketika itu di hadapakan kepada Heraclius seorang utusan raja Bani Ghasssan untuk menceritakan perihal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, setelah orang itu selesai bercerita, lalu Heraclius memerintahkan agar dia diperiksa, apakah dia berkhitan ataukah tidak. Seusai di periksa, ternyata memang dia berkhitam. Lalu di beritahukan orang kepada Heraclius. Heraclius bertanya kepada orang tersebut tentang orang-orang Arab yang lainnya, di khitankah mereka ataukah tidak?" Dia menjawab; "Orang Arab itu di khitan semuanya." Heraclius berkata; 'inilah raja ummat, sesungguhnya dia telah terlahir." Kemudian heraclisu berkirim surat kepada seorang sahabatnya di Roma yang ilmunya setarf dengan Heraclisu (untuk menceritakan perihal kelahiran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam). Sementara itu, ia meneruskan perjalanannya ke negeri Himsha, tetapi sebelum tiba di Himsha, balasan surat dari sahabatnya itu telah tiba terlebih dahulu. Sahabatnya itu menyetujui pendapat Heraclius bahwa Muhammad telah lahir dan bahwa beliau memang seorang Nabi. Heraclius lalu mengundang para pembesar Roma supaya datang ke tempatnya di Himsha, setelah semuanya hadir dalam majlisnya, Heraclius memerintahkan supaya mengunci semua pintu. Kemudian dia berkata; 'Wahai bangsa rum, maukah anda semua beroleh kemenangan dan kemajuan yang gilang gemilang, sedangkan kerajaan tetap utuh di tangan kita? Kalau mau, akuilah Muhammad sebagai Nabi!." Mendengar ucapan itu, mereka lari bagaikan keledai liar, padahal semua pintu telah terkunci. Melihat keadaan yang demikian, Heraclius jadi putus harapan yang mereka akan beriman (percaya kepada kenabian Muhammad). Lalu di perintahkannya semuanya untuk kembali ke tempatnya masing-masing seraya berkata; "Sesungguhnya saya mengucapkan perkataan saya tadi hanyalah sekedar menguji keteguhan hati anda semua. Kini saya telah melihat keteguhan itu." Lalu mereka sujud di hadapan Heraclius dan mereka senang kepadanya. Demikianlah akhir kisah Heraclius. Telah di riwayatkan oleh Shalih bin Kaisan dan Yunus dan Ma'mar dari Az Zuhri.(HR. Bukhari)

Kejujuran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam

Kejujuran RASULULLAH Salallahu Alaihi Wassalam Kejujuran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Rasulullah Menyampaikan Apa Yang Beliau Terima Dari Masruq dia berkata; Aku bertanya kepada 'Aisyah radliallahu 'anhawahai Ibu, Apakah benar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah melihat Rabbnya? Aisyah menjawab; Sungguh rambutku berdiri (karena kaget) atas apa yang kamu katakan. Tiga perkara yang barang siapa mengatakannya kepadamu, maka sungguh ia telah berdusta. Barang siapa mengatakan kepadamu bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam pernah melihat Rabbnya, maka ia telah berdusta. Lalu Aisyah membaca ayat; Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (Al An'am: 103). Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir. (As Syura: 51). Dan barang siapa yang mengatakan kepadamu bahwa beliau mengetahui apa yang akan terjadi pada hari esok maka ia telah berdusta. Lalu Aisyah membaca ayat; Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. (Luqman: 34). Dan barang siapa yang mengatakan kepadamu bahwa beliau menyembunyikan sesuatu, maka ia telah berdusta. Lalu Aisyah membaca ayat; Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. (Al Maidah; 67). Hanya saja beliau pernah melihat bentuk Jibril dua kali. (HR. Bukhari) Jujur Dalam Jual Beli Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah berjalan melewati onggokan makanan yang akan dijual. Lalu beliau memasukkan tangannya ke dalam onggokan itu, maka tanpa diduga sebelumnya, jari-jari tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah. Kemudian beliau keluarkan jari-jarinya yang basah itu seraya bertanya, "Ada apa di dalamnya ini?" Orang yang mempunyai makanan tersebut menjawab, "Mungkin basah karena kehujanan ya Rasulullah?" Lalu Rasulullah pun bertanya lagi kepadanya,"Mengapa tidak kamu letakkan yang basah itu di atas agar supaya dapat diketahui orang lain? Barang siapa yang menipu, maka ia bukan termasuk umatku" (HR. Muslim) Kejujuran Dalam Berdagang Ketika hendak berangkat ke Madinah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengangkat seorang dari Anshar, Shallallahu ‘alaihi Wasallamwab bin Ghazayyah dari suku Adi, sebagai wakilnya di Khaibar. Kemudian Shallallahu ‘alaihi Wasallamwad membawa buah korma yang paling baik (janib) dan diberikannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bertanya :“Apakah semua korma Khaibar seperti ini ? Ia menjawab : „Tidak wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam . Kami tukarkan dua atau tiga gantang korma yang agak jelek (jam) dengan satu gantang korma yang bagus ini. Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :“Jangan kamu lakukan (cara itu). Juallah korma ynag agak jelek itu terlebih dahulu kemudian dengan uang itu belilah korma ynag bagus. (Siroh Al Buthy) Bisnis Dengan Kejujuran Dengan kejujuran dan kemampuannya ternyata Muhammad mampu benar memperdagangkan barang-barang Khadijah, dengan cara perdagangan yang lebih banyak menguntungkan daripada yang dilakukan orang lain sebelumnya. Demikian juga dengan karakter yang manis dan perasaannya yang luhur ia dapat menarik kecintaan dan penghormatan Maisara kepadanya. Setelah tiba waktunya mereka akan kembali, mereka membeli segala barang dagangan dari Syam yang kira-kira akan disukai oleh Khadijah. Dalam perjalanan kembali kafilah itu singgah di Marr'-z-Zahran. Ketika itu Maisara berkata: "Muhammad, cepat-cepatlah kau menemui Khadijah dan ceritakan pengalamanmu. Dia akan mengerti hal itu." (Siroh Muhammad Husain Haikal) Kejujuran Dalam Bercanda Subhanallah, sifat jujur Rasulullah tidak hanyatampak dalam kondisi seriusnamun juga saatbercanda.Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, bahwa datang seorang wanita yang sudah lansia menemui Rasulullah dan memohon agar didoakan masuk surga. Lantas Rasulullah menjawab, "Ya umma fulan, innal jannata la tadkhullah 'ajuzun, Wahai ibu, sungguh surga itu tidak akan dimasuki wanita tua". Kontan, wanita tua itu menangis. Kemudian Rasulullah berkata kembali,"Aku mendapat kabar bahwa tidak akan masuk surga wanita yang sudah tua, karena Allah mengatakan, "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta dan sebaya umurmya."(Qs. Al-Waaqi'ah [56]: 35-37). Seketika itu juga wanita yang menangis tadi pun tersenyum, dan mengetauhi bahwa di dalam surga tidak ada lagi yang tua, semuanya dijadikan muda. (HR. Tirmidzi) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menepati janji Rasulullah Menunggu 3 Hari Rasulullah dikenal sebagai seorang Al Amin. Orang terpercaya yangselalu menepati janji dan melaksanakannya dengan baik. Abdullah bin Abi Khansa berkata, “Aku melakukan transaksi jual-beli dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam. sebelum beliau diutus, dan ada sisa barang yang belum aku berikan padanya, lalu aku menjanjikan padanya untuk memberikannya di tempatnya itu. Di hari yang telah ditentukan itu dan hari setelahnya ternyata aku lupa mendatanginya, aku datang pada hari yang ketiga, aku dapati beliaumasihberada di tempat itu. Beliau berkata, “Wahai Pemuda, kau telah menyusahkan aku, aku telah berada di sini selama tiga hari menunggumu”. ( HR.Abu Dawud ) Mengembalikan barang temuan Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad berkata, Telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin 'Amru Al 'Aqadi berkata, Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal Al Madini dari Rabi'ah bin Abu Abdurrahman dari Yazid mantan budak Al Munba'its, dari Zaid bin Khalid Al Juhani bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ditanya oleh seseorang tentang barang temuan, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kenalilah tali pengikatnya, atau Beliau berkata; kantong dan tutupnya, kemudian umumkan selama satu tahun, setelah itu pergunakanlah. Jika datang pemiliknya maka berikanlah kepadanya". Orang itu bertanya: "Bagaimana dengan orang yang menemukan unta?" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam marah hingga nampak merah mukanya, lalu berkata: "apa urusanmu dengan unta itu, sedang dia selalu membawa air di perutnya, bersepatu sehingga dapat hilir mudik mencari minum dan makan rerumputan, maka biarkanlah dia hingga pemiliknya datang mengambilnya". Orang itu bertanya lagi tentang menemukan kambing, maka Beliau menjawab: "Itu untuk kamu atau saudaramu atau serigala".(HR. Bukhari) Gadai rasulullah Dari Umayyah bin shafwan bin umayyah, dari ayahnya, bahwa waktu perang Hunain, Rasulullah meminjam beberapa buah baju perang yang terbuat dari besi. Dia bertanya,”Apakah barang-barang ini engkau ambil begitu saja?”beliau menjawab,”Itu merupakan pinjaman yang tentu saja ada jaminanannya.” Lalu sebagian baju perang itu ada yang hilang. Melihat hal ini beliau menegaskan tentang jaminannnya dan tetap akan diganti. Saat itulah Shafwan berkata,”Hari ini aku telah masuk Islam dan aku merasa senang” (HR. Ahmad) Dalam persiapan menghadapi peperangan Hunain, disebutkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bahwa Sofwan bin Umaiyah punya sejumlah baju bersi dan senjata. Kemudian Rasulullahs aw mengutus utusan kepadanya, waktu itu Sofwan bin Umaiyah masih musyrik, untuk meminta baju-baju besi dan senjata tersebut. Lalu Sofwan bertanya :“Apakah dengan cara gasap wahai Rasulullah ?“ Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawab :“Bahkan sebagai barang pinjaman. Ia terjamin hingga kami menunaikannya kepada kamu.“ Akhirnya Sofwan meminjamkannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Shallallahu ‘alaihi Wasallam seratus baju besi dan sejumlah senjata. (Siroh Al Buthy) Rasulullah Membeli Tanah Bani Najjar Bukhari di dalam sanadnya meriwayatkan dari Anas bin Malik ra, bahwa ketika masuk wkatu shalat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam melaksanakan shalat di tempat penambatan kambing. Setelah itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memerintahkan pembangunan masjid. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memanggil para tokoh Bani Najjar dan berkata kepada mereka,“Wahai Bani Najjar, berapakah harga tanah kalian ini ? Mereka menjawab,“ Demi Allah kami tidak menghendaki harganya kecuali dari Allah swt.“ Selanjutnya Anas bin Malik mengatkaan,“Di tanah itu terdapat beberapa kuburan kaum Musyrikin, puing-puing bangunan tua dan beberapa pohon kurma. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memerintahkan agar kuburan tersebut dipindahkan , pohon-pohonnya ditebang dan puing-puingnya diratakan.“. Anas bin Malik melanjutkan,“ Kemudian mereka menata batang-batang kurma itu sebagai kiblat masjid“. Dan sambil merampungkan pembangunan masjid bersama mereka , Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengucapkan do‘a : „Allahumma, ya Allah! Tidak ada kebaikan kecuali kebaikan Akhirat, maka tolonglah kaum Anshar dan Muhajirin.“(Siroh Al Buthy) Menepati Perjanjian Mengenai Abu Jandal Pada mulanya kaum Muslimin merasa keberatan menyetujui Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam dalam menerima syarat yang diajukan oleh Suhail bin Amer : „Jika ada seorang dari Quraisy datang kepada Muhammad tanpa ijin walinya maka dia (Muhammad) harus mengembalikan kepada mereka dan barang siapa di antara pengikut Muhammad datang kepada Quraisy maka dia tidak akan dikembalikan.“ Mereka semakin merasa keberatan ketika Abu Jandal (anak Suhail bin Amer) datang melarikan diri dari kaum Musyrikin dalam keadaan terborgol rantai besi, kemudian bapaknya beridri menangkapnya seraya berkata :“Wahai Muhammad , permasalahan sudah kita sepakati sebelum anak ini datang.“ Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menyerahkan Abu Jandal kepada Quraisy, kendatipun Abu Jandal berteriak-teriak dengan suara keras :“Wahai kaum Muslimin ! Apakah aku diserahkan kembali kepada kaum Musyrikin yang akan merongrong agamaku?“ Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda kepada Abu Jandal : „Wahai Abu Jandal, bersabarlah dan berserah dirilah (Kepada Allah)! Sesungguhnya Allah pasti memberikan jalan keluar kepada kamu dan orang-orang ynag tertindas. Kita telah membuat perjanjian dengan mereka dan kita tidak boleh mengkhianati mereka.“(Siroh Al Buthy) Pengakuan Kejujuran Rasul Kredibilitas Muhammad diakui 2x lipat Tatkala Abu Talib mengetahui, bahwa Khadijah sedang menyiapkan perdagangan yang akan dibawa dengan kafilah ke Syam, ia memanggil kemenakannya - yang ketika itu sudah berumur duapuluh lima tahun. "Anakku," kata Abu Talib, "aku bukan orang berpunya. Keadaan makin menekan kita juga. Aku mendengar, bahwa Khadijah mengupah orang dengan dua ekor anak unta. Tapi aku tidak setuju kalau akan mendapat upah semacam itu juga. Setujukah kau kalau hal ini kubicarakan dengan dia?" "Terserah paman," jawab Muhammad. Abu Talibpun pergi mengunjungi Khadijah: "Khadijah, setujukah kau mengupah Muhammad?" tanya Abu Talib. "Aku mendengar engkau mengupah orang dengan dua ekor anak unta Tapi buat Muhammad aku tidak setuju kurang dari empat ekor." "Kalau permintaanmu itu buat orang yang jauh dan tidak kusukai, akan kukabulkan, apalagi buat orang yang dekat dan kusukai." Demikian jawab Khadijah. Kembalilah sang paman kepada kemenakannya dengan menceritakan peristiwa itu. "Ini adalah rejeki yang dilimpahkan Tuhan kepadamu," katanya. Setelah mendapat nasehat paman-pamannya Muhammad pergi dengan Maisara, budak Khadijah. Dengan mengambil jalan padang pasir kafilah itupun berangkat menuju Syam, dengan melalui Wadi'l-Qura, Madyan dan Diar Thamud serta daerah-daerah yang dulu pernah dilalui Muhammad dengan pamannya Abu Talib tatkala umurnya baru duabelas tahun. (Siroh Muhammad Husain Haikal) Ibnu Ishaq berkata,”Khadiah binti Khuwailid adalah seorang saudagar wanita keturunan bangShallallahu ‘alaihi Wasallaman dan kaya raya. Dia mempekerjakan tenaga laki-laki dan melakukan sistem bagi hasil terhadap harta (modal) tersebut sebagai keuntungan untuk mereka nantinya. Kabilah Quraisy dikenal sebagai kaum pedagang handal. Tatkala sampai ke telinga Khadijah perihal kejujuran bicara, amanah dan akhlak Rasulullah yang mulia, dia mengutus seseorang untuk menemuinya dan menawarkan kepadanya untuk memperdagangkan harta miliknya tersebut ke negeri Syam dengan imbalan paling istimewa yang tidak pernah diberikan kepada para pedagang lainnya, dengan didampingi seorang budak laki-laki milik khadijah bernama Maisarah. Beliau menerima tawaran tersebut dan berangkat dengan barang-barang dagangan Khadijah bersama budak tersebut hingga sampai di negeri Syam.” (Siroh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri) Pengakuan Abu Jahal Abu Jahal pernah berkata,”Wahai Muhammad! Sesungguhnya kami tidak pernah mendustakanmu akan tetapi kami mendustakan apa yang engkau bawa.” Lalu turunlah ayat,”Sebenarnya mereka bukan mendustakanmu, tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.”(QS. Al An’am:33) (Siroh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri) Pengakuan Abdullah bin Salam Pada tahun 622 Muhammad s.a.w meninggalkan Mekkah menuju Yastrib. Ketika sampai di Yastrib dan berhenti di Quba, Seseorang dengan tergesa-gesa memasuki kota, berseru mengabarkan kedatangan Muhammad s.a.w. Saat itu saya sedang mengerjakan sesuatu diatas pohon kurma. Bibi saya Khalidah binti al-Harith sedang duduk dibawah pohon. Begitu mendengar kabar itu, saya berteriak: "Allahu Akbar! Allahu Akbar!" waktu bibi saya mendengar teriakan takbir saya itu, dia mengecam "Semoga Tuhan menyusahkan kamu. Demi Tuhan kalau seandainya yang kamu dengar itu berita kedatangan Musa pasti kamu tidak akan sesenang itu". "Bibi, Dia itu sungguh utusan Tuhan. Saudara Musa dan mengikuti agamanya, dia diutus untuk misi yang sama dengan Musa". Dia terdiam lama kemudian berkata "Apakah dia itu nabi yang pernah kamu katakan pada kami yang akan membenarkan kebenaran dakwah para nabi terdahulu? dan menggenapi firman Tuhan?", Jawab saya "Ya". Tanpa ragu-ragu atau menunda saya pergi untuk menemui nabi. Saya melihat kerumunan orang banyak di pintu rumahnya, saya lewati kerumunan itu hingga berada didekatnya. Ucapan pertama yang saya dengar darinya: "Wahai saudara-saudara sekalian, Tebarkan salam, Beri makan mereka yang kelaparan, Dirikanlah salat malam hari saat orang terlelap, maka kalian akan masuk surga dalam damai". Saya menghampiri dia, dari dekat mengamati dirinya dengan seksama dan diyakinkan oleh wajahnya bukanlah seorang pendusta, lalu saya mendekatinya dan menyatakan keyakinan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah. Nabi menatap saya dan bertanya: "Siapa namamu?" jawab saya: "Al Husayn ibn Sailam", "Sekarang namamu diganti jadi Abdullah bin Salam" katanya, memberikan nama baru buat saya. "Ya saya setuju, Abdullah bin Salam (memang seharusnya begitu). Demi Dia yang telah mengutus engkau dalam kebenaran, saya tidak berniat memiliki nama lain setelah hari ini". Saya pulang kerumah dan memperkenalkan Islam kepada istri, anak-anak dan semua orang di rumah termasuk bibi Khalidah yang sudah lanjut usia tapi saya meminta mereka menyembunyikan ke-Islaman kami dari orang-orang Yahudi sampai saya mengizinkan dan mereka setuju. Kesaksian Utbah Ketika Menemui Sahabat sahabatnya. lbnu Ishaq berkata, “Setelah itu, Utbah pulang menemui sahabat-sahabatnya. Sebagian di antara mereka berkata kepada sebagian yang lain, Kami bersumpah dengan‘asma Allah,sungguh, Abu Al-Walid datang ke tempat kalian dengan wajah yang berbeda dengan wajah ketika ia berangkat.’ Ketika Utbah telah duduk, mereka berkata kepadanya, ‘Apa yang ada dibelakangmu, wahai Abu Al-Walid?’ Utbah menjawab, ‘Demi Allah,sungguh aku baru saja mendengar perkataan yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Demi Allah,perkataan tersebut bukan syair. Bukan sihir. Bukan dukun; Hai orang-orang Quraisy, taatlah kepadaku, serahkan persoalan Quraisy kepadaku, dan biarkan orang tersebut (Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam) dan apa yang ia bawa, dan tinggalkan dia! Demi Allah, ucapannya yang aku dengar tadi pada suatu saat akan menjadi berita besar. Jika saja ucapannya tersebut dimiliki orang-orang Arab, sungguh mereka sudah merasa cukup dengannya tanpa kalian. Jika ia berhasil mengalahkan semua orang-orang Arab, maka kekuasaannya ialah kekuasaan kalian,dan kejayaannya adalah kejayaan kalian, kemudian kalian menjadi manusia yang paling berbahagia dengannya.’ Mereka berkata, ‘Demi Allah, dia telah menyihirmu dengan mulutnya.’ Utbah berkata, ‘Ini pendapatku tentang dia. Oleh karena itu, kerjakan apa saja yang kalian inginkan!” Muhammad tidak akan berdusta Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tidak pernah punya niat untuk berdusta kepada manusia dan Allah : “Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pedang dia pada tangan kanannya. Kemudian sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami) dari pemotongan urat nadi itu.“ QS al-Haaqqah : 44-47 (Sirah Al Buthy) Pengakuan 3 tokoh quraisy Suatu ketika, tiga orang tokoh Quraisy berkumpul. Masing-masing dari mereka ternyata telah mendengarkan al-Qur’an secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui oleh dua temannya yang lain, namun kemudian rahasia itu tersingkap. Salah seorang dari mereka bertanya kepada Abu Jahal –yang merupakan salah seorang dari ketiga orang tersebut- : “Bagaimana pendapatmu mengenai apa yang engkau dengar dari Muhammad tersebut?” “Apa yang telah aku dengar? Memang kami telah berselisih dengan Bani ‘Abdi Manaf dalam persoalan derajat sosial; manakala mereka makan, kamipun makan; mereka menanggung sesuatu, kamipun ikut menanggungnya; mereka memberi, kamipun memberi hingga akhirnya kami sejajar diatas tunggangan yang sama (setara derajatnya-red). Kami ibarat dua kuda perang yang sedang bertaruh. Lalu tiba-tiba mereka berkata: ‘kami memiliki nabi yang membawa wahyu dari langit!’. Kapan kami mengetahui hal ini? Demi Allah! kami tidak akan beriman sama sekali kepadanya dan tidak akan membenarkannya”. Abu Jahal pernah berkata: “wahai Muhammad! sesungguhnya kami tidak pernah memdustakanmu akan tetapi kami mendustakan apa yang engkau bawa”. Lalu turunlah ayat: “Sebenarnya mereka bukan mendustakanmu, tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah”. (Q,.s.al-An’âm: 33).(Sirah Al Mubarakfury) Musyawarah Quraisy Untuk Menjuluki Muhammad Melihat hal ini, kaum Quraisy merasa gerah dan pemandangan semacam ini amat menyakitkan mereka. Sidang Majlis membahas upaya menghalangi Jemaah Haji agar tidak mendengarkan Dakwah Muhammad. Sepanjang hari-hari tersebut, ada hal lain yang membuat kaum Quraisy gundah gulana; yaitu bahwa belum beberapa hari atau bulan saja dakwah jahriyyah tersebut berlangsung hingga (tak terasa) mendekati musim haji. Dalam hal ini, kaum Quraisy mengetahui bahwa delegasi Arab akan datang ke negeri mereka. Oleh karena itu, mereka melihat perlunya merangkai satu pernyataan yang nantinya (secara sepakat) mereka sampaikan kepada delegasi tersebut perihal Muhammad agar dakwah yang disiarkannya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jiwa-jiwa mereka (delegasi Arab tersebut). Maka berkumpullah mereka di rumah al-Walid bin al-Mughirah untuk membicarakan satu pernyataan yang tepat dan disepakati bersama tersebut. Lalu al-Walid berkata:” Bersepakatlah mengenai perihalnya (Muhammad) dalam satu pendapat dan janganlah berselisih sehingga membuat sebagian kalian mendustakan pendapat sebagian yang lain dan sebagian lagi menolak pendapat sebagian yang lain”. Mereka berkata kepadanya: “Katakan kepada kami pendapatmu yang akan kami jadikan acuan!”. Lalu dia berkata: “justru kalian yang harus mengemukakan pendapat kalian biar aku dengar dulu”. Mereka berkata: “(kita katakan) dia (Muhammad) adalah seorang dukun”. Dia menjawab: “Tidak! Demi Allah dia bukanlah seorang dukun. Kita telah melihat bagaimana kondisi para dukun sedangkan yang dikatakannya bukan seperti komat-kamit ataupun sajak (mantera-mantera) para dukun”. Mereka berkata lagi: “kita katakan saja; dia seorang yang gila”. Dia menjawab: “Tidak! Demi Allah! dia bukan seorang yang gila. Kita telah mengetahui esensi gila dan telah mengenalnya sedangkan yang dikatakannya bukan dalam kategori ketercekikan, kerasukan ataupun was-was sebagaimana kondisi kegilaan tersebut”. Mereka berkata lagi: “kalau begitu kita katakan saja; dia adalah seorang Penya’ir’ “. Dia menjawab: “Dia bukan seorang Penya’ir. Kita telah mengenal semua bentuk sya’ir; rajaz, hazaj, qaridh, maqbudh dan mabsuth-nya sedangkan yang dikatakannya bukanlah sya’ir”. Mereka berkata lagi: “Kalau begitu; dia adalah Tukang sihir”. Dia menjawab: “Dia bukanlah seorang Tukang sihir. Kita telah melihat para tukang sihir dan jenis-jenis sihir mereka sedangkan yang dikatakannya bukanlah jenis nafts (hembusan) ataupun ‘uqad (buhul-buhul) mereka”. Mereka kemudian berkata: “kalau begitu, apa yang harus kita katakan?”. Dia menjawab: “Demi Allah! sesungguhnya ucapan yang dikatakannya itu amatlah manis dan mengandung sihir (saking indahnya). Akarnya ibarat tandan anggur dan cabangnya ibarat pohon yang rindang. Tidaklah kalian merangkai sesuatupun sepertinya melainkan akan diketahui kebathilannya. Sesungguhnya, pendapat yang lebih dekat mengenai dirinya adalah dengan mengatakan bahwa dia seorang Tukang sihir yang mengarang suatu ucapan berupa sihir yang mampu memisahkan antara seseorang dengan bapaknya, saudaranya dan isterinya. Mereka semua menjadi terpisah lantaran hal itu”. Sebagian riwayat menyebutkan bahwa tatkala al-Walid menolak semua pendapat yang mereka kemukakan kepadanya; mereka berkata kepadanya: “kemukakan kepada kami pendapatmu yang tidak ada celanya!”. Lalu dia berkata kepada mereka: “beri aku kesempatan barang sejenak untuk memikirkan hal itu!”. Lantas al-Walid berfikir dan menguras fikirannya hingga dia dapat menyampaikan kepada mereka pendapatnya tersebut sebagaimana yang disinggung diatas. Dan mengenai al-Walid ini, Allah Ta’ala menurunkan enam belas ayat dari surat al-Muddatstsir, yaitu dari ayat 11 hingga ayat 26; dipertengahan ayat-ayat tersebut terdapat gambaran bagaimana dia berfikir keras, Dia Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya) [18]. maka celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan,[19]. kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan, [20]. kemudian dia memikirkan, [21]. sesudah itu dia bermasam muka dan merengut, [22]. kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, [23]. lalu dia berkata:”(al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), [24]. ini tidak lain hanyalah perkataan manusia”. [25]. Setelah majlis menyepakati keputusan tersebut, mereka mulai melaksanakannya; duduk-duduk di jalan-jalan yang dilalui orang hingga delegasi Arab datang pada musim haji. Setiap ada orang yang lewat, mereka peringatkan dan singgung kepadanya perihal Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam . Sedangkan yang dilakukan oleh Rasululllah Shallallâhu ‘alaihi wasallam manakala sudah datang musimnya adalah mengikuti dan membuntuti orang-orang sampai ke rumah-rumah mereka, di pasar ‘Ukazh, Majinnah dan Dzul Majaz. Beliau mengajak mereka ke jalan Allah namun Abu Lahab yang selalu membuntuti di belakang beliau memotong setiap ajakan beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam dengan berbalik mengatakan kepada mereka: “jangan kalian ta’ati dia karena sesungguhnya dia adalah seorang Shabi’ (orang yang mengikuti syari’at nabi-nabi zaman dahulu atau orang yang menyembah bintang atau menyembah dewa-dewa) lagi Pendusta”. Akhir yang terjadi, justru dari musim itu delegasi Arab banyak mengetahui perihal Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam sehingga namanya menjadi buah bibir orang di seantero negeri Arab. (Sirah Al Mubarakfury)

Rasulullah Sangat Pemalu

Rasulullah Sangat Pemalu Dari Abu Sa'id Al Khudriy radliallahu 'anhu berkata;"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang lebih pemalu dari pada anak gadis perawan yang dipingit di kamarnya". Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Basysyar telah bercerita kepada kami Yahya dan Ibnu Mahdiy keduanya berkata telah bercerita kepada kami Syu'bah seperti hadits ini;"Dan apabila beliau tidak menyukai sesuatu maka dapat dikenali dari wajah beliau". (HR. Bukhari) Dari Abu Said Al Khudri RA, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sangat pemalu melebihi seorang perawan dalam pingitannya. Apabila beliau tidak menyukai sesuatu, maka kami dapat mengetahui dari raut wajah beliau." (HR. Muslim) Malu karena aurat terbuka Dari Jabir bin ‘Abdullah, dia berkata: “ketika Ka’bah direnovasi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan ‘Abbas bekerja mengangkut bebatuan, lalu ‘Abbas berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam :’tarik kainmu hingga sebatas lututmu agar kamu tidak terluka oleh bebatuan, namun beliau tetap tersungkur ke tanah dalam posisi terlentang sedangkan kedua mata beliau mengarah ke langit, tak berapa lama kemudian beliau baru tersadar, sembari berkata: ‘mana kainku! mana kainku!’. Lalu beliau mengikat kembali kain tersebut dengan kencang. Dan dalam riwayat yang lain:’maka setelah itu, tidak pernah lagi ‘aurat beliau kelihatan’. (HR. Bukhari) Menutupi Rasa Malu Orang Yang Bersalah 'Aisyahradhiyallahu 'anhamenuturkan: "Setiap kali disampaikan kepada beliau sesuatu yang kurang berkenan dari seeorang, beliau tidak mengatakan: "Apa maunya si 'Fulan' berkata demikian!" Namun beliau mengatakan: "Apa maunya 'mereka' berkata demikian!" (HR. At-Tirmidzi)

Ketawadhu’an Rasulullah Dalam Penyebutan Aku Hanyalah Manusia Biasa

SIFAT TAWADHU’ Ketawadhu’an Rasulullah Dalam Penyebutan Aku Hanyalah Manusia Biasa Dari Umar bin Kaththab Radhiallaahu anhu ia berkata: Rasulullah pernah bersabda: "Janganlah kamu sanjung aku (secara berlebihan) sebagaimana kaum Nasrani menyanjung 'Isa bin Maryam alaihisSalam secara berlebihan. Aku hanyalah seorang hamba Allah, maka panggillah aku dengan sebutan: hamba Allah dan Rasul-Nya." (HR. Abu Daud) Tenangkanlah Dirimu! Ibnu Mas’ud ramenceritakan,seorang laki-laki datang menemui Rasulullah. Beliau mengajak laki-laki itu berbicara sehingga membuatnya menggigil ketakutan. Rasulullah berkata kepadanya, “Tenangkanlah dirimu! Sesungguhnya aku bukanlah seorang raja. Aku hanyalah putra seorang wanita yang biasa memakan dendeng.” (HR. Ibnu Majah) Sederhana Dalam Penyebutan ‘Abdulloh bin asy- Syikhkhir berkata, “Ketika aku pergi bersama delegasi Bani ‘Amir untuk menemui Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam, kami berkata kepada beliau, “Engkau adalah sayyid (penguasa) kami!” Seketika Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam menjawab, “Assayyidulloohu tabaaroka wa ta’ala”, Sayyid (penguasa) kita adalah Allah Tabaaroka Wa Ta’ala!” Lalu kami berkata, “Dan engkau adalah orang yang paling utama dan paling agung kebaikannya”. Serta merta beliau mengatakan, “Katakanlah sesuai dengan sewajarnya, atau seperti sebagian ucapan kalian dan janganlah sampai kalian terseret oleh Syaithan.”(HR. Abu Dawud) Jangan Mengatakan Begitu Dari ar-Robi' binti Mu'awwidz berkata;Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang menemuiku pada pagi hari dan membangunkan aku. Lalu beliau duduk di atas tikarku seperti posisi dudukmu di hadapanku ini. Saat itu, ada dua budak wanita sedang menabuh gendang sambil bersenandung mencela orang-orang yang terbunuh dari kalangan orangtua mereka pada perang Badar. Hingga berkata salah seorang dari budak itu; "Bersama kami ada Nabi yang mengetahui apa yang bakal terjadi besok". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam segera berkata: "Janganlah kamu mengatakan begitu. Tapi cukup katakan apa yang kamu katakan sebelumnya".(HR. Bukhari) Tidak Ingin Dipuji Berlebihan Dari Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata:"Ada beberapa orang memanggil Rasulullah sambil berkata: "Wahai Rasulullah, wahai orang yang terbaik dan anak orang yang terbaik di antara kami, wahai junjungan kami dan anak dari junjungan kami." Rasulullah segera menyanggah seraya berkata: "Wahai sekalian manusia, katakanlah sewajarnya saja! Jangan sampai kamu digelincirkan setan. Aku adalah Muhammad hamba Allah dan rasul-Nya. Aku tidak sudi kamu angkat di atas kedudukan yang dianugrahkan Allah kepadaku." (HR. An-Nasai) Tidak Ingin Disambut Berdiri Anas bin Malik Radhiallaahu anhu mengungkapkan: "Tidak ada seorangpun yang lebih mereka cintai daripada Rasulullah . Walaupun begitu, apabila mereka melihat beliau, mereka tidak berdiri untuk menyambut beliau. karena mereka mengetahui bahwa beliau tidak menyukai cara seperti itu." (HR. Ahmad) Hamba dan Rasul Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah dan tidak lama kemudian datang lagi malaikat. Malaikat Jibril berkata, “Inilah seorang malaikat, di mana sejak dia diciptakan oleh Allah belum pernah turun ke bumi”. Kemudian malaikat tersebut berkata, “Wahai Muhammad, Tuhanmu telah mengutus kepadaku untuk menyampaikan suatu tawaran kepadamu, apakah engkau ingin dijadikan raja ataukah hanya sebagai seorang hamba dan Rasul-Nya”. Maka mendengar hal itu beliau dengan lantang dan kerendahan hati menjawab, “Aku memilih menjadi seorang hamba dan rasul-Nya saja.Dimana suatu hari aku kenyang dan di hari yang lain aku lapar. Di mana bila kenyang aku akan bersyukur dan bila aku lapar, maka aku akan bersabar". (HR. Ibnu Hibban) Hamba Dan Rasul Dari Abu Hurairah dia berkata,”Jibril duduk di dekat Rasulullah. Ketika memandang ke arah langit, ada seorang malaikat yang sedang turun. Jibril berkata,”Itu ada seorang malaikat yang tidak pernah turun semenjak dia diciptakan dan sebelum datangnya hari kiamat.” Ketika malaikat itu benar-benar sudah turun, dia berkata,”Wahai Muhammad, Rabbmu mengutusku untuk menemuimu dan menawarkan pilihan kepadamu, apakah aku akan menjadikan dirimu sebagai raja dan sekaligus nabi, ataukah hamba dan rasul?” Jibril memberikan isyarat,”Tawadhu’lah kepada Rabbmu wahai Muhammad.” Maka beliau bersabda,”Aku memilih menjadi hamba dan rasul.”(HR. Ahmad) Tidak Membedakan Nabi Dengan Yang Lain Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, "Pada suatu ketika ada seorang Yahudi yang menawarkan barang dagangannya, tetapi ia mendapat penawaran yang tidak disepakatinya {Abdul Aziz merasa ragu; atau yang tidak disukainya}, hingga ia berkata, 'Demi Dzat yang telah mengutamakan Musa dari semua manusia, tidak boleh kalau penawarannya seperti itu.' Abu Hurairah berkata, "Ternyata ucapan orang Yahudi itu didengar oleh seorang sahabat Anshar. Maka tanpa banyak komentar, ditamparnya muka orang Yahudi tersebut." "Mengapa kamu berani berkata, 'Hujat sahabat Anshar itu, "Demi Dzat yang telah mengutamakan Musa dari semua manusia, sementara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam masih berada di antara kami?" Abu Hurairah berkata, "Akhirnya orang Yahudi itu datang menemui Rasulullah dan berkata, 'Wahai Abu Qasim, saya ini adalah orang kafir dzimmi yang dilindungi dan mempunyai hak, sebagaimana kaum muslimin lainnya. Ketahuilah bahwasanya si fulan telah menampar muka saya.' Lalu Rasulullah memanggil sahabat Anshar itu dan bertanya, "Hai sahabat Anshar, mengapa kamu tampar muka orang Yahudi ini?" Sahabat Anshar pun menjawab, "Ya Rasulullah, saya menampar muka orang Yahudi ini lantaran ia berkata, 'Demi Dzat yang telah mengutamakan Musa dari semua manusia.' Mendengar penjelasan sahabat Anshar itu, maka marahlah Rasulullah dan kemarahannya itu tampak pada raut wajahnya hingga beliau berkata, "Janganlah kamu mengutamakan seorang nabi daripada nabi yang lain. Sesungguhnya, ketika sangkakala mulai ditiup, maka pada saat itu pula semua makhluk yang ada di langit dan di muka bumi akan mati, kecuali makhluk yang dikehendaki Allah untuk tidak mati terlebih dahulu. Setelah itu, sangkakala pun ditiup kembali. Maka aku adalah orang yang pertama kali dibangkitkan {atau: aku termasuk salah seorang makhluk Allah yang pertama kali dibangkitkan} dan ternyata Musa telah tibadi arsy. Sebenarnya saya juga tidak tahu apakah pingsannya Musa pada peristiwa gunung Thur itu sudah dianggap sebagai kematianya ataukah ia dibangkitkan lebih dahulu dariku. Aku sendiri tidak berani mengatakan bahwa ada seorang manusia yang lebih utama dan mulia dari pada Yunus bin Matta As." (HR. Muslim) Ketawadhu’an Rasulullah Dalam Pergaulan Menggembala kambing “Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali telah menggembalakan kambing”. Lalu para sahabat beliau bertanya: “Demikian juga engkau?” Beliau menjawab: “Ya, Aku dahulu menggembalakan kambing milik seorang penduduk Mekkah dengan imbalan beberapa qiraath.” (HR. Bukhari-Muslim) Mengangkat Bata Membangun Masjid Dari Abu Hurairah, bahwa orang-orang yang membawa batu bata untuk membangun masjid, dan Rasulullah juga tampak di tengah-tengah mereka. Dia berkata,”Aku menghadap Rasulullah yang pada perut beliau ada sebongkah batu. Kupikir batu bata itu telah merepotkan beliau. Maka aku berkata,”Serahkanlah batu bata itu wahai Rasulullah.” Beliau menjawab,”Ambillah yang lain saja wahai Abu Hurairah. Sesungguhnya tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirat.” (HR. Ahmad) Ikut Bekerja Menggali Parit Dari Al Barra` radliallahu 'anhu dia berkata,"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ikut mengangkuti tanah pada perang Khandaq, hingga perutnya penuh debu -atau perutnya berdebu-, beliau bersabda: 'Ya Allah, seandainya bukan karena-Mu, maka kami tidak akan mendapatkan petunjuk, tidak akan bersedekah dan tidak akan melakukan shalat, maka turunkanlah ketenangan kepada kami, serta kokohkan kaki-kaki kami apabila bertemu dengan musuh. Sesungguhnya orang-orang musyrik telah berlaku semena-mena kepada kami, apabila mereka menghendaki fitnah, maka kami menolaknya.' Beliau menyenandungkan itu sambil mengeraskan suaranya." (HR. Bukhari) Tidak menolak undangan Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu dari Rasulullah beliau bersabda: "Andaikata aku diundang makan paha atau kaki binatang, niscaya aku kabulkan undangannya. Andaikata kepadaku hanya dihadiahkan kaki atau paha binatang, tentu akan aku terima hadiah itu." (HR. Al-Bukhari) Dari Anas ra, ia berkata, “Nabi salallahu alaihi wassalam tidak menolak undangan siapapun, meskipun yang dihidangkan kepada beliau itu hanya berupa roti bulgur yang dibumbui dengan minyak atau lemak yang beku”(HR. At Tirmidzi) Dari Anas, bahwa Rasulullah salallahu alaihi wassalam bersabda, “Seandainya aku diberi oleh seseorang (meski hanya) sebuah kaki kambing, aku akan menerimanya atau aku diundang untuk memakannya, maka aku tidak akan menolaknya” (HR. Imam Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Hibban) Menghadiri Walimah Pelayan Dari Sahl bin Sa’d bahwa Abu Usair as Sa’dy mengundang Nabi untuk menghadiri acara pernikahannya. Istrinya adalah seorang pelayan. Selagi masih dalam suasana pengantin itu, istrinya berkata kepada orang-orang di sekitarnya,”Tahukah kalian apa yang kuhidangkan kepada Rasulullah? Aku menghidangkan buah-buahan yang sudah kurendam selama semalam.” (HR. Ahmad) Menyambut Ja’far Menjadi kebiasaan para sahabat apabila ada seseorang yang baru datang dari perjalanan (Safar) atau sudah lama tidak bertemu. Para Ulama dalam masalah ini berdalil dengan riwayat bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mencium kening Ja‘far bin Abu Thalib dan merangkulnya ketika ia baru datang dari Habasyah. Riwayat tersebut dikeluarkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang shahih. Bahkan Turmidzi meriwayatkan dari Aisyah ra ia berkata :“Ketika Zaid bin Haritsa datang ke Madinah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam ada di rumahku, kemudian ia datang kepada beliau dan mengetuk pintu. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam berdiri menyambutnya seraya menarik pakaiannya kemudian merangkulnya dan menciumnya.“ (Siroh Al Buthy) Menyambut Orang Anas bin Malik Radhiallaahu anhu yang pernah menjadi pelayan Rasulullah telah mengungkapkan kepada kita beberapa sifat yang agung pada diri beliau. Yang sulit ditemukan pada diri seseorang, bahkan pada diri orang banyak. Rasulullah adalah seorang yang sangat lembut, beliau pasti memperhatikan setiap orang yang bertanya kepadanya, beliau tidak akan berpaling sehingga sipenanyalah yang berpaling. Beliau pasti menyambut setiap orang yang mengulurkan tangannya kepada beliau, beliau tidak akan melepas jabatan tangannya sehingga orang itulah yang melepaskan." (HR. Abu Nu'aim dalam kitab Dalaail) Menghormati Tamu Dari Ibnu Umar, bahwa dia pernah masuk ke rumah Nabi. Beliau menyodorkan bantal kepadaku agar aku duduk di atasnya. Tapi aku enggan, sehingga bantal itu tetap teronggok di antara aku dan beliau. (HR. Ahmad) Membalas Kebaikan Dengan Menyambut Tamu Tatkala ada sebuah delegasi dari pihak Najasi datang, dia sendiri yang melayani mereka, sehingga sahabat-sahabat menegurnya: "Sudah cukup ada yang lain," kata sahabat-sahabatnya itu. "Mereka sangat menghormati sahabat-sahabat kita," katanya. "Saya ingin membalas sendiri kebaikan mereka. (Siroh Muhammad Husain Haikal) Rasulullah Di Rumah Abu Ayyub Abu Bakar bin Abi Syaibah, Ibnu Ishaq dan Imam Ahmad bin Hambal meriwayatkan dari beberapa sanad dengan lafadzh yang hampir bersamaan, bahwa Abu Ayyub ra berkata ,“ Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tinggal di rumahku, beliau menempati bagian bawah rumah, sementara aku dan Ummu Ayyub di bagian atas. Kemudian aku katakan kepadanya,“ Wahai Nabi Allah, aku tidak suka dan merasa berat tinggal di atas engkau , sementara engkau berada di bawahku. „ Tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawab,“ Wahai Abu Ayyub, biarkan kami tinggal di bawah, agar orang yang bersama kami dan orang yang ingin berkunjung kepada kami tidak perlu susah payah.“ Selanjutnya Abu Ayyub menceritakan : Demikianlah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tinggal di bagian bawah sementara kami tinggal di bagian atas. Pada suatu hari , gentong kami yang berisi air pecah, maka segeralah aku dan Ummu Ayyub membersihkan air itu dengan selimut kami yang satu-satunya itu, agar air tidak menetes ke bawah yang dapt mengganggu beliau . Setelah itu aku turun kepadanya meminta agar beliau sudi pindah ke atas , sehingga beliau bersedia pindah ke atas. Pada kesempatan lain Abu Ayyub menceritakan : Kami biasa membuatkan makanan malam untuk Nabis aw . Setelah siap makanan itu, kami kirimkan kepada beliau. Jika sisa makanan itu dikembalikan kepada kami, maka aku dan ummu Ayyub berebut pada bekas tangan beliau, dan kami makan bersma sisa makanan itu untuk mendapatkanberkat beliau. Pada suatu malam kami mengantarkan makanan malam yang kami campuri dengan bawang merah dan bawang putih kepada beliau, tetapi ketika makanan itu dikembalikan oelh Rasulullah sw kepada kami, aku tidak melihat adanya bekas tangan yang menyentuhnya. Kemudian dengan rasa cemas aku datang menanyatakan,“Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam , engkau kembalikan makanan malammu , tetapi aku tidak melhat adanya bekas tanganmu. Padahal , setiap kali engkau mengembalikan makanan, aku dan ummu Ayyub selalu berebut pada bekas tanganmu, karena ingin mendapatkan berkat.“ Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawab,“ Aku temui pada makananmu itu bau bawang, padahal aku senantiasa bermunajat kepada Allah. Tetapi untuk kalian makan sajalah.“ Abu Ayyub berkata : Lalu kami memakannya. Setelah itu kami tidak pernah lagi menaruh bawang merah atau bawang putih pada makanan beliau. (Siroh Al Buthy) Membersihkan Ludah Dengan Pelepah Kurma Jabir bin Abdullah berkata kami pernah didatangi oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam di masjid kami ini dengan membawa pelepah kurma di tangannya. Setelah itu, beliau melihat ludah di kiblat masjid. Lalu beliau membersihkan ludah itu dengan pelepah kurma yang beliau bawa. Kemudian beliau menghadap kepada kami dan bertanya, 'Siapakah di antara kalian yang senang apabila Allah berpaling darinya?''Kami semua terdiam dan tidak berkata sepatah kata pun. Beliau bertanya lagi, 'Siapakah di antara kalian yang senang apabila Allah berpaling darinya?''Kami semua terdiam dan tidak berkata sepatah kata pun. Beliau bertanya lagi, 'Siapakah di antara kalian yang senang apabila Allah berpaling darinya?''Akhirnya kami pun menjawab, Tidak ada seorang pun di antara kami yang senang ya Rasulullah.' Lalu beliau melanjutkan perkataannya, 'Sesungguhnya apabila ada seseorang di antara kamu yang sedang berdiri melaksanakan shalat, maka sebenarnya Allah Subhanahu wa ta'ala berada di hadapannya. Oleh karena itu, janganlah ada seseorang yang sedang shalat itu meludah ke arah depan ataupun ke arah kanan, tetapi meludahlah ke arah kiri di bawah kaki kirinya. Apabila ia terpaksa, karena tergesa-gesa, maka hendaknya meludah dipakaiannya seperti ini {kemudian beliau melipat pakaiannya}.'Rasulullah berkata,"Bawakanlah wangi-wangian untukku"Kemudian seorang pemuda segera berangkat pulang ke rumah dan kembali dengan membawa wewangian. Lalu wangi-wangian tersebut diterima oleh Rasulullah dan diletakkan di ujung pelepah kurma. Setelah itu, beliau oleskan wangi-wangian itu pada bekas ludahnya.Jabir berkata, "Atas dasar itu, maka letakkanlah wangi-wangian di masjid kalian!" (HR. Muslim) Aku yang mencari kayu bakar Dalam suatu perjalanan, Nabi memerintahkan untuk menyembelih seekor kambing, salah satu diantara mereka berkata, “Aku yang menyembelihnya,” yang lain berkata, “Aku yang mengulitinya,” yang lain lagi berkata, “Aku yang memasaknya.” Kemudian Rasulullah berkata, “Aku yang mengumpulkan kayu bakarnya.” Mereka berkata, “Cukuplah kami saja yang mengerjakannya.” Beliau berkata, “Aku tahu, bahwa kalian saja sudah cukup untuk mengerjakannya, akan tetapi aku tidak suka untuk diistimewakan dari kalian semua, karena sesungguhnya Allah tidak suka melihat hambanya diistimewakan dari teman-temannya.” Kemudian beliau berdiri dan mengumpulkan kayu bakar. (Siroh al-Mubarakfuri)

ninonurmadi.com, Allah SWT , Muhammad ﷺ , Nino Nurmadi, S.Kom

  ninonurmadi.com, Allah SWT , Muhammad ﷺ , Nino Nurmadi, S.Kom