Sabtu, 27 November 2021

Dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam

DAKWAH Dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Bergegas Menyambut Seruan Dakwah Khadijah pulang. Dilihatnya Muhammad masih tidur. Dipandangnya suaminya itu dengan rasa kasih dan penuh ikhlas, bercampur harap dan cemas. Dalam tidur yang demikian itu, tiba-tiba ia menggigil, napasnya terasa sesak dengan keringat yang sudah membasahi wajahnya. Ia terbangun, manakala didengarnya malaikat datang membawakan wahyu kepadanya: "O orang yang berselimut! Bangunlah dan sampaikan peringatan. Dan agungkan Tuhanmu. Pakaianmupun bersihkan. Dan hindarkan perbuatan dosa. Jangan kau memberi, karena ingin menerima lebih banyak. Dan demi Tuhanmu, tabahkan hatimu." (Qur'an 74: 17) Dipandangnya ia oleh Khadijah, dengan rasa kasih yang lebih besar. Didekatinya ia perlahan-lahan seraya dimintanya, supaya kembali ia tidur dan beristirahat. "Waktu tidur dan istirahat sudah tak ada lagi, Khadijah," jawabnya. "Jibril membawa perintah supaya aku memberi peringatan kepada umat manusia, mengajak mereka, dan supaya mereka beribadat hanya kepada Allah. Tapi siapa yang akan kuajak? Dan siapa pula yang akan mendengarkan?" Khadijah berusaha menenteramkan hatinya. Cepat-cepat ia menceritakan apa yang didengarnya dari Waraqa tadi. Dengan penuh gairah dan bersemangat sekali kemudian ia menyatakan dirinya beriman atas kenabiannya itu. (Siroh Muhammad Husain Haikal) Dakwah Kepada Ali bin Abu Thalib Tatkala Muhammad dan Khadijah sedang sembahyang, tiba-tiba Ali menyeruak masuk. Dilihatnya kedua orang itu sedang ruku' dan sujud serta membaca beberapa ayat Qur'an yang sampai pada waktu itu sudah diwahyukan kepadanya. Anak ifu tertegun berdiri: "Kepada siapa kalian sujud?" tanyanya setelah sembahyang selesai. "Kami sujud kepada Allah," jawab Muhammad, "Yang mengutusku menjadi nabi dan memerintahkan aku mengajak manusia menyembah Allah" Lalu Muhammadpun mengajak sepupunya itu beribadat kepada Allah semata tiada bersekutu serta menerima agama yang dibawa nabi utusanNya dengan meninggalkan berhala-berhala semacam Lat dan 'Uzza. Muhammad lalu membacakan beberapa ayat Qur'an. Ali sangat terpesona karena ayat-ayat itu luarbiasa indahnya. (Siroh Muhammad Husain Haikal) Dakwah Kepada Kerabat Dekat Tiga tahun kemudian sesudah kerasulannya, perintah Allah datang supaya ia mengumumkan ajaran yang masih disembunyikan itu, perintah Allah supaya disampaikan. Ketika itu wahyu datang: "Dan berilah peringatan kepada keluarga-keluargamu yang dekat. Limpahkanlah kasih-sayang kepada orang-orang beriman yang mengikut kau. Kalaupun mereka tidak mau juga mengikuti kau, katakanlah, 'Aku lepas tangan dari segala perbuatan kamu.'" (Qur'an 26: 214-216) "Sampaikanlah apa yang sudah diperintahkan kepadamu, dan tidak usah kauhiraukan orang-orang musyrik itu."(Qur'an 15: 94) Muhammadpun mengundang makan keluarga-keluarga itu ke rumahnya, dicobanya bicara dengan mereka dan mengajak mereka kepada Allah. Tetapi Abu Talib, pamannya, lalu menyetop pembicaraan itu. Ia mengajak orang-orang pergi meninggalkan tempat. Keesokan harinya sekali lagi Muhammad mengundang mereka. Selesai makan, katanya kepada mereka: "Saya tidak melihat ada seorang manusia di kalangan Arab ini dapat membawakan sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari yang saya bawakan kepada kamu sekalian ini. Kubawakan kepada kamu dunia dan akhirat yang terbaik. Tuhan telah menyuruh aku mengajak kamu sekalian. Siapa di antara kamu ini yang mau mendukungku dalam hal ini?" Mereka semua menolak, dan sudah bersiap-siap akan meninggalkannya. Tetapi tiba-tiba Ali bangkit - ketika itu ia masih anak-anak, belum lagi balig. "Rasulullah, saya akan membantumu," katanya. "Saya adalah lawan siapa saja yang kautentang." Banu Hasyim tersenyum, dan ada pula yang tertawa terbahak-bahak. Mata mereka berpindah-pindah dari Abu Talib kepada anaknya. Kemudian mereka semua pergi meninggalkannya dengan ejekan. (Siroh Muhammad Husain Haikal) Dakwah Kepada Kerabat Dari Ali, dia berkata, “Tatkala turun ayat, “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat”, maka Nabi mengumpulkan anggita keluarganya, hingga ada 30 orang yang ikut berkumpul. Selagi mereka sudah makan dan minum, beliau bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menjamin agamaku, janji-janjiku dan mau bersamaku di syurga serta menjadi pengantiku di tengah keluargaku?” Salah seorang di antara mereka berkata,”Wahai Rasulullah, engkau adalah laksana lautan. Lalu siapa yang bisa melakukan hal itu?” Ada pula orang lain yang mengatakan hal serupa, hingga tiga orang. Karena demikian itu dirasa terlalu berat bagi mereka, maka akhirnya Alilah yang menjadi, “Aku” (HR. Ahmad) Dakwah Kepada Keluarga Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu ia berkata: "Ketika turun ayat "Dan berilah peringatan kepada karib kerabatmu yang terdekat." (Asy-Syuara' 214). Beliau mengundang pemuka Quraisy. Setelah mereka berkum-pul, mulailah beliau memberikan pengarahan secara umum dan khusus. Beliau berkata: Wahai Bani Abdu Syams, wahai Bani Ka'ab bin Lu`ai, tebuslah diri kalian dari api Nereka! Wahai Bani Murrah bin Ka'ab, tebuslah diri kalian dari api Neraka! Wahai Bani Abdu Manaf, tebuslah diri kalian dari api Neraka! Wahai Bani Hasyim, tebuslah diri kalian dari api Neraka! Wahai Bani Abdul Muththalib, tebusah diri kalian dari api Neraka! Wahai Fathimah, tebuslah dirimu dari api Neraka! sedikitpun aku tidak berguna bagimu di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala , hanya saja kalian memiliki hubungan kekerabatan yang tetap aku pelihara baik.” (HR. Muslim) Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri ketika diturunkan kepadanya ayat: Dan peringatkanlah keluargamu yang terdekat. (As Syu'ara: 214). Beliau bersabda: "Wahai orang-orang Quraisy, -atau ucapan yang serupa dengannya- belilah diri kalian dari Allah, saya tidak mampu menolong kalian sedikitpun dari Allah, wahai Bani Abd Manaf, saya tidak mampu menolong kalian sedikitpun dari Allah, wahai Abbas bin Abdul Muththalib, saya tidak mampu menolong kamu sedikitpun dari Allah, wahai Shafiyah bibi Rasulullah, saya tidak mampu menolong kamu sedikitpun dari Allah, wahai Fathimah binti Muhammad mintalah kepadaku apa yang engkau inginkan dari hartaku, saya tidak mampu menolong kamu sedikitpun dari Allah." Diriwayatkan pula oleh Ashbagh dari Ibnu Wahab dari Yunus dari Ibnu Syihab.(HR. Bukhari) Berdakwah di kalangan Kaum Kerabat Setelah menerima perintah dalam ayat tersebut, Rasululullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam mengundang keluarga terdekatnya, Bani Hasyim. Mereka datang memenuhi undangan itu disertai oleh beberapa orang dari Bani al-Muththalib bin ‘Abdi Manaf. Mereka semua berjumlah sekitar 45 orang laki-laki. Namun tatkala Rasulullah ingin berbicara, tiba-tiba Abu Lahab memotongnya sembari berkata: “mereka itu (yang hadir) adalah paman-pamanmu, anak-anak mereka; bicaralah dan tinggalkanlah masa kekanak-kanakan! Ketahuilah! Bahwa kaummu tidak memiliki cukup kekuatan untuk melawan seluruh bangsa Arab. Akulah orang yang berhak membimbingmu. Cukuplah bagimu suku-suku dari pihak bapakmu. Bagi mereka, jika engkau ngotot melakukan sebagaimana yang engkau lakukan sekarang, adalah lebih mudah ketimbang bila seluruh suku Quraisy bersama-sama bangsa Arab bergerak memusuhimu. Aku tidak pernah melihat seseorang yang datang kepada suku-suku dari pihak bapaknya dengan membawa suatu yang lebih jelek dari apa yang telah engkau bawa ini”. Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam hanya diam dan tidak berbicara pada majlis itu. Kemudian beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam mengundang mereka lagi, dan berbicara: “alhamdulillah, aku memujiNya, meminta pertolongan, beriman serta bertawakkal kepadaNya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah semata Yang tiada sekutu bagiNya”. Selanjutnya beliau berkata: “sesungguhnya seorang pemimpin tidak mungkin membohongi keluarganya sendiri. Demi Allah yang tiada Tuhan selainNya! Sesungguhnya aku adalah Rasulullah yang datang kepada kalian secara khusus, dan kepada manusia secara umum. Demi Allah! sungguh kalian akan mati sebagaimana kalian tidur dan kalian akan dibangkitkan sebagaimana kalian bangun dari tidur. Sungguh kalian akan dihisab (diminta pertanggungjawabannya) terhadap apa yang kalian lakukan. Sesungguhnya yang ada hanya surga yang abadi atau neraka yang abadi”. Kamudian Abu Thalib berkomentar: “alangkah senangnya kami membantumu, menerima nasehatmu, dan sangat membenarkan kata-katamu. Mereka, yang merupakan suku-suku dari pihak bapakmu telah berkumpul. Sesungguhnya aku hanyalah salah seorang dari mereka namun aku adalah orang yang paling cepat merespek apa yang engkau inginkan; oleh karena itu teruskan apa yang telah diperintahkan kepadamu. Demi Allah! aku masih akan melindungi dan membelamu akan tetapi diriku tidak memberikan cukup keberanian kepadaku untuk berpisah dengan agama Abdul Muththalib “. Ketika itu, berkata Abu Lahab: “demi Allah! ini benar-benar merupakan aib besar. Ayo cegahlah dia sebelum dia berhasil menyeret orang lain selain kalian!. Abu Thalib menjawab: “demi Allah! sungguh selama kami masih hidup, kami akan membelanya”. Celaan Abu Lahab Di Dakwah Pertama Dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma dia berkata;Tatkala turun ayat: Dan peringatkanlah keluargamu yang terdekat, (As Syu'ara: 214). Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam naik ke Shofa dan berteriak memanggil-manggil; 'Wahai bani Fihr, wahai Bani 'Adi dari keturunan Quraisy! Hingga orang-orang pun berkumpul dan apabila ada di antara mereka yang tidak bisa hadir, mereka mengutus utusan untuk menghadirinya. Demikian juga Abu Jahal dan orang-orang Quraisy pun berdatangan. Beliau bersabda: 'Apa pendapat kalian jika kuberitahukan kepada kalian bahwa pasukan berkuda dari musuh di balik lembah ini akan menyerang kalian apakah kalian akan membenarkanku (mempercayaiku)? Mereka menjawab: Tentu, karena kamu tidak pernah berdusta. Lalu beliau berkata: 'Sesungguhnya aku memperingatkan kalian akan adzab yang berat. Maka Abu Lahab berkata: 'Apakah untuk ini engkau mengumpulkan kami?! Celakalah kamu! ia berkata: Maka Allah azza wa jalla menurunkan "Binasalah kedua tangan abu Lahab dan Sesungguhnya dia akan binasa." (QS. Al Lahab: 1). (HR. Bukhari) Dakwah Terang-Terangan di Depan Kakbah Setelah turun firman Allah surat Al Hijr ayat 94, Rasulullah melakukan dakwah Islam secara terang-terangan di tempat-tempat berkumpul dan bertemunya kaum musyrikin. Beliau membacakan Kitabullah kepada mereka dan menyampaikan ajakan yang selalu disampaikan oleh para rasul terdahulu kepada kaum mereka, “Wahai kaumku, sembahlah Allah. Kalian tidak memiliki Tuhan selain-Nya”. Beliau juga mulai memamerkan praktek ibadahnya kepada Allah di depan mata mereka; melakukannya di halaman Kakbah pada siang hari secara terang-terangan dan disaksikan khalayak ramai. (Siroh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri) Tawaran Kaum Quraisy Para pembesar Quraisy belum berputus asa membujuk Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Secara beramai-ramai mereka mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan menawarkan kembali apa yang pernah ditawarkan oleh ‘Utbah kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Mereka menawarkan kekuasaan, harta kekayaan dan pengobatan. Kepada mereka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengatakan, “Aku tidak memerlukan semua yang kamu tawarkan. Aku tidak berdakwah karena menginginkan harta kekayaan, kehormatan, atau kekuasaan. Tetapi Allah mengutusku sebagai Rasul. Dia menurunkan Kitab kepadaku dan memerintahkan aku agar menjadi pemberi kabar gembira dan peringatan. Kemudian aku sampaikan risalah Rabb-ku dan aku sampaikan nasehat kepadamu. Jika kamu menerima dakwahku, maka kebahagiaanlah bagimu di dunia dan di akherat. Jika kamu menolak ajakanku, maka aku bersabar mengikuti perintah Allah sehingga Allah memberikan keputusan antara aku dan kamu.“ Selanjutnya mereka berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam, “Jika anda tidak bersedia menerima tawaran kami, maka sesungguhnya anda telah mengetahui bahwa tidak ada orang yang lebih kecil negerinya, lebih gersang tanahnya dan lebih keras kehidupannya selain dari pada kami. Karena itu mintakanlah untuk kami kepada Rabb yang telah mengutusmu agar menjauhkan gunung-gunung yang menghimpit ini dari negeri kami, mengalirkan sungai-sungai untuk kami sebagaimana sungai-sungai Syam dan Iraq, dan membangkitkan bapak-bapak kami yang telah mati, terutama Qushayyi bin Kilab, karena dia seorang tokoh yang terkenal jujur, sehingga kami dapat bertanya kepadanya tentang apa yang anda katakan. Mintalah buat anda kebun, istana, tambang emas dan perak yang dapat memenuhi apa yang selama ini anda buru. Jika anda telah melakukan apa yang kami minta, maka kami baru akan membenarkan anda. Kami akan akan tahu kedudukan anda di sisi Allah, dan akan mempercayai bahwa Dia mengutusmu sebagai Rasul sebagaimana anda katakan.“ Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam, “Aku tidak akan melakukannya, aku tidak akan meminta hal itu kepada Allah.“ Setelah perdebatan yang panjang, akhirnya mereka berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam, “Kami dengar bahwa anda mempelajari semua itu dari seorang yang tinggal di Yamamah bernama ar-Rahman. Demi Allah kami tidak percaya kepada ar-Rahman. Sesungguhnya kami telah berusaha sepenuhnya kepada anda, wahai Muhammad. Demi Allah, kami tidak akan membiarkan anda mengalahkan kami.“ Kemudian mereka bangkit dan meninggalkan nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam. [Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah karangan Dr. Muhammad Sa`id Ramadhan Al Buthy, alih bahasa (penerjemah): Aunur Rafiq Shaleh, terbitan Robbani Press] Keteguhan Hati Dalam berdakwah Para pemuka Quraisy mendatangi Abu Thali seraya berkata kepadanya,”Wahai Abu Thalib! Sesungguhnya usia, kebangShallallahu ‘alaihi Wasallamanan dan kedudukanmu bernilai di sisi kami. Dan sesungguhnya pula, kami telah memintamu menghentikan polah keponakanmu itu, namun engkau tidak mengindahkannya. Demi Allah, sesungguhnya kami tidak sabar lagi atas perbuatannya mencela nenek moyang kami, menganggap kami sesat dan mencemooh tuhan-tuhan kami, kecuali jika engkau mencegahnya sendiri atau kami yang akan membuat perhitungan dengannya dan denganmu sekaligus. Setelah itu, kita lihat siapa di antara dua pihak ini yang akan binasa.” Ancaman dan ultimatum yang keras tersebut dirasakan berat oleh Abu Thalib, karenanya dia menyongsong Rasulullah seraya berkata kepadanya, “Wahai keponakanku! Sesungguhnya kaummu telah mendatangiku dan mengatakan ini dan itu kepadaku. Maka, kasihanilah aku dan dirimu juga. Janganlah engkau membebaniku dengan sesuatu yang tak mampu aku lakukan!.” Rasulullah mengira bahwa dengan ini, pamannya telah menghentikan pembelaannya dan tak mampu lagi melindungi dirinya, maka beliaupun menjawab,”Wahai pamaku, Demi Allah, andaikata mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan ini, niscaya aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah memenangkannya atau aku binasa karenanya.” Beliau mengungkapkannya dengan berlinang air mata dan tersedu, lalu berdiri dan meninggalkan pamannya, namun pamannya memanggilnya dan tatkala beliau menghampirinya, dia berkata kepadanya, “Pergilah wahai keponakanku, katakanlah apa yang engkau suka, demi Allah, sekali-kali aku tidak akan pernah menyerahkanmu kepada siapa pun!” Lalu Abu Thalib merangkai beberapa untau bait puisi, Demi Allah mereka semua tidak akan dapat menamahmu//Hingga aku mati berkubang tanah//Sampaikanlah dengan lugas urusanmu, tiada cela bagimu//Karenanya bergembiralah kamu dan bersuka citalah”(Siroh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri) Dakwah Nabi Kepada Umar bin Khattab Dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata,”Rasulullah pernah bersabda,”Ya Allah muliakanlah Islam dengan diri Umar bin Khattab atau dengan Abu Jahl bin Hisyam”. Maka Allah menjadikan doa Rasulullah ini bagi Umar bin Khattab. Dengan kehadiran dirinya Islam ditegakkan dan patung-patung dihancurkan. (HR. Thabrani) Ketika Umar masuk ke rumah Rasulullah, saat itu beliau masih di dalam rumah dan sedang menerima wahyu, maka beliaupun eluar menyongsongnya dan menjumpainya di bilik. Beliau mencengkeram kerah baju dan gagang pedangnya, lalu menariknya dengan keras, seraya bersabda,”Tidakkah engkau berhenti dari tindakanmu, wahai Umar? Hingga Allah menginakanmu dan menimpakan bencana kepadamu sebagaimana yang terjadi pada Walid bin Mughirah? Ya Allah! Inilah Umar bin Khathab! Ya Allah! Muliakanlah Islam dengan Umar bin Khattab!”Maka Umar berkata,”Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan engkau utusan Allah.” (Siroh Shafiyyurahman Al Mubarakfury) Dakwah Kepada Paman Abu Thalib Dari Ibnu Al Musayyab dari bapaknya bahwaketika menjelang wafatnya Abu Thalib, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam masuk menemuinya sementara di sampingnya ada Abu Jahal. Beliau berkata: "Wahai pamanku, katakanlah laa ilaaha illallah. Suatu kalimat yang akan aku pergunakan untuk menyelamatkan engkau di sisi Allah". Maka berkata Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah; "Wahai Abu Thalib, apakah kamu akan meninggalkan agama 'Abdul Muthallib?". Keduanya terus saja mengajak Abu Thalib berbicara hingga kalimat terakhir yang diucapkannya kepada mereka adalah dia tetap mengikuti agama 'Abdul Muthallib. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku akan tetap memintakan ampun untukmu selama aku tidak dilarang". Hingga akhirnya turunlah ayat: "Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni Neraka Jahannam." (At-Taubah: 113) Lalu turun juga ayat: "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dike-hendaki-Nya." (Al-Qashash: 56) (HR. Bukhari) Dakwah Kepada Bani Najjar Dari Anas bi Malik, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah masuk ke rumah seseorang dari Bani najar untuk menjenguknya. Beliau bersabda kepadanya, “Hai Paman, ucapkanlah kalimat La ilaha illallah”. Orang itu bertanya, “Paman dari pihak ayah atau ibu?” “Paman dari pihak ibu,” Jawab beliau, “Sekarang ucapkanlah kalimat la ilaha illallah” “Apakah hal itu memang lebih baik bagiku?” Tanya orang itu?” Tanya orang itu.”Benar,” jawab beliau. (HR. Ahmad) Dakwah Kepada Pemuda Yahudi Dari Anas ra, bahwa ada seorang pemuda dari kaum Yahudi yang dulunya menjadi pembantu Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Ketika pemuda itu sakit, beliau menemuinya untuk menjenguknya. Beliau duduk di dekat kepala pemuda itu, seraya bersabda, “Masuklah Islam!” Pemuda Yahudi itu memandangi ayahnya yang juga ada di dekatnya. Bapaknya berkata, “Patuhilah Abul Qasim!” Maka pemuda itu pun masuk Islam. Lalu beliau keluar dari sana seraya bersabda,”Segala puji bagi allah yang telah menyelamatkannya dari neraka” (HR. Bukhari dan Abu Daud) Dakwah Di Musim Haji Dari Mudrik, dia berkata, “Aku naik haji bersama ayahku. Takala kami berada di Mina, tiba-tiba muncul satu jamaah. Aku bertanya kepada ayahku, “Siapakah mereka ini?” Ayahku menjawab, “Pemimpinnya adalah orang yang keluar dari agama”. Ternyata orang yang dimaksud ayahku adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam yang sedang bersabda, “Wahai semua manusia, ucapkanlah lailahaillallah, niscaya kalian beruntung” (HR. Thabrani) Dakwah Di Pasar Darri Rabiah bin ibad yang berasal dari Bani Ad Dail, yang dulunya seorang jahiliyah lalu masuk Islam, dia berkata, “Aku pernah melihat rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam semasa jahiliyah di pasar dzul-majaz, seraya bersabda, “Wahai semua manusia, ucapkanlah lailahaillallah, niscaya kalian beruntung”. Sementara pada saat yang sama orang-orang berkerumu di sekeliling beliau. Di antara mereka ada seseorang yang buruk mukanya, matanya juling dan rambutnya dijalin satu, berkata, “Dia adalah orang yang murtad dan pendusta.” Orang itu selalu membuntuti beliau ke manapun beliau pergi. Aku bertanya kepada orang-orang,”Siapa itu?”. Mereka menjawab, “Dia adalah paman beliau, Abu Lahab” (HR. Ahmad) Dakwah Rasul Kepada Bani Amir Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Az-Zuhri bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam datang kepada Bani Amir bin Sha’sha’ah, lalu mengajak mereka beriman kepada Allah dan menawarkan agama Islam kepada mereka. Kemudian salah seorang dari mereka. Bahira bin Firas berkata,“Demi Allah, kalau aku mengambil anak muda ini dari Quraisy pasti orang-orang Arab akan membunuhnya.“ Selanjutnya dia bertanya,“Bagaimana jika kami berbaiat kepadamu, kemudian Allah memenangkan kamu atas musuhmu, apakah kami akan mendapatkan kedudukan (kekuasaan) sesudahmu ?“ Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam,“Sesungguhnya urusan kekuasaan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya.“ Bahira bin Firas berkata,“Apakah engkau akan menyerahkan leher-leher kami kepada orang-orang Arab demi mebelamu, tetapi setelah Allah memenangkanmu, kekuasaan itu diserahkan kepada selain kami? Kami tidak ada urusan denganmu.“(Siroh Al Buthy) Dakwah Kepada Suku Khazraj Pada tahun kesebelas dari kenabian, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mendatangi kabilah-kabilah sebagaimana dilakukan setiap tahun. Ketika berada di ‘Aqabah (suatu temat antara Mina dan Mekkah, tempat melempar Jumrah ) Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bertemu dengan sekelompok orang dari kabilah Khazraj yang sudah dibukakan hatinya oleh Allah untuk menerima kebaikan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bertanya kepada mereka,“Kalian siapa ?“ Mereka menjawab,“ Kami orang-orang dari kabilah Khazraj.“ Beliau bertanya lagi,“ Apakah kalian dari orang-orang yang bersahabat dengan orang-orang yahidu?“ Mereka menjawab,“Ya benar.“ Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bertanya,“ Apakah kalian bersedia duduk bersama kami untuk bercakap-cakap?“ Jawab mereka,“ Baik.“ Lalu mereka duduk bersma beliau. Beliau mengajak mereka supaya beriman kepada Allah, menawarkan Islam kepada mereka, kemudian membacakan beberapa ayat suci al-Quran. Di antara hal yang telah mengkondisikan hati mereka untuk menerima Islam ialah keberadaan orang-orang Yahudi di negeri mereka. Sedangkan orang-orang Yahudi dikenal sebagai ahli agama dan ilmu pengetahuan. Jika terjadi pertentangan atau peperangan antara mereka dan orang-orang Yahudi, maka kaum Yahudi berkata kepada mereka,“Sesungguhnya sekarnag telah tiba saatnya akan dibangkitkan seorang Nabi. Kami akan mengikutinya, dan bersamanya kami akan memerangi kalian, sebagaimana pembunuhan ‘Aad dan Iram.“ Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berbicara kepada mereka, dan mengajak mereka untuk menganut Islam, mereka berkata seraya saling berpandangan,“Demi Allah, ketahuilah bahwa dia adalah Nabi yang dijanjikan oleh orang-orang Yahudi kepadamu. Jangan sampai mereka mendahului kamu.“ Akhirnya mereka bersedia menganut Islam dan berkata,“Kami tinggalkan kabilah kami yang selalu bermusuhan satu sama lain. Tidak ada kabilah yang saling bermusuhan begitu hebat seperti mereka, masing-masing berusaha menghancurkan lawannya. Mudah-mudahan bersama anda , Allah akan mempersatukan mereka lagi. Kamiakan mendatangi mereka dan mengajak mereka supaya taat kepada anda. Kepada mereka akan kami tawarkan pula agama yang telah kami terima dari anda. Apabila Allah berkenan mempersatukan mereka di bawah piminan anda , maka tidak ada orang lain yang lebih mulia daripada anda.“ Kemudian mereka pulang dan berjanji kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam akan bertemu lagi pada musim haji mendatang. (Siroh Al Buthy) Dakwah Rasulullah di Musim Haji Ahmad, para ahli hadits dan Hamik , ia menshahihkannya. Meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mendatangi orang banyak pada musim haji seraya berkata,“Adakah orang ynag sudi membawaku kepada kaumnya, karena sesungguhnya orang Quraisy menghalangiku untuk menyampaikan wahyu Allah.“(SirohAl Buthy) Dakwah Kepada Bani Kalb Nabi datang ke perkampungan salah satu marga mereka, bernama Bani Abdullah. Beliau menyeru mereka kepada agama Allah dan menawarkan kepada mereka untuk membela beliau. Beliau bersabda kepada mereka,”Wahai Bani Abdullah! Sesungguhnya Allah telah menadikan nama bapak (nenek-moyang) kalian bagus.” Namun mereka tetap menolak apa yang ditawarkan itu. (Siroh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri) Dakwah kepada Adi Bin Hatim Adi bin Hatim, putra Hatim yang terkenal sangat dermawan,adalah seorang Nasrani yang sangat disegani oleh kaumnya. Setelah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan dakwahnya,dia tidak menyukai dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan meninggalkan kaumnya kemudian bergabung dengan orang-orang Nasrani di Syam. Adi menuturkan kisahnya,”aku kemudian lebih membenci keberadaanku disana ketimbang kebencianku kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.Aku lalu putuskan lebih baik aku pergi menemuinya.Kalau ia seorang raja atau pendusta,niscaya aku dapat mengetahuinya dan jika ia seorang yang benar(Nabi),aku harus mengikutinya. Kemudian aku berangkat hingga aku berada dihadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam di Madinah. Aku menemui beliau ketika beliau berada di masjidnya lalu aku ucapkan salam kepadanya. Beliau bertanya: “Siapa anda?”Aku jawab: “Adi bin Hatim!” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam kemudian berdiri dan membawaku kerumahnya. Demi Allah ketika beliau membawaku kerumah tiba-tiba ada seorang perempuan tua dan lemah yang mencegatnya kemudian beliau pun berhenti lama sekali kepada wanita yang mengajukan keperluannya kepada beliau itu. Menyaksikan hal ini aku berkata didalam hati: “Demi Allah, ini bukan gaya seorang raja.” Setelah itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berjalan lagi membawaku. Ketika membawaku masuk kedalam rumahnya, beliau mengambil sebuah bantal dari kulit yang sangat sederhana kemudian melemparkannya kepadaku seraya berkata: Duduklah diatasnya! Aku jawab: Anda sajalah! Kemudian aku pun duduk diatas bantal itu sedangkan beliau sendiri duduk diatas tanah. Didalam hati aku berkata: Demi Allah, ini bukan perilaku seorang raja. Kemudian beliau berkata: “Wahai Adi bin Hatim apakah engkau mengetahui Ilah selain Allah? “Aku jawab: Tidak Beliau bertanya lagi:Bukankah engkau seorang yang beragama?Aku jawab: Ya benar demikian. Beliau bertanya lagi: ”Bukankah engkau memungut seperempat dari barang rampasan yang diperoleh kaummu?”Aku jawab: Ya benar demikian. Beliau kemudian berkomentar: “Sesungguhnya hal itu tidak dihalalkan oleh Agamamu.”Aku jawab: Demi Allah, memang dilarang. Selanjutnya beliau berkata:” Wahai Adi bin Hatim, barangkali engkau enggan memeluk agama ini (Islam) karena melihat kemiskinan dikalangan pemeluknya. Demi Allah sebentar lagi harta kekayaan akan berlimpah ruah kepada mereka (kaum Muslim) sehingga tidak ada lagi orang yang mau mengambilnya. Barangkali engkau masih enggan memeluk agama ini (Islam) karena banyaknya musuh mereka dan sedikitnya jumlah mereka. Demi Allah, sebentar lagi engkau akan mendengar seorang wanita yang pergi dari Qadisiah menunggang ontanya kerumah ini tanpa rasa takut. Barangkali engkau masih enggan memeluk agama ini karena kerajaan dan kekuasaan masih berada ditangan orang-orang selain mereka. Demi Allah, sebentar lagi engkau akan mendengar tentang istana-istana putih dari Babilonia jatuh ketangan mereka (kaum Muslimin).” Adi berkata: Kemudian akupun masuk Islam. Adi berkata: Kemudian aku telah menyaksikan dua hal yang disebutkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam diatas: Wanita (yang pergi dari Qadisiah ke Madinah sendirian tanpa takut, sebagaimana yang diramalkan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam) dan aku sendiri ikut dalam pasukan pertama penyerbuan harta kekayaan Kisra. Aku bersumpah kepada Allah, hal ketiga yang dijanjikan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam pasti akan terbukti. [Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq,Imam Ahmad,dan Al-baghawi didalam Mu'jamnya dengan beberapa lafal hampir sama.Lihat al-Ishabah,Ibnu Hajar,2/461 dan Taribu Musnadi,Imam Ahmad,21/108] Pembersihkan Kakbah Berniat Menyucikan dan Memperbaiki Kakbah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah bersabda dalam sebuah riwayat Aisyah : “Wahai Aisyah, kalau bukan karena kaummu masih dekat dengan masa jahiliyah, niscaya aku perintahkan (untuk membongkar dan membangun) Ka’bah, kemudian aku masukkan kepadanya apa yang pernah dikeluarkan darinya, aku perdalam lagi ke bumi dan aku buat padanya pintu timur dan barat, lalu aku sempurnakan sesuai asas Ibrahim.(Siroh Al Buthy) Menghapus Budaya Jahiliyah Sekembalinya dari Tabuk, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam ingin melaksanakan ibadah Haji, kemudian berasbda : „Tetapi orang-orang musyrik masih hadir melakukan thawaf dengan telanjang. Aku tidak ingin melaksanakan ibadah haji sebelum hal itu dihapuskan.“ Kemudian beliau mengutus Abu Bakar ra dan menyusulinya dengan Ali ra guna melarang kaum musyrikin melakukan ibadah haji setelah tahun ini, dan memberikan tempo selama empat bulan untuk masuk Islam. Setelah itu tidak ada pilihan antara merkea dan kaum Muslimin kecuali perang. Bukhari meriwayatkan di dalam kitabil maghazi dari Abu Hurairah ra bahwa Abu Bakar ra diutus oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam sebagai Amir jama‘ah haji sebelum haji wada‘ (haji Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam). Pada hari nahr (penyembelihan kurban), Abu Bakar ra mengumumkan di tengah kerumunan manusia : Sesudah tahun ini tak seorang musyrik pun boleh menunaikan ibadah haji, dan tak seorang pun boleh berthawaf tanpa pakaian. (Siroh Al Buthy) Rasulullah Membersihkan Kakbah Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam memasuki Mekkah langsung menuju Ka‘bah. Di sekitar Ka‘bah masih terdapat 360 berhala. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menghancurkannya satu persatu dengan sebuah pentungan di tangannya seraya mengucapkan :“Kebenaran telah tiba dan lenyaplah kebathilan. Kebenaran telah tiba dan kebathilan tak akan kembali lagi.“ Di dalam Ka‘bah juga terdapat beberpaa berhala sehingga Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam enggan memasukinya sebelum berhala-berhala itu dihancurkan. Kemudian berhala-berhala itu dikeluarkan. Di antaranya terdapat patung Ibrahim dan Isma‘il di kedua tangannya memegang Azlam (anak panah untuk berjudi). Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam :“Celakalah mereka, sesungguhnya mereka tahu bahwa keduanya (Ibrahim dan Ismail as) tidak pernah berjudi sama sekali.“ Setelah itu Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam masuk ke dalam Ka‘bah dan bertakbir di sudut-sudut Ka‘bah kemudian keluar dan tidak melakukan shalat di dalamnya. (Siroh Al Buthy) Menghancurkan Berhala Abdullah radliallahu 'anhu, katanya,Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memasuki Makkah pada penaklukan Makkah yang ketika itu di sekitar ka'bah ada tiga ratus enam puluh patung, lantas beliau porak-porandakan dengan sebongkah kayu di tangannya seraya beliau serukan "Sekarang telah datang kebenaran dan kebatilan telah musnah." (QS. Isra'; 81), "Sekarang kebenaran telah datang dan kebatilan tak akan terulang dan kembali lagi." (QS. Saba': 49). (HR. Bukhari) Dari Abdullah bin Mas'ud RA, dia berkata, "Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memasuki kota Makkah, di sekitar Ka'bah terdapat tiga ratus enam puluh buah berhala. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berupaya merubuhkan patung-patung tersebut dengan tongkat di tangannya seraya berkata, "Telah datang kebenaran dan telah musnah kebatilan. Sesungguhnya kebatilan pasti akan musnah. Kebenaran telah datang dan yang batil tidak akan timbul serta tidak akan terulang.'" Ibnu Abu Umar menambahkan, "Peristiwa ini terjadi pada saat penaklukan kota Makkah." (HR. Muslim) Menyerahkan Kunci Kakbah Pada Usman bin Thalhah Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam memerintahkan Ustman bin Thalhah (termasuk pemegang kunci Ka‘bah) agar memberikan kunci kepada beliau. Dengan kunci tersebut Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam membuka Ka‘bah kemudian masuk ke dalamnya. Setelah keluar Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam memanggil Ustman bin Thalhah dan mengembalikan kunci itu kepadanya seraya berkata :“Terimalah kunci ini untuk selamanya. Sebenarnya bukan aku yang menyerakannya kepada kalian, tetapi Allah yang menyerahkannya kepada kalian. Sesungguhnya tidak seorang pun akan mencabutnya (hak memegang kunci Ka‘bah) kecuali seorang ynag zhalim.“ Dengan ucapan ini beliau mengisyaratkan kepada firman Allah :“Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian agar menyampaikan amanat-amanat itu kepada para ahlinya.“ (Siroh Al Buthy) Menghancurkan Masjid Kaum Munafik Menghancurkan Masjid Kaum Munafik Ibnu Katsir meriwayatkan dari Sa‘id bin Jubair, Urwah, Qatadah dan lainnya bahwa di Madinah ada seseorang Rahib (pendeta) dari suku Khazraj bernama Abu Amir. Ia memeluk agama nasrani di masa Jahiliyah dan memiliki kedudukan penting di kalangan kabilah Khazraj. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam datang ke Madinah kemudian kaum Muslimin berhimpun di sekitar beliau dan Islam pun telah menyebar luas, Abu Amir bangkit menunjukkan permusuhan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Ia pergi ke Mekkah meminta dukungan orang-orang musyrik Quraisy untuk memerangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Setelah melihat dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam semakin bertambah maju dan kuat, ia pun pergi menemui Heraklius, raja Romawi, meminta bantuannya untuk menghadapi Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Kepadanya heraklius menjanjikan apa yang diinginkannya kemudian ia pun tinggal di negeri Heraklius. Dari tempat pengasingannya ini ia menulis surat kepada orang-orang munafiqMadinah yang isinya menjanjikan kepada mereka apa yang dijanjikan oleh Heraklius kepadanya dan memetintahkan mereka agar membangun sebuah markas tempat mereka berkumpul untuk merealisasikan rencana jahat ynag tertuang di dalam surat-suratnya tersebut. Kemudian mereka membangung sebuah masjid di dekat masjid Quba‘. Masjid ini telah rampung mereka bangun sebelum Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berangkat ke Tabuk. Kemudian mereka datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, meminta agar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sudi kiranya shalat di masjid mereka untuk dijadikan dalih dan bukti persetujuannya. Mereka mengemukakan bhwa masjid tersebut dibangung untuk orang-orang lemah di antara mereka dan orang-orang yang tidak dapat keluar di malam yang dingin. Tetapi Allah melindungi beliau dari melaksanakan shalat di masjid mereka. Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawab : „Kami sekarang mau berangkat , Insya Allah nanti setelah pulang.“ Sehari atau beberapa hari sebelum Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tiba di Madinah dari perjalanan Tabuk, Jibril turun membawa berita tentang masjid Dhihar yang sengaja mereka bangun di aas dasar kekafiran dan tujuan memecah belah jama‘ah kaum Mukminin. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengutus beberapa shabatnya untuk menghancurkan masjid tersebut seblum beliau datang di Madinah. Berkenaan dengan masjid ini turunlah firman Allah : „Dan (di antara orang-orang munafiq itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin) untuk kekafiran dan untuk memecah belah di antara ornag-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang meemrangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka bersumpah :“Kami tidak menghendaki selain kebaikan. Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kami shalat di dalam masjid itu untuk selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut kami shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.“ QS At Taubah 107-108 (Siroh Al Buthy) Pesan Dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Pesan Untuk Berdakwah Dari Abu Musa RA, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah mengutus Mu'adz bin Jabal ke negeri Yaman. Sebelum berangkat, beliau berpesan kepadanya, "Permudahlah dan janganlah mempersulit! Sampaikanlah kabar gembira dan jangan menakut-nakuti! Bertenggangrasalah dan jangan selalu berselisih." (HR. Muslim) Tidak Menyepelekan Obyek Dakwah Suatu hari ia sedang dengan al-Walid bin'l-Mughira, salah seorang pemimpin Quraisy yang diharapkan keislamannya, tiba-tiba lewat Ibn Umm Maktum yang buta, dan minta diajarkan Qur'an kepadanya. Begitu mendesak ia, sehingga Muhammad merasa kesal karenanya, mengingat ia sedang sibuk menghadapi Walid. Ditinggalkannya orang buta itu dengan muka masam. Tetapi setelah ia kembali seorang diri hati kecilnya memperhitungkan perbuatannya tadi itu sambil bertanya-tanya kepada dirinya sendiri: Salahkah aku? Tiba-tiba datang wahyu dengan ayat-ayat berikut: "Bermasam dan membuang muka ia. Tatkala si buta mendatanginya. Dan apa yang memberitahukan kau, barangkali ia orang yang bersih? Atau ia dapat menerima teguran dan teguran itu berguna baginya. Tetapi kepada orang yang serba cukup itu. Engkau menghadapkan diri. Padahal itu bukan urusanmu kalau dia tidak bersih hati. Tetapi orang yang bersungguh-sungguh datang kepadamu. Dengan rasa penuh takut. Kau abaikan dia. Tidak. Itu adalah sebuah peringatan. Barangsiapa yang sudi, biarlah memperhatikan peringatan itu. Dalam kitab-kitab yang dimuliakan. Dijunjung tinggi dan disucikan. Yang ditulis dengan tangan. Orang-orang terhormat, orang-orang yang bersih." (Qur'an: 80: 1-16) (Siroh Muhammad Husain Haikal) Tidak Menyepelekan Orang Miskin Dari Ibnu Mas’ud dia berkata,”Ada sekumpulan orang dari pemuka Quraisy yang hendak berembug dengan Rasulullah, yang di dekat beliau saat itu ada Shuhaib, Bilal, Khabbab, Ammar bin yasir dan beberapa orang lain dari kalangan orang-orang muslim yang lemah lagi melarat. Para pemuka Quraisy yang merasa jijik itu bertanya,”Wahai Rasulullah, apakah engkau rela terhadap para pengikumu yang seperti ini? Apakah kami akan menjadi pengikut mereka juga? Apakah mereka inilah yang akan mendapatkan karunia Allah? Usirlah mereka dari sisimu. Karena jika engkau mau mengusir mereka. Boleh jadi kami akan mengikutimu.” Karena ejekan mereka ini, turun ayat surat Al An’am ayat 51-52” (HR. Abu Nuaim) Tidak Membunuh Utusan Dari Ibnu Mas’ud,ia menuturkan,”Ibnu Nawwawah dan Ibnu Utsal datang kepada Rasulullah sebagai utusan Musailamah. Lalu nabi bertanya kepada keduanya,”Apakah kalian berdua bersaksi bahwasanya aku adalah Rasulullah?” Mereka menjawab,”Kami bersaksi bahwa Musailamah adalah Rasulullah.” Rasulullah menyahut,”aku beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Andaikata aku diizinkan membunuh seorang utusan, pastilah aku akan membunuh kalian berdua.” (HR. Ahmad)

Doa Malam Nifsu syaban

 اَللَٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَ لَا يُمُنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا اْلجَلَالِ وَالْاِكْرَامِ * يَا ذَا الطَّوْلِ وَالْاِنْعَامِ * لَاۤ اِلٰهَ اِل...