Sabtu, 27 November 2021

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan Ahli Kitab

RASULULLAH Salallahu Alaihi Wassalam dan AHLI KITAB Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan Ahli Kitab Menyelisihi Ahli Kitab Dalam Menata Rambut Dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma bahwaRasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dahulunya menyisir rambut beliau ke arah depan hingga kening sedangkan orang-orang musyrik menyisir rambutnya ke bagian kiri-kanan kepala mereka, sementara itu Ahlul Kitab menyisir rambut mereka ke kening. Rupanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lebih suka bila bersesuaian dengan apa yang dilakukan oleh Ahlul Kitab dalam perkara yang tidak ada perintahnya. Namun kemudian hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyisiri rambutnya ke arah kanan-kiri kepala beliau".(HR. Bukhari) Menyelisi Kaum Musrik Dalam Haji 'Umar radliallahu 'anhu berkata;"Sesungguhnya orang-orang musyrik (ketika berhaji) tidak bertolak dari Jam'un hingga matahari terbit dari balik gunung Tsabir. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyelisih mereka dengan bertolak sebelum matahari terbit".(HR. Bukhari) Puasa Asy Syuro Dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma ia berkata;"Setibanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di Madinah, beliau mendapatkan orang-orang Yahudi berpuasa pada hari 'Asyura. Mereka ditanya tentang masalah itu, lalu mereka menjawab; "Ini adalah hari di saat Allah memenangkan Musa 'alaihis salam dan Bani Isra'il atas Fir'aun. Dan kami berpuasa untuk mengagungkan hal itu." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kami lebih berhak kepada Musa daripada kalian." Kemudian beliau memerintahkan untuk berpuasa pada hari 'Assyura`.(HR. Bukhari) Pemindahan Arah Kiblat Dari Al Barro` bin 'Azib bahwaNabi shallallahu 'alaihi wasallam saat pertama kali datang di Madinah, singgah pada kakek-kakeknya ('Azib) atau paman-pamannya dari Kaum Anshar, dan saat itu Beliau shallallahu 'alaihi wasallam shalat menghadap Baitul Maqdis selama enam belas bulan atau tujuh belas bulan, dan Beliau sangat senang sekali kalau shalat menghadap Baitullah (Ka'bah). Shalat yang dilakukan Beliau shallallahu 'alaihi wasallam pertama kali (menghadap Ka'bah) itu adalah shalat 'ashar dan orang-orang juga ikut shalat bersama Beliau. Pada suatu hari sahabat yang ikut shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pergi melewati orang-orang di Masjid lain saat mereka sedang ruku', maka dia berkata: "Aku bersaksi kepada Allah bahwa aku ikut shalat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menghadap Makkah, maka orang-orang yang sedang (ruku') tersebut berputar menghadap Baitullah dan orang-orang Yahudi dan Ahlul Kitab menjadi heran, sebab sebelumnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat menghadap Baitul Maqdis. Ketika melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menghadapkan wajahnya ke Baitullah mereka mengingkari hal ini. Berkata Zuhair Telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq dari Al Barro`, dalam haditsnya ini menerangkan tentang (hukum) seseorang yang meninggal dunia pada saat arah qiblat belum dialihkan dan juga banyak orang-orang yang terbunuh pada masa itu?, kami tidak tahu apa yang harus kami sikapi tentang mereka hingga akhirnya Allah Ta'ala menurunkan firman-Nya: "Dan Allah tidaklah akan menyia-nyiakan iman kalian". (QS. Al Baqoroh: 143) (HR. Bukhari) Cemoohan Yahudi Mengenai Pemindahan Arah Kiblat Lalu mereka mengatakan kepadanya, bahwa para rasul sebelum dia semua pergi ke Bait'l-Maqdis dan memang di sana tempat tinggal mereka. Jika dia juga memang benar-benar seorang rasul, iapun akan berbuat seperti mereka, dan kota Medinah ini akan dianggapnya sebagai kota perantara dalam hijrahnya dulu antara Mekah dengan al-Masjid'l-Aqsha. Akan tetapi, apa yang sudah mereka kemukakan kepadanya itu bagi Muhammad tidak perlu lama-lama berpikir untuk mengetahui, bahwa mereka sedang melakukan tipu-muslihat terhadap dirinya. Pada saat itu Tuhan mewahyukan kepadanya, menjelang tujuhbelas bulan ia tinggal di Medinah, untuk menghadapkan kiblatnya ke al-Masjid'l-Haram, Rumah Ibrahim dan Ismail: "Kami sebenarnya melihat wajahmu yang menengadah ke langit itu. Akan Kami hadapkan mukamu ke arah kiblat yang kausukai. Hadapkan mukamu ke arah al-Masjid'l-Haram. Dimana saja kau berada hadapkanlah mukamu kearah itu." (Qur'an, 2: 142-143) Orang-orang Yahudi ternyata menyesalkan kejadian itu. Sekali lagi mereka berusaha memperdayakannya, dengan mengatakan, bahwa mereka akan mau jadi pengikutnya kalau ia kembali ke kiblat semula. Di sini firman Tuhan menyebutkan: "Dari orang-orang yang masih bodoh akan mengatakan: Apakah yang menyebabkan mereka berpaling dari kiblat yang dulu. Katakanlah: Timur dan Barat itu kepunyaan Allah. DipimpinNya siapa yang disukaiNya ke jalan yang lurus. Begitu juga Kami jadikan kamu suatu umat pertengahan, supaya kamu menjadi saksi kepada umat manusia, dan Rasulpun menjadi saksi kepadamu. Dan Kami jadikan kiblat yang biasa kaupergunakan itu, hanyalah untuk menguji siapa pula yang berbalik belakang. Dan itu memang berat, kecuali bagi mereka yang telah mendapat pimpinan Tuhan." (Qur'an, 2: 144) (Siroh Muhammad Husain Haikal) Orang Yahudi Bertanya Tentang Ruh Telah menceritakan kepada kami Qais bin Hafsh berkata, telah menceritakan kepada kami 'Abdul Wahid berkata, telah menceritakan kepada kami Al A'masy Sulaiman bin Mihran dari Ibrahim dari 'Alqamah dari 'Abdullah berkata,"Ketika aku berjalan bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di sekitar pinggiran Kota Madinah, saat itu beliau membawa tongkat dari batang pohon kurma. Beliau lalu melewati sekumpulan orang Yahudi, maka sesama mereka saling berkata, "Tanyakanlah kepadanya tentang ruh!" Sebagian yang lain berkata, "Janganlah kalian bicara dengannya hingga ia akan mengatakan sesuatu yang kalian tidak menyukainya." Lalu sebagian yang lain berkata, "Sungguh, kami benar-benar akan bertanya kepadanya." Maka berdirilah seorang laki-laki dari mereka seraya bertanya, "Wahai Abul Qasim, ruh itu apa?" Beliau diam. Maka aku pun bergumam, "Sesungguhnya beliau sedang menerima wahyu." Ketika orang itu berpaling, beliau pun membaca: '(Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Rabbku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit) ' (Qs. Al Israa`: 85). Al A'masy berkata, "Seperti inilah dalam qira`ah kami." (HR. Bukhari) Pesan Rasulullah Kepada Utusan Ke Ahli Kitab Dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Rasulullah bersabda kepada Muadz tatkala di utus ke Yaman,”Engkau akan mendatangi suatu kaum yang statusnya Ahli Kitab. Jika engkau sudah mendatangi mereka, maka serulah mereka agar bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah rasul Allah. Jika merka taat kepadamu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu setiap hari dan malam. Jika mereka taat kepadamu dalam masalah ini, maka hindarilah harta yang dimuliakan. Taktlah kamu terhadap doa orang yang dizhalimi,karena tidak ada hijab antara dirinya dan Allah.” (HR. Bukhari) Seandainya Masih Hidup, Musa ikut Aku Dari Jabir bahwa Umar bin Khattab pernah menemui Nabi sambil membawa sebuah kitab dari kalangan Ahli Kitab, seraya berkata,”Wahai Rasulullah, aku mendapat sebuah kitab yang bagus dari sebagian Al Kitab.” Ternyata beliau tampak marah, seraya bersabda,”Apakah kalian tidak bingung tentang isinya wahai Ibnu Khattab? Demi yang diriku ada di tangan-Nya, aku telah membawakan bagi kalian sesuatu yang putih dan suci. Janganlah kalian menanyakan tentang sesuatupun kepada mereka (Ahli Kitab), lalu mereka menyampaikan yang benar kepada kalian namun kemudian kalian mendustakannya, atau mereka menyampaikan yang batil kepada kalian lalu kalian membenarkannya. Demi yang jiwaku ada di tangan-Nya, andaikan Musa masih hidup, maka tidak ada pilihan lain baginya kecuali mengikuti aku.” (HR. Ibnu Abdil Bar) Ultimatum Rasul pada Bani Nadhir Ibnu Sa‘ad meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam keluar pada hari Sabtu, lalu shalat di masjid Quba bersama beberapa orang sahabatnya dari kaum Anshar dan Muhajirin. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mendatangi orang-orang Yahudi Bani Nadlir untuk minta bantuan mereka membayar diyat (tebusan ganti rugi) kepada keluarga dua orang dari Bani Kilab yang terbunuh secara tidak sengaja oleh Amir bin Umaiyyah Adl-Dhamri. Kedua orang yang terbunuh itu sebelumnya telah mendapatkan jaminan perlindungan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Dalam pada itu antara Bani Nadlir dan Bani Amir terjalin ikatan persahabatan (persekutuan) sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dan lainnya. Orang-orang Yahudi bani Nadlir itu menjawab :“Kami akan melakukan apa yang engkau inginkan, wahai Abul Qasim.“ Kemudian sebagian orang Yahudi itu berbisik kepada yang lain merencanakan pengkhianatan. Amir bin Jihasy an-Nadhary berkata :“Aku akan naik ke bagian atas rumah, kemudian menjatuhkan batu besar kepadanya.“ Waktu itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sedang berdiri di samping salah satu rumah mereka. Ibnu Sa‘ad selanjutnya menambahkan bahwa Salam bin Masykan (salah seorang bani Nadlir) berkata kepada mereka :“Janganlah kalian melakukannya! Demi Allah, dia (Muhammad) pasti akan diberitahu tentang apa yang kalian rencanakan. Sesungguhnya perbuatan itu merupakan pelanggaran terhadap perjanjian antara kita dendan dia.“ Setelah mendapat kabar tentang rencana pengkhianatan itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dengan cepat bergerak , seolah-olah ada suatu keperluan, menuju ke Madinah dengan diikuti oleh para sahabatnya. Para sahabatnya berkata :“Engkau berangkat sedangkan kami tidak menyadari.“ Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawab :“Orang-orang Yahudi itu merencanakan pengkhianatan, lalu Allah mengabarkan hal itu kepadaku maka aku segera berangkat.“ Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengutus seorang utusan kepada mereka untuk menyampaikan pesan :“Keluarlah kalian dari negeriku karena kalian telah merencanakan pengkhiantan. Aku beri tempo 10 hari. Kalau setelah itu masih ada yang terlihat, akan kupenggal batang lehernya.“ Orang-orang Yahudi itu pun mulai bersiap-siap keluar, tetapi Abdullah bin Ubay bin Salul mengirim seorang utusan untuk menyampaikan pesan kepada mereka :“Janganlah kalian meninggalkan rumah-rumah kalian, tinggallahdi benteng kalian, karena kami bersama dua ribu orang akan membela kalian.“ Kemudian orang-orang Yahudi itu membatalkan rencana keluar mereka dan bertekad untuk bertahan di benteng-benteng mereka. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pun memerintahkan para sahabatnya untuk bersiap-siap memerangi mereka. Akhirnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bergerak mendatangi mereka sementara itu mereka bertahan di benteng-benteng mereka dengan menggunakan senjata panah dan batu. Dalam pada itu Abdullah bin Ubay ternyata mengkhianati mereka. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengepung mereka dan memerintahkan supaya semua ladang kurma milik mereka dibabat habis. Sehingga mereka menggugat :“Hai Muhammad kamu dulu melarang kerusakan dan mencela orang yang melakukannya. Kenapa sekarang kamu membabat dan membakar habis landang kurma?“ Maka Allah swt pun menurunkan firman-Nya : „Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya maka (semua itu) adalah atas ijin Allah swt. Dan Dia hendak membeirkan kehinaan kepada orang-orang fasiq.“ QS al-Hasyr : 5 Setelah itu mereka menyerah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan bersedia meninggalkan kota Madinah sebagaimana yang diinginkan beliau. Tetapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawab :“Sekarang aku tidak menerimanya kecuali jika kalian keluar dengan darah-darah kalian saja. Kalian boleh membawa harta yang dapat dibawa oleh unta, kecuali senjata.“ Akhirnya mereka menerima keputusan ini dan keluar dengan harta yang dapat diangkut oleh unta mereka. (Siroh Al Buthy) Muhabalah Dengan Utusan Nasrani Kelompok Musyrikin kebanyakan mereka masuk Islam. Utusan-utuan mereka tidaklah kembali ke perkampungan mereka kecuali dengan membawa cahaya keimanan dan tauhid kepada kaumnya. Sedangkan para utusan ahli Kitab, kebanyakan mereka tetap memeluk agama mereka, Yahudi dan Nasrani. Utusan yang mewakili orang-orang Nasrani Najran terdiri dari 60 orang. Mereka berdiskusi bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam selama beberapa hari tentang Isa as dan keesaan Allah. Sikap terakhir yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam kepada ahli Kitab ini ialah membacakan ayat al-Quran di bawah ini : „Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adlaah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya :Jadilah (seorang manusia) maka jadilah ia. (Apa yang telah Kami ceritakan itu) , itualah yang benar, yang datang dari Rabb-mu, karena itu janganlah kamu termasuk orang yang ragu-ragu. Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu) maka katakanlah (kepadanya) : „Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu, kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.“ QS Ali Imran : 59-61 Setelah mereka tidak mau mengakui kebenaran akhirnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengajak mereka bermubahalah (saling bersumpah bahwa Allah akan menimpakan laknat-Nya atas pihak yang berdusta) sebagaimana yang diperintahkan Allah di dalam ayat-Nya terebut. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berangkat untuk bermubahalah dengan membawa Hasan dan Husain digendongnya serta Fatimah ra di belakangnya. Tetapi ketua rombongan itu, Syaurahbil bin Wada‘ah, menolak mubahalah dan memperingatkan teman-temannya akan akibat burujk dari tindakan ini. Akhirnya mereka datang menemui Rasulullahs aw memitna keputusan dari beliau selain dari pilihan masuk Islam dan mubahalah. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memberikan perjanjian damai dengan syarat mereka harus membayar jizsyah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memberikan jaminan keamanan kepada mereka selama mereka membayar jizyah ynag telah disepakati tidak akan membatalkan perjanjian ini, dan tidak akan mengusik kebebasan beragama mereka selama mereka tidak melakukan pengkhianatan atau memakan riba. (Siroh Al Buthy) Ejekan Bani Qainuqa Ibnu Ishaq berkata : Pada suatu kesempatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengumpulkan Banu Qunaiqa‘ di pasar Qunaiqa‘ kemudian bersabda :“Wahai kaum Yahudi, takutlah kalian kepada murka Allah yang pernah ditimpahkan-Nya kepada kaum Quraisy.Masuklah kalian ke dalam Islam karena sesungguhnya kalian telah mengetahui bahwa aku adalah Nabi yang diutus (Allah), sebagaimana kalian dapati di dalam Kitab kalian dan Janji Allah kepada kalian!“ Jawab mereka :“Wahai Muhammad, apakah kamu mengira kami ini seperti kaummu? Janganlah kamu membanggakan kemenangan terhadap suatu kaum yang tidak mengerti ilmu peperangan. Demi Allah, seandainya kami yang kamu dapati dalam peperangan , niscaya kamu akan mengetahui siapa sebenarnya kami ini!“.(Siroh Al Buthy) Keislaman Abdullah bin Salam Menyangkut hal tersebut, saya kembali menemui Muhammad dan berkata "Wahai utusan Tuhan! Orang-orang Yahudi itu cenderung suka mencela orang dan berkata dusta, saya minta kamu mengundang orang paling terpandang dan berpengaruh di antara mereka supaya menemui kamu. (Selama pertemuan itu nanti) Mohon kamu sembunyikan saya disalah satu ruangan rumahmu, lalu tanyakan pada mereka tentang bagaimana status saya selama ini di antara mereka (orang Yahudi) sebelum mereka tahu bahwa saya sudah masuk Islam...lalu coba ajak mereka masuk Islam. Kalau mereka tahu saya sudah masuk Islam niscaya mereka akan mencari-cari kesalahan saya, menuduh bahwa saya sepenuhnya salah dan menjatuhkan nama baik saya. Muhammad menyembunyikan dia di salah satu ruangan rumahnya lalu mengundang orang Yahudi terpandang dan berpengaruh ke rumahnya. Dia memperkenalkan Islam pada mereka dan mendesak mereka supaya memiliki keyakinan dalam nama Tuhan... Mereka mulai berdebat dan berargumen tentang hal 'kebenaran'..... Ketika dia menyadari bahwa mereka tidak memiliki kecenderungan pada Islam. Dia memberi pertanyaan pada mereka: "Bagaimanakah status Al Husayn ibn Sailam di antara kalian (orang-orang Yahudi)?" "Dia adalah sayyid(pemimpin) kami dan putra dari sayyidkami, Dia adalah rabbi dan alim ulama kami, putranya rabbikami yang alim" "Kalau seandainya kalian mengetahui dia telah masuk Islam, Apakah kalian semua mau masuk Islam juga?" tanya Muhammad "Semoga tidak terjadi! Dia tidak mungkin masuk Islam, Semoga Tuhan melindunginya dari masuk Islam" jawab mereka terkejut. Saat itu juga saya keluar menghampiri mereka dengan sedekat-dekatnya dan mengatakan: "Wahai orang-orang Yahudi! Sadarilah akan adanya Tuhan dan terimalah segala risalah yang menyertai Muhammad. Demi Tuhan, kalian semua pasti mengetahui bahwa dia itu utusan Tuhan dan kalian bisa menemukan tanda kenabian pada dirinya, tersebutlah namanya dan sifat-sifatnya dalam kitab Taurat kalian. Demi diri saya sendiri, saya bersaksi bahwa dia utusan Tuhan. Saya memiliki keyakinan tentang dia dan percaya..dia orang yang benar. Saya mengenal dia... "Kamu pendusta!" teriak mereka, "Demi Tuhan, kamu memang mahluk tercela dan tak berarti apa-apa, seburuk-buruk manusia dan tak berguna"...Dan mereka terus mencela dengan kata-kata yang merendahkan. Al-Qur'an mengabadikan dirinya dalam suatu ayat: "Katakanlah,"Terangkanlah kepadaku, bagaimana pendapatmu jika sebenarnya (Al-Qur'an) ini datang dari Allah, dan kamu mengingkarinya, padahal ada seorang saksi dari Bani Israil yang mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang disebut dalam) Al-Qur'an lalu dia beriman; kamu menyombongkan diri. Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."(46-10)(Sirah Shafiyyurahman Al Mubarakfury) Rasulullah Mengajak Orang Yahudi Masuk Islam di Pasar Bani Qainuqa' Ibnu Ishaq berkata, "Di sela-sela perang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di atas, terjadilah kasus Bani Qainuqa'. Kasus Bani Qainuqa' ialah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengumpulkan orang-orang Yahudi di Pasar Bani Qainuqa' kemudian bersabda kepada mereka, 'Hai seluruh orang-orang Yahudi, takutlah allah menurunkan hukuman seperti yang Dia turunkan kepada orang-orang Quraisy dan masuk Islamlah kalian, karena kalian telah mengetahui bahwa aku Nabi yang diutus. Ini dan perjanjian Allah kepada kalian telah kalian dapati di kitab kalian.' Orang-orang Yahudi berkata, 'Hai Muhammad, apakah engkau kira kami lemah hingga engkau dapat mengalahkan kami dengan mudah? Engkau jangan sok kuat! Engkau hanya menghadapi kaum yang tidak mempunyai pengetahuan tentang perang sedikit pun. Oleh karena itu, tidak heran kalau engkau menang atas mereka. Demi Allah, jika kami memerangimu, engkau pasti tahu bahwa kami manusia terkuat'." Ibnu Ishaq berkata bahwa mantan budak keluarga Bani Yazid bin Tsabit berkata kepadaku dari Said bin Jubair atau dari Ikrimah dari Ibnu Abbas yang berkata, "Kemudian Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang orang-orang Yahudi tersebut, 'Katakanlah kepada orang-orang kafir, 'Kalian pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke neraka Jahannam dan itulah tempat.yang paling buruk.' Sesungguhnya telah ada tanda bagi kalian pada dua golongan yang bertemu (bertempur); segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang Muslim dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya; sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati'." (Ali-Imran: 12-14) Jawaban Yahudi Qainuqa' ini merupakan pernyataan perang secara terang-terangan. Namun NabiShallallahu 'Alaihi Wasallammasih menahan marahnya. Kaum muslimin juga menahan kesabaran mereka untuk waktu yang cukup lama. Sehingga bani Qainuqa' bertambah jahat dan kurang ajar. (Sirah Shafiyyurahman Al Mubarakfury) Tantangan orang Yahudi Ketika itulah kaum Quraisy memutuskan untuk menghubungi orang-orang Yahudi sambil memastikan kelanjutan dari perihal Muhammad Shallallâhu ‘alaihi wasallam. Maka mereka tunjuklah an-Nadlar bin al-Hârits untuk pergi menemui orang-orang Yahudi di Madinah bersama dua orang lainnya. Ketika mereka tiba di tempat mereka, para pemuka agama Yahudi (Ahbâr) berkata kepada mereka: “Tanyakan kepadanya (Muhammad-red) tiga hal, jika dia memberitahukannya maka dialah Nabi yang diutus itu, dan jika tidak maka dia hanyalah orang yang ngelantur bicaranya. Yaitu, tanyakan kepadanya tentang sekolompok pemuda yang sudah meninggal pada masa lampau pertama, bagaimana kisah mereka? Karena sesungguhnya cerita tentang mereka amatlah mengagumkan. Juga tanyakan kepadanya tentang seorang laki-laki pengelana yang menjelajahi dunia hingga ke belahan timur bumi dan belahan baratnya, bagaimana kisahnya?. Terakhir, tanyakan kepadanya tentang apa itu ruh?”. Setibanya di Mekkah, an-Nadlar bin al-Hârits berkata: “kami datang kepada kalian berkat apa yang terjadi antara kami dan Muhammad”. Lalu dia memberitahukan mereka perihal apa yang dikatakan oleh orang-orang Yahudi. Setelah itu, orang-orang Quraisy bertanya kepada Rasulullah tentang tiga hal tersebut, maka setelah beberapa hari turunlah surat al-Kahfi yang didalamnya terdapat kisah sekelompok pemuda tersebut, yakni Ashhâbul Kahfi dan kisah seorang laki-laki pengelana, yakni Dzul Qarnain. Demikian pula, turunlah jawaban tentang ruh dalam surat al-Isra’. Ketika itu, jelaslah bagi kaum Quraisy bahwa beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam berada dalam kebenaran namun orang-orang yang zhalim tidak berkenan selain terhadap kekufuran. (Sirah Al Mubarakfury)

Doa Malam Nifsu syaban

 اَللَٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَ لَا يُمُنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا اْلجَلَالِ وَالْاِكْرَامِ * يَا ذَا الطَّوْلِ وَالْاِنْعَامِ * لَاۤ اِلٰهَ اِل...