Sabtu, 27 November 2021

Pesan Sabar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Sabar Itu Di Pukulan

KESABARAN Pesan Sabar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Sabar Itu Di Pukulan Pertama Anas bin Malik berkata kepada seorang wanita dari keluarganya;'Apakah kamu kenal si wanita A? ' 'Tahu' Jawabnya. Anas melanjutkan; sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah melewati wanita itu saat ia menangis di suatu kuburan, lantas beliau menasehatinya: 'Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah! ' Si wanita itu malah menjawab; 'Sana kau menjauh, sebab kamu tidak mengalami seperti musibahku ini! ' Kata Anas, Nabi pun segera menjauh dan pergi. Lantas ada seseorang yang melewati wanita itu seraya mengatakan; 'Apa yang disabdakan Rasulullah kepadamu? ' Si wanita tadi menjawab; 'Saya tidak tahu kalau orang tadi Rasulullah.' laki-laki itu mengatakan; "Orang tadi itu Rasulullah.!" Anas berkata; si wanita terus datang ke pintu rumah Nabi dan ia tidak menemukan seorang penjaga pintunya, lantas mengatakan; 'Wahai Rasulullah, Demi Allah, aku mengenalmu! ' Lantas Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; "Kesabaran itu terlihat pada saat pertama kali benturan." (HR. Bukhari) Kesabaran Menghadapi Siksaan Khabab berkata; Aku menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau sedang duduk beralaskan selendang di bawah naungan Ka'bah, saat itu kami sedang mengalami siksaan yang sangat keras dari orang-orang Musyrikin. Aku berkata; "Wahai Rasulullah, tidakkah tuan memohon pertolongan?" Seketika itu pula beliau bangun dengan muka merah lalu bersabda: "Sungguh diantara orang-orang sebelum kalian ada yang disisir dengan sisir besi lalu dagingnya terkupas dari tulangnya atau uratnya namun hal itu tidak memalingkannya dari agamanya, dan ada juga yang diletakkan gergaji ditengah kepalanya lalu kepalanya itu digergaji hingga terbelah menjadi dua bagian, namun siksaan itu tidak menyurutkan dia dari agamanya. Sungguh, Allah akan menyempurnakan urusan (Islam) ini hingga ada seorang yang mengendarai tunggangannya berjalan dari Shan'a menuju Hadlramaut tidak ada yang ditakutinya melainkan Allah". Bayan menambahkan; "atau (tidak ada) kekhawatiran kepada serigala atas kambingnya".(HR. Bukhari) Menyabarkan Istri Dari Aisyah radliallahu 'anha bahwasekelompok orang Yahudi datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata; "Kebinasaan atasmu." Maka Aisyah berkata; "Semoga atas kalian juga, dan semoga laknat dan murka Allah juga menimpa kalian." Beliau bersabda: "Tenanglah wahai Aisyah, berlemah lembutlah dan janganlah kamu bersikeras dan janganlah kamu berkata keji." Aisyah berkata; "Apakah anda tidak mendengar apa yang mereka katakan?" beliau bersabda: "Tidakkah kamu mendengar apa yang saya ucapkan, saya telah membalasnya, adapun jawabanku akan dikabulkan sementara do'a mereka tidak akan diijabahi." (HR. Bukhari) Jari Rasulullah terluka Dari Jundub bin Sufyan RA, dia berkata, "Dalam suatu peperangan jari tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah terluka dan mengeluarkan darah. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berkata sambil bersenandung, 'Kamu hanyalah sebuah jari tangan yang berdarah dan pada jalan Allah ini engkau mengalaminya'' (HR. Muslim) Sabar dalam sakit Dari Abu Ubaidah bin Hudzaifah, dari bibinya, Fatimah, dia berkata,”Kami menemui Rasulullah bersama sejumlah wanita untuk menjenguk beliau, yang saat itu sedang demam. Karena parahnya demam yang dirasakan, beliau memerintahkan agar tempat air digantung di sebuha pohon, lalu beliau telentang di bawah pohon itu, hingga airnya menetes di kepala beliau. Aku berkata,”Wahai Rasulullah, andaikan saja engkau berdoa kepada Allah, tentu Dia akan menyembuhkan engkau.” Beliau menjawab,”Sesungguhnya orang yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian orang-orang shalih setelah mereka, kemudian setelah mereka lagi.” (HR. Al Baihaqi) Prediksi Penderitaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Prediksi sang Rahib, Buhaira Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berusia dua belas tahun – ada riwayat yang menyatakan; dua belas tahun dua bulan sepuluh hari – pamannya, Abu Thalib membawanya serta berdagang ke negeri Syam hingga mereka sampai di suatu tempat bernama Bushra yang masih termasuk wilayah Syam dan merupakan ibukota Hauraan . Ketika itu juga, Syam merupakan ibukota negeri-negeri Arab yang masih dibawah kekuasaan Romawi. Di negeri inilah dikenal seorang Rahib yang bernama Buhaira (ada yang mengatakan nama aslinya adalah Jirjis). Ketika rombongan tiba, dia langsung menyongsong mereka padahal sebelumnya tidak pernah dia lakukan hal itu, kemudian menyampiri mereka, satu-persatu hingga sampai kepada Rasulullah lalu memegang tangannya sembari berkata: “inilah penghulu para makhluk, inilah Rasul Rabb alam semesta, dia diutus oleh Allah sebagai rahmat bagi alam semesta ini”. Abu Thalib dan pemuka kaum Quraisy bertanya kepadanya: “bagaimana anda tahu hal itu?”. Dia menjawab: “sesungguhnya ketika kalian menanjak bebukitan, tidak satupun dari bebatuan ataupun pohon melainkan bersujud terhadapnya, dan kedua makhluk itu tidak akan bersujud kecuali terhadap Nabi. Sesungguhnya aku dapat mengetahuinya melalui cincin kenabian yang terletak pada bagian bawah tulang rawan pundaknya yang bentuknya seperti apel. Sesungguhnya kami mengetahui beritanya dari kitab suci kami. Kemudian barulah sang Rahib mempersilahkan mereka dan menjamu mereka secara istimewa. Lalu dia meminta kepada Abu Thalib agar memulangkan keponkannya tersebut ke Mekkah dan tidak lagi membawanya serta ke Syam sebab khawatir bila tercium oleh orang-orang Romawi dan Yahudi. Akhirnya, pamannya mengirimnya bersama sebagian anak-anaknya ke Mekkah. (sirah Al Mubarakfury) Prediksi Waraqah Bahwa Rasul Akan Diusir Beberapa saat kemudian Khadijah mengajak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pergi menemui Waraqah bin naufal, salah seroang anak paman Siti Khadijah. Di masa jahiliyah ia memeluk agama Nasrani. Ia dapat menulis huruf Ibrani, bahkan pernah menulis bagian-bagian dari Injil dalam bahasa Ibrani. Ia seorang yang sudah lanjut usia dan telah kehilangan penghilatannya. Kepadanya Khadijah berkata :„Wahai anak pamanku, dengarkanlah apa yang hendak dikatakan oleh anak- lelaki saudaramu ( yakni Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam )“. Waraqah bertanya kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam,“ Hai anak saudaraku, ada apakah gerangan ?“ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam , kemudian menceritakan apa yang dilihat dan dialami di dalam gua Hira’. Setelah mendengar keterangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Waraqah berkata :“ Itu adalah Malaikat ynag pernah diutus Allah kepada Musa. Alangkah bahagianya seandainya aku masih muda perkasa ! Alangkah gembiranya seandainya aku masih hidup tatkala kamu diusir oleh kaummu! Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bertanya,“ Apakah mereka akan mengusir aku?“ Waraqah menjawab ,“Ya“ Tak seorangpun yang datang membawa seperti yang kamu bawa kecuali akan diperangi. Seandainya kelak aku masih hidup dan mengalami hari yang kaan kamu hadapi itu, psti kamu kubantu sekuat tenagaku.“ Tidak lama kemudian Waraqah meninggal dunia, dan untuk beberapa waktu lamanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tidak menerima wahyu. (Siroh Al Buthy) Celaan Kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Celaan Orang Terputus Ketika Abdullah, putra kedua Rasulullah wafat, Abu Lahab amat gembira dan mendatangi semua kaum musyrikin untuk memberitakan perihal Muhammad yang sudah menadi orang yang terputus keturunannnya. (Siroh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri) Celaan Ummayyah bin Khalaf Umayyah bin Khalaf bila melihat Rasulullah dia langsung mengumpat dan mencelanya, karenanya turunlah terhadapnya surat Al Humazah ayat 1, “Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat (Humazah) lagi pencela (Lumazah)”. Ibnu Hisyam berkata, “makna kata Humazahadalah orang yang mencemooh seseorang secara terang-terangan dan tanpa ditutup-tutupi, memain-mainkan kedua matanya sambil mengedipkannya, sedangkan makna kata Lumazahadalah orang yang mencela manusia secara sembunyi dan menyakiti hati mereka.” (Siroh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri) Pelecehan Akhnas bin Syuraiq At Tsaqafi Akhnas bin Syuraiq At Tsaqafi selalu mencaci maki Rasulullah. Karenanya, Al Qur’an melabelkan terhadapnya 9 sifat yang menyingkap perangainya tersebut, Firman Allah : “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina. Yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah. Yang enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa. Yang kaku dan kasar, selain dari itu, yang terkenal keahatannya.”(QS. Al Qalam : 10-13) (Siroh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri) Fitnah Gharaniq Setelah Muhammad melihat pihak Quraisy menjauhinya dan sahabat-sahabatnya di siksa. Ia berharap-harap sambil mengatakan: Coba aku tidak mendapat perintah apa-apa yang kiranya akan menjauhkan mereka dari aku. Ia mengumpulkan golongannya dan mereka bersama-sama pada suatu hari duduk-duduk dalam sebuah tempat pertemuan di sekitar Mekah. Kepada mereka dibacakannya Surah An-Najm sampai pada firman Allah: "Adakah kamu perhatikan Lat dan 'Uzza. Dan itu Manat, ketiga, yang terakhir?" (Qur'an, 53:19-20) Sesudah itu lalu dibacakannya pula: "Itu gharaniq yang luhur, perantaraannya sungguh dapat diharapkan." Kemudian ia meneruskan membaca Surah itu seluruhnya sampai pada akhirnya ia sujud. Ketika itu semua orang ikut sujud, tak ada yang ketinggalan. Hal ini menadi kesempatan pihak Quraisy untuk memutar balikkan fakta atas apa yang telah dibaca Muhammad itu. Kata mereka: "Kami tahu sudah bahwa Allah itu menghidupkan dan mematikan, menciptakan dan memberi rejeki. Tetapi dewa kami ini menjadi perantara kami kepadaNya. Kalau ternyata dia juga kauberi tempat, maka kamipun setuju dengan kau." (Siroh Muhammad Husain Haikal) Ejekan Aswad bin Muthalib Kabar tentang janji kemenangan kaum muslimin tersebar secara terbuka dan diketahui umum, baik oleh orang-orang kafir maupun kaum muslim. Indikasinya Aswad bin Muthalib dan rekan-rekan mengobrolnya saling mengedip-ngedipkan mata di antara sesama mereka bila melihat para sahabat Nabi melintas mereka, seraya berkata,”Raja-raa bumi yang akan mewarisi kisra (raja persia) dan heraklius (kaisar romawi) sudah datang kepada kalian,”kemudian mereka bersiul-siul dan bertepuk tangan.” (Siroh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri) Keluhan Para Munafik Saat pasukan muslim dikepung musuh di perang khandak, pada saat itu tampaklah sifat-sifat kemunafikan dari sebagian orang-orang munafik, sampai mereka berkata,”Muhammad telah menjanjikan kepada kita, bahwa kita akan memperoleh kekayaan dari istana Kisra (Persia) dan Qaishar (Romawi), sementara hari ini tidak seorangpun yang merasa aman untuk pergi membuang hajatnya.” Dan sampai ada seorang lagi yang berkata di depan kaumnya,”Rumah kami akan menjadi sasaran musuh, maka izinkanlah kami untuk pulang ke kampung halaman kami, karena kampung halaman kami berada di luar kota Madinah.” Sampai-sampai Bani Salamah sudah merasa gagal lebih dulu hingga turunlah surat Al Ahzab ayat 12-13. (Sirah Shafiyyurahman Al Mubarakfury) Ejekan Kaum Quraisy Target mereka adalah menghinakan kaum Muslimin dan melemahkan semangat juang mereka. Mereka menuduh nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam dengan tuduhan-tuduhan yang kerdil dan celaan-celaan yang nista; menjuluki beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam sebagai orang gila , dalam firmanNya: “dan mereka berkata: “Hai orang yang diturunkan kepadanya adz-Dzikr (al-Qur’an), sesungguhnya engkau adalah orang yang benar-benar gila”. (Q.S.15/ al-Hijr: 6). Mereka juga menuduh beliau sebagai tukang sihir dan pendusta, dalam firmanNya: “Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata :”ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta”. (Q.S. 38/Shaad: 4). Mereka mengunjungi dan menyambut beliau dengan penuh rasa dendam dan gemuruh kemarahan, {Allah berfirman} :” Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar al-Qur’an dan mereka berkata:”Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila”. (QS. 68/al-Qalam:51). Bila beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam sedang duduk-duduk dan disekitarnya shabat-shahabat beliau yang terdiri dari al- Mustadh’afun (kaum-kaum lemah), mereka mengejek sembari berkata: “(semacam) mereka itulah teman-teman duduk (ngobrol) nya, {Allah berfirman}: “orang-orang semacam itukah diantara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?”. (Q.S. 6/al-An’am: 53), lalu Allah membantah ucapan mereka tersebut: “Tidakkah Allah mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepadaNya)?”. (Q.S. 6/al-An’am: 53). Kondisi mereka sebenarnya persis sebagaimana yang dikisahkan oleh Allah kepada kita, dalam firmanNya: “Sesungguhnya orang-orang yang berdusta, adalah mereka yang dahulunya (di dunia) mentertawakan orang-orang yang beriman (29). Dan apabila orangp-orang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedipkan matanya (30). Dan apabila ornag-orang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira (31). Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: ‘sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat (32). Padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin (33)”. [Q.S. 83/al-Muththaffifiin: 29-33]. Kau Kafir Berusaha Memperburuk citra ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Kaum kafir berusaha menyebarkan syubhat-syubhat, mempublikasikan dakwaan-dakwaan dusta, menyiarkan statement-statement yang keliru seputar ajaran-ajaran, diri dan pribadi beliau serta membesar-besarkan tentang hal itu: Tindakan tersebut mereka maksudkan untuk tidak memberi kesempatan kepada orang-orang awam merenungi dakwahnya: Mereka selalu berkata tentang al-Qur’an: {Allah berfirman}: “dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang” (Q.S.25/al-Furqan: 5). {Dan firmanNya}: ” al-Qur’an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu oleh kaum yang lain…”. (Q.S. 25/al-Furqan: 4). Mereka sering berkata: {dalam firmanNya}: “sesungguhnya al-Qur’an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)”. (Q.S. 16/an-Nahl: 103). Mereka juga sering mengatakan tentang Rasululullah : {dalam firmanNya}: “mengapa Rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar?”. (Q.S.25/al-Furqan: 7). Di dalam al-Qur’an terdapat banyak contoh bantahan terhadap statement-statement mereka setelah menukilnya ataupun tanpa menukilnya. (Sirah Al Mubarakfury) Tantangan kaum quraisy Harapan Quraisy untuk berunding tidak terhenti dengan jawaban dari beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam karena jawaban tersebut tidak secara terus terang menolak atau menerima. Untuk itu, mereka berurun rembug lalu berkumpul di depan ka’bah setelah terbenamnya matahari. Mereka mengirim utusan untuk menemui Rasulullah dan mengajaknya bertemu disana. Tatkala beliau datang ke sana, mereka kembali mengajukan tuntutan yang sama seperti yang diajukan oleh ‘Utbah. Disini beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa dirinya tidak bisa melakukan hal itu sebab beliau sebagai Rasul, hanyalah menyampaikan risalah Rabbnya; jika mereka menerima maka mereka akan beruntung dunia dan akhirat dan jika tidak, beliau akan bersabar hingga Allah Yang akan memutuskannya. Mereka meminta beliau untuk membuktikan dengan beberapa tanda, diantaranya; agar beliau memohon kepada Rabbnya membuat gunung-gunung bergeser dari mereka, membentangkan negeri-negeri buat mereka, mengalirkan sungai-sungai serta menghidupkan orang-orang yang telah mati hingga mereka mau mempercayainya. Namun beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam menjawabnya seperti jawaban sebelumnya. Mereka juga meminta beliau agar memohon kepada Rabbnya untuk mengutus seorang raja yang mereka percayai dan menyediakan taman-taman, harta terpendam serta istana yang terbuat dari emas dan perak untuknya namun beliau tetap menjawab seperti jawaban sebelumnya. Bahkan mereka meminta beliau agar Rabb mendatangkan azab, yaitu menjatuhkan langit atas mereka menjadi berkeping-keping. Beliau menjawab: “hal itu semua merupakan kehendak Allah; jika Dia berkehendak maka Dia akan menjatuhkannya”. Menanggapi jawaban itu mereka malah menantang dan mengancam beliau. Akhirnya beliau pulang dengan hati yang teriris sedih. (Sirah Al Mubarakfury) Gangguan Abu Lahab dan Keluarganya Kedengkian Abu Lahab Sebelum beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam diutus, Abu Lahab telah mengawinkan kedua anaknya; ‘Utbah dan ‘Utaibah dengan kedua putri Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam; Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Namun tatkala beliau diutus menjadi Rasul, dia memerintahkan kedua anaknya tersebut agar menceraikan kedua putri beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam dengan cara yang kasar dan keras, hingga akhirnya terjadilah perceraian itu. Ketika ‘Abdullah, putra kedua Rasulullah wafat, Abu Lahab amat gembira dan menyampiri semua kaum Musyrikin untuk memberitakan perihal Muhammad yang sudah menjadi Abtar (orang yang terputus/buntung) Terhadapnya Allah Ta’ala menurunkan ayat 3, surat al-Kautsar –red. Sebagaimana dalam bahasan terdahulu, bahwa Abu Lahab selalu menguntit di belakang Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam saat musim haji dan di pasar-pasar sebagai upaya mendustakannya. Dalam hal ini, Thariq bin ‘Abdullah al-Muhariby meriwayatkan suatu berita yang intinya bahwa yang dilakukannya tidak sekedar mendustakan Rasulullah, akan tetapi lebih dari itu, dia juga memukul beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam dengan batu hingga kedua tumit beliau berdarah. Rasulullah dipukuli dengan Batu Thariq bin Abdullah Al Muharibi meriwayatkan bahwa Abu Lahab tidak sekedar mendustakan Rasulullah, akan tetapi lebih dari itu, dia uga memukuli beliau dengan batu hingga kedua tumit beliau berdarah. (Siroh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri) Kedengkian Ummu Jamil Istri Abu Lahab Isteri Abu Lahab, Ummu Jamil binti Harb bin Umayyah saudara perempuan Abu Sufyan, tidak kalah frekuensi permusuhannya terhadap Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam dibanding sang suami. Dia pernah membawa dedurian dan menebarkannya di jalan yang dilalui oleh Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam bahkan juga, di depan pintu rumah beliau pada malam harinya. Dia adalah sosok perempuan yang judes. Lisannya selalu dijulurkan untuk mencaci beliau, mengarang berita dusta dan berbagai isu, menyulutkan api fitnah serta mengobarkan perang membabibuta terhadap Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam. Oleh karena itulah, al-Qur’an menyifatinya dengan Hammaalatal Hathab (wanita pembawa kayu bakar). Ketika dia mendengar ayat al-Qur’an yang turun mengenainya dan suaminya, dia langsung mendatangi Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam yang sedang duduk-duduk bersama Abu Bakar ash-Shiddiq. Dia telah membawa segenggam batu ditangannya, namun ketika dia berdiri di hadapan keduanya, Allah membutakan pandangannya dari beliau sehingga dia tidak melihat selain Abu Bakar, lantas dia berkata: “wahai Abu Bakar! Mana shahabatmu itu? Aku mendapat berita bahwa dia telah mengejekku. Demi Allah! andai aku menemuinya niscaya akan aku tampar mulutnya dengan segenggam batu ini. Demi Allah! Bukankah sesungguhnya aku ini seorang Penyair?. Kemudian dia menguntai bait berikut (artinya): Si tercela yang kami tentang, Urusannya yang kami tolak, Diennya yang kami benci Kemudian dia berlalu. Setelah kepergiannya, Abu Bakar lantas berkata: “wahai Rasulullah! Adakah engkau melihatnya dapat melihatmu?”. Beliau menjawab: “Dia tidak dapat melihatku. Sungguh! Allah telah membutakan pandangannya dariku”. Abu Bakar al-Bazzar meriwayatkan kisah diatas. Di dalamnya disebutkan bahwa ketika dia berdiri di hadapan Abu Bakar, dia berkata: “wahai Abu Bakar! Shahabatmu itu telah mengejek kami”. Abu Bakar menjawab: “Tidak, demi Rabb bangunan ini (Ka’bah)! Dia tidak pernah berbicara dengan memakai sya’ir ataupun melantunkannya”. Dia menjawab: “Sungguh! apa yang engkau ucapkan memang benar”. Demikianlah yang dilakukan oleh Abu Lahab padahal beliau adalah paman beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam sekaligus tetangganya, rumahnya menempel dengan rumah beliau. Siksaan Utaibah bin Abi Lahab Kisah ‘Utaibah bin Abi Lahab yang mendatangi Rasululullah pada suatu hari sembari berkata:”aku mengingkari firman Allah: [wan najmi idzâ hawâ: Demi bintang ketika terbenam, (QS. 53:1)] dan yang (disebutkan sebagai) [danâ fa tadallâ : Kemudian dia (Jibril) mendekat, lalu bertambah dekat lagi, (QS. 53:8)] “. Selepas itu, dia menyakiti beliau, merobek bajunya serta meludah ke arah wajahnya namun untung saja tidak mengenainya. Ketika itu Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam mendoakan (kebinasaan) atasnya: “Ya Allah, kirimkanlah kepadanya seekor anjing dari anjing-anjing (ciptaanMu) untuk (menerkam)-nya”. Doa beliau ini telah diijabah oleh Allah, yaitu manakala suatu hari ‘Utaibah keluar bersama beberapa orang Quraisy dan singgah di suatu tempat di Syam yang bernama az-Zarqâ’. Pada malam itu, ada banyak singa yang berkeliaran disitu. Melihat hal itu, ‘Utaibah serta merta berseloroh: “wahai saudaraku, sungguh celaka! Inilah, demi Allah, pemangsaku sebagaimana yang didoakan oleh Muhammad atasku. Dia membunuhku padahal sedang berada di Mekkah sedangkan aku di Syam”. Lalu singa itu menerkamnya di tengah kerumunan kaum tersebut, mencengkram kepalanya dan membunuhnya. Siksaan Abu Jahal Siksaan Abu Jahal Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, "Abu Jahal pernah bertanya kepada teman-temannya, 'Apakah Muhammad menelungkupkan wajahnya {yaitu sujud ketika shalat} di belakang kalian?' Di antara mereka ada yang menjawab, "Ya. Beliau menelungkupkan wajahnya ketika shalat." Lalu Abu Jahal pun berkata, "Demi berhala Latta dan Uzza, jika aku melihatnya sedang melakukan itu, maka aku akan injak lehernya." Abu Hurairah berkata, "Setelah itu Abu Jahal pergi mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, ketika beliau sedang melaksanakan shalat, untuk menginjak leher beliau. Tiba-tiba mereka terkejut ketika melihat Abu Jahal mundur dari tempat shalat Rasulullah sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Salah seorang temannya bertanya, "Mengapa kamu mundur dari Muhammad hai Abu Jahal?" Abu Jahal menjawab, "Ada jurang api yang panas membara di antara aku dan Muhammad serta banyak sekali sayap-sayap di sekelilingnya." Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, "Kalau seandainya saja Abu Jahal terus maju mendekatiku, ia pasti akan tersambar oleh sayap-sayap para malaikat hingga tubuhnya hancur berkeping-keping."Abu Hurairah RA berkata, "Akhirnya Allah Subhanahu wa Ta 'ala menurunkan ayat, -kami tidak tahu apakah ayat ini ada dalam hadits Abu Hurairah ataukah langsung diterima oleh Abu Hurairah dalam kesempatan lain-, 'Ketahuilah, sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena ia melihat dirinya serba cukup Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali {mu}. Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang seorang hamba ketika ia mengerjakan shalat. Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran atau ia menyuruh bertakwa kepada Allah? Bagaimana jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling? Tidakkah ia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya? Ketahuilah, sungguh jika ia tidak berhenti {berbuat demikian}, niscaya Kami tarik ubun-ubunnya {yaitu} ubun-ubun orang yang berdusta dan durhaka. Maka, biarlah ia memanggil golongannya {untuk menolongnya}. Kelak kami akan memanggil malaikat Zabaniah. Sekali-kali janganlah kamu patuh kepadanya.' {Qs. Al Alaq: 6-19}Dalam riwayat lain disebutkan bahwasanya Abu Hurairah berkata, "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memerintahkan Abu Jahal untuk mengundang teman-temannya sebagaimana perintah ayat tersebut." Dalam riwayat yang lain dikatakan,"Hendaknya Abu Jahal memanggil golongannya", maksudnya adalah memanggil kaumnya. (HR. Muslim) Kesombongan Abu Jahal Setelah Abu Sufyan, Abu Jahl dan Akhnas selama tiga malam berturut-turut mendengarkan pembacaan Qur'an, seperti dalam cerita di atas, Akhnas lalu pergi menemui Abu Jahl di rumahnya. "Abu'l-Hakam, bagaimana pendapatmu tentang yang kita dengar dari Muhammad?" tanyanya kepada Abu Jahl. "Apa yang kaudengar?" kata Abu Jahl. "Kami sudah saling memperebutkan kehormatan itu dengan Keluarga 'Abd Manaf. Mereka memberi makan, kamipun memberi makan, mereka menanggung kamipun begitu, mereka memberi kami juga memberi sehingga kami dapat sejajar dan sama tangkas dalam perlumbaan itu. Tiba-tiba kata mereka: "Di kalangan kami ada seorang nabi yang menerima "wahyu dari langit." Kapan kita akan menjumpai yang semacam itu? Tidak! Kami sama sekali tidak akan percaya dan tidak akan membenarkannya." (Siroh Muhammad Husain Haikal) Gangguan Abu Jahal dan Islamnya Hamzah Suatu hari Abu ahal melewati Rasulullah di bukit Shafa, lalu dia mengganggu dan mencaci maki beliau. Kemudian dia memukul kepala beliau dengan batu sehingga melukainya dan mengalirkan darah. Selepas itu, dia pulang menuu tempat kaum Quraisy berkumpul di sisi Kakbah dan berbincang dengan mereka. Kala itu, budak wanita Abdullah bin Jad’an berada di kediamannya di atas bukit Shafa dan menyaksikan kejadian tersebut.kebetulan, Hamzah pulang dari berburu dengan menenteng busur panah. Maka serta merta udak perempuan tersebut memberitahukan kepada Hamzah perihal perlakuan Abu Jahal tersebut. Menyikapi hal tersebut, sebagai seorang peuda yang gagah lagi punya harga diri yang tinggi di kalangan suku Quraisy, Hamzah marah besar dan langsung bergegas pergi dn tidak peduli dengan orang yang menegurnya. Dia berkonsentrasi mempersiapkan segalanya bila berjumpa dengan Abu Jahal dan akan membuat perhitungan dengannya. Maka manakala dia masuk Masjidil Haram, dia langsung berdiri tegak tepat di hadapan Abu Jahal seraya berkata, “Hai si hina dina! Engkau berani mencaci maki keponakanku padahal aku sudah memeluk agamanya?” Kemudian dia memukulinya dengan busur panah dan membuatnya luka-luka dan babak belur. Melihat hal itu, sebagian orang-orang dari Bani Makhzum-yakni dari suku Abu Jahal-terpancing emosinya, melihat hal itu orang-orang dari Bani Hasyim-dari suku Hamzah- tidak kalah emosi. Maka abu jahal melerai dan berkata, “Biarkan Abu Imarah (Hamzah)! Sebab aku memang telah mencaci maki keponakannya dengan cacian yang amat jelek!” (Siroh Shafiyyurahman Al Mubarakfury) Upaya Abu Jahal Tatkala Rasulullah berlalu, Abu Jahal dengan sombongnya berkata kepada kaum Quraisy: “wahai kaum Quraisy! Sesungguhnya Muhammad sebagaimana yang telah kalian saksikan, hanya ingin mencela agama dan nenek moyang kita, membuyarkan angan-angan serta mencaci tuhan-tuhan kita. Sungguh aku berjanji atas nama Allah untuk duduk didekatnya dengan membawa batu besar yang mampu aku angkat dan akan aku hempaskan ke kepalanya saat dia sedang sujud dalam shalatnya. Maka saat itu, kalian hanya memiliki dua pilihan; membiarkanku atau mencegahku. Dan setelah hal itu terjadi, maka Banu ‘Abdi Muththalib bisa berbuat apa saja yang mereka mau”. Mereka menjawab: “demi Allah! kami tidak akan pernah membiarkanmu untuk melakukan sesuatupun. Pergilah kemana yang engkau mau”. Ketika paginya, Abu Jahal rupanya benar-benar mengambil batu besar sebagaimana yang dia katakan, kemudian duduk sambil menunggu kedatangan Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam. Rasulullah pun datang dan melakukan seperti yang biasa beliau lakukan. Beliau berdiri lalu melakukan shalat sedangkan kaum Quraisy juga sudah datang dan duduk di perkumpulan mereka sembari menunggu apa yang akan dilakukan oleh Abu Jahal. Manakala Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam sedang sujud, Abu Jahal pun mengangkat batu tersebut kemudian berjalan menuju ke arah beliau hingga jaraknya sangat dekat sekali akan tetapi anehnya dia justru berbalik mundur, merasa ciut, wajahnya pasi dan dirundung ketakutan. Kedua tangannya sudah tidak mampu lagi menahan beratnya batu hingga dia melemparnya. Menyaksikan kejadian itu, para pemuka Quraisy segera menyongsongnya sembari bertanya: “ada apa denganmu wahai Abu al-Hakam?”. “aku sudah berdiri menuju ke arahnya untuk melakukan apa yang telah kukatakan semalam, namun ketika aku mendekatinya seakan ada onta jantan yang menghalangiku. Demi Allah! aku tidak pernah sama sekali melihat sesuatu yang menakutkan seperti rupanya, juga seperti punuk ataupun taringnya. Binatang itu ingin memangsaku”, Katanya. Ibnu Ishaq berkata: “disebutkan kepadaku bahwa Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘itu adalah Jibril ‘alaihissalaam ; andai dia (Abu Jahal-red) mendekat pasti akan disambarnya”. (Sirah Al Mubarakfury) Penderitaan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam Bazzar dan Thabarani telah memberitakan dari Abdullah bin Mas'ud r. a. katanya: Satu peristiwa, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersembahyang di Masjidil Haram, dan ketika itu pula Abu jahal bin Hisyam, Syaibah dan Utbah keduanya putera dari Rabi'ah, Uqbah bin Abu Mu'aith, Umaiyah bin Khalaf dan dua orang yang lain, semua mereka tujuh orang, mereka sekalian sedang duduk di Hijir, dan Rasuluilah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pula sedang asyik bersembahyang, dan apabila beliau bersujud, selalunya beliau memanjangkan sujudnya. Maka berkatalah Abu Jahal: 'Siapa berani pergi ke kandang unta suku Bani fulan, dan mengambil taiknya untuk mencurahkan ke atas kedua bahunya, bila dia sedang sujud nanti?' 'Aku!' jawab Uqbah bin Abu Mu'aith, orang yang paling jahat di antara yang tujuh di situ. Lalu Uqbah pergi mengambil taik unta itu, dan diperhatikannya dari jauh, apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersujud dicurahkan taik unta itu ke atas kedua bahunya. Berkata penyampai cerita ini, Abdullah bin Mas'ud ra.: Aku melihat perkara itu, tetapi aku tidak berdaya untuk menghalangi atau melawan kaum Quraisy itu. Aku pun bangun dan meninggalkan tempat itu dengan perasaan kesal dan sedih sekali. Kemudian aku mendengar, bahwa Fathimah, puteri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam datang dan membuangkan kotoran itu dari bahu dan tengkuk beliau. Kemudian dia mendatangi mereka yang melakukan perbuatan buruk itu, sambil memaki mereka, tetapi mereka diam saja, tidak menjawab apa pun. Ketika itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pun mengangkat kepalanya, sebagaimana beliau mengangkat kepala sesudah sempurna sujud. Apabila sudah selesai dari sembahyangnya, beliau lalu berdoa: Ya Allah! Ya Tuhanku! Balaslah kaum Quraisy itu atas penganiayaannya kepadaku! Balaslah atas Utbah, Uqbah, Abu Jahal dan Syaibah! Sekembalinya dari masjid, beliau telah ditemui di jalanan oleh Abul Bukhturi yang di tangannya memegang cambuknya. Bila Abul Bukhturi melihat wajah Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam dia merasa tidak senang, karena dia tahu ada sesuatu yang tidak baik terjadi terhadap dirinya: 'Hai Muhammad! Mengapa engkau begini?' tegur Abul Bukhturi. 'Biarkanlah aku!' jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam ' Tuhan tahu, bahwa aku tidak akan melepaskanmu sehingga engkau memberitahuku, apa yang terjadi pada dirimu terlebih dulu?!' Abul Bukhturi mendesak Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam untuk memberitahunya apa yang telah terjadi. Apabilla dilihatnya beliau masih mendiamkan diri, dia berkata lagi: 'Aku tahu ada sesuatu yang terjadi pada dirimu, sekarang beritahu!' pinta Abul Bukhturi lagi Apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam melihat bahwa Abul Bukhturi tidak mau melepaskannya, melainkan sesudah beliau memberitahunya apa yang terjadi, maka beliau memberitahunya apa yang terjadi: 'Abu jahal membuat angkara!' beritahu Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam 'Abu jahal lagi? Memang sudah aku kira, apa yang dibuat kepadamu kali ini?!' tanya Abul Bukhturi lagi. 'Dia menyuruh orang meletakkan kotoran unta ke atas badanku ketika aku sedang bersujud dalam sembahyangku,' jelas Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam 'Mari ikut aku ke Ka'bah,' bujuk Abul Bukhturi. Abul Bukhturi dan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam pun pergi ke Ka'bah dan terus menuju ke arah tempat duduk Abu jahal. Abul Bukhturi kelihatan marah sekali. 'Hai Bapaknya si Hakam!' teriak Abul Bukhturi. 'Engkau yang menyuruh orang meletakkan kotoran unta ke atas badan Muhammad ini?' katanya dengan keras. 'Ya,' jawab Abu Jahal. 'Apa yang engkau mau?' Abul Bukhturi tidak banyak bicara, melainkan ditariknya cambuknya lalu dipukulnya kepala Abu jahal berkali-kali. Orang ramai di situ lari berhamburan, dan teman-teman Abu jahal hiruk-pikuk menyalahkan Abul Bukhturi. 'Celaka kamu!' jerit Abu Jahal memprotes, dan badannya terlihat kesakitan karena pukulan cambuk Abul Bukhturi itu.' Dia layak diperlakukan begitu, karena dia menimbulkan permusuhan di antara kita sekalian, agar terselamat pula dia dan kawan-kawannya... !' tambah Abu jahal lagi. (Majma'uz Zawa'id 6:18) Menurut Ahmad yang meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud ra. katanya: Aku lihat semua orang yang dijanjikan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam akan mati itu, semuanya terbunuh di medan Badar, tiada seorang pun yang terselamat. (Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:44) Propaganda Abu Jahal Kepada Utusan Pada saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan para sahabat sedang menghadapi siksaan dan gangguan dari kaum Quraisy, datanglah utusan dari luar Mekkah menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam ingin mempelajari Islam. Mereka berjumlah tiga puluh orang lebih semuanya lelaki dari kaum Nasrani Habasyiah, datang bersama Ja’far bin Abu Thalib. Setelah bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan mengetahui sifat-sifatnya, serta mendengar ayat-ayat al-Quran yang dibacakan kepada mereka, segeralah mereka beriman semuanya. Ketika berita ini sampai kepada Abu Jahal, segera ia mendatangi mereka seraya berkata; “Kami belum pernah melihat utusan yang paling bodoh kecuali kamu! Kamu diutus oleh kaummu untuk menyelidiki orang ini, tetapi belum sempat kamu duduk dengan tenang di hadapannya, kamu sudah melepas agamamu, dan membenarkan apa yang diucapkannya.“ Jawab mereka; “Semoga keselamatan atasmu. Kami tidak mau bertindak bodoh seperti kamu. Biarlah kami mengikuti pendirian kami, dan kamu pun bebas mengikuti pendirianmu. Kami tidak ingin kehilangan kesempatan yang baik ini.“ Berkaitan dengan peristiwa itu Allah menurunkan firman-Nya : “Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka al-Kitab sebelum al-Quran, mereka beriman (pula) dengan al-Quran itu. Dan apabila dibacakan (al-Quran itu) kepada mereka, mereka berkata, “Kami beriman kepadanya, sesungguhnya al-Quran itu adalah sesuatu kebenaran dari Rabb kami, sesungguhnya kami sebelumnya adalah orang-orang yang membenarkan-nya.“ Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan. Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata, “Bagi kami amal-amal kami, dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang bodoh.“ QS al-Qashash: 52-55 [Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah karangan Dr. Muhammad Sa`id Ramadhan Al Buthy, alih bahasa (penerjemah): Aunur Rafiq Shaleh, terbitan Robbani Press] Gangguan di Rumah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Gangguan Najis di Depan Rumah Muhammad juga tidak terkecuali mengalami gangguan-gangguan - meskipun sudah dilindungi oleh Banu Hasyim dan Banu al-Muttalib. Umm Jamil, isteri Abu Lahab, melemparkan najis ke depan rumahnya. Tetapi cukup Muhammad hanya membuangnya saja. Dan pada waktu sembayang, Abu Jahl melemparinya dengan isi perut kambing yang sudah disembelih untuk sesajen kepada berhala-berhala. Ditanggungnya gangguan demikian itu dan ia pergi kepada Fatimah, puterinya, supaya mencucikan dan membersihkannya kembali. Ditambah lagi, di samping semua itu, kaum Muslimin harus menerima kata-kata biadab dan keji kemana saja mereka pergi. (Siroh Muhammad Husain Haikal) Berbagai Macam Gangguan di Rumah Rasulullah Ibnu Ishaq berkata,”Mereka yang selalu mengganggu Rasulullah saat beliau berada di rumahnya adalah Abu Lahab, Hakam bin Abi Ash bin Umayyah, Uqbah bin Muith, Adi bin Hamra ats Tsaqafi dan Ibnu Ashda Huzali. Semuanya adalah tetangga-tetangga beliau namun tak seorangpun di antara mereka yang masuk Islam kecuali Hakam bin Abi Ash. Salah seorang di antara mereka ada yang melempari beliau dengan rahim kambing saat beliau tengah melakukan shalat. Yang lain lagi pernah memasukkan bangkai tersebut ke dalam periuk milik beliau-yang terbuat dari batu-ketika sedang dipanaskan. Hal ini, membuat Rasulullah memasang penghalang dari batu agar dapat terlindungi dari mereka manakala beliau tengah melakukan shalat. Apabila mereka melemparkan kotoran tersebut kepada Rasulullah beliau membawanya keluar dan meletakkannya diatas sebatang ranting, kemudian berdiri di depan pintu rumahnya lalu berseru,”Wahai Bani Abdi Manaf! Tetangga-tetangga macam apa yang begini kelakuannya?” Kemudian barang tersebut beliau lempar ke jalan. (Siroh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri) Gangguan dan Hasutan Ubay bin Khalaf Suatu ketika, Uqbah bin Muith hadir di majelis Nabi sambil mendengarkan dakwahnya, namunmanakala berita tersebut sampai ke telinga Ubay bin Khalaf, dia langsung menegur dan mengkritik saudaranya tersebut serta memintanya agar meludah ke wadah Rasulullah, maka dia melakukannya. Sementara Ubay sendiri tidak mau kalah, dia menumbuk tulang belulang yang ada di situ sampai remuk redam, lalu meniupnya ke arah angin yang berhembus menuju Rasulullah. (Siroh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri) Kesedihan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Siksaan Kepada Rasulullah Dari Al Harits bin Al Harits, dia berkata,”Aku pernah bertanya kepada ayahku,”Siapakah orang-orag itu?” Ayahku menjawab,”Mereka adalah orang-orang yang berhimpun dengan orang yang keluar dari agamanya”. Al Harits menuturkan, “Ketika kami turun dari punggung hewan tunggangan, kami dapatkan Rasulullah sedang menyeru orang-orang untuk mengesakan Allah dan beriman kepada-Nya. Sementara mereka menyanggah dan mengganggu beliau. Ketika hari sudah siang dan orang-orang meninggalkan beliau, muncul seorang gadis yang dadanya bagian atas kelihatan, sambil membawa panci dan sapu tangan. Beliau meminum airnya setelah panci itu disodorkan kepada beliau, lalu wudhu. Beliau bersabda,”Wahai putriku, tutuplah bagian dadamu itu dan janganlah engkau mengkhawatirkan ayahmu.” “Siapakah wanita itu?”kami bertanya. Orang-orang menjawab,”Dia adalah Zainab, putrinya.” (HR. Thabrani) Dari Manbat Al-Azdi, katanya: Pernah aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam di zaman jahiliah, sedang beliau menyeru orang kepada Islam, katanya: 'Wahai manusia sekaliani Ucapkanlah 'Laa llaaha lliallaah!' nanti kamu akan terselamat!' beliau menyeru berkali-kali kepada siapa saja yang beliau temui. Malangnya aku lihat, ada orang yang meludahi mukanya, ada yang melempar tanah dan kerikil ke mukanya, ada yang mencaci-makinya, sehingga ke waktu tengah hari. Kemudian aku lihat ada seorang wanita datang kepadanya membawa sebuah kendi air, maka beliau lalu membasuh wajahnya dan tangannya seraya menenangkan perasaan wanita itu dengan berkata: Hai puteriku! Janganlah engkau bimbangkan ayahmu untuk diculik dan dibunuh ... ! Berkata Manbat: Aku bertanya: Siapa wanita itu? Jawab orangorang di situ: Dia itu Zainab, puteri Rasuluilah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan wajahnya sungguh cantik. (Majma'uz Zawa'id 6:21) Penderitaan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam Baihaqi memberitakan dari Abdullah bin Ja'far ra. katanya: Apabila Abu Thalib telah meninggal dunia, mulailah Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam diganggu dan ditentang secara terang-terangan. Satu peristiwa, beliau telah dihadang di jalanan oleh salah seorang pemuda jahat Quraisy, diraupnya tanah dan dilemparkan ke muka beliau, namun beliau tidak membalas apa pun. Apabila beliau tiba di rumah, datang salah seorang puterinya, lalu membersihkan muka beliau dari tanah itu sambil menangis sedih melihat ayahnya diperlakukan orang seperti itu. Maka berkatalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam kepada puterinya itu: 'Wahai puteriku! Jangan engkau menangis begitu, Allah akan melindungi ayahmu!' beliau membujuk puterinya itu. Beliau pernah berkata: Sebelum ini memang kaum Quraisy tidak berani membuat sesuatu seperti ini kepadaku, sehinggalah selepas Abu Thalib meninggal dunia, mulailah mereka menggangguku dan mengacau ketenteramanku. Dalam riwayat yang lain, beliau berkata kepadanya karena menyesali perbuatan jahat kaum Quraisy itu: Wahai paman! Alangkah segeranya mereka menggangguku sesudah engkau hilang dari mataku! (Hilyatul Auliya 8:308; Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:134) Fatimah Mengobati Luka Rasulullah Di Perang Uhud Dari Abu Hazim bahwa dia mendengar Sahl bin Sa'd bertanya tentang luka Rasulullah Shallallahu 'alahi wasallam, dia berkata,"Demi Allah, sungguh aku telah mengetahui orang yang telah mengobati luka Rasulullah Shallallahu 'alahi wasallam, orang yang menuangkan air, dan dengan apa beliau diobati." Dia melanjutkan, "Fatimah, putri Rasulullah Shallallahu 'alahi wasallam lah yang telah mencuci (luka beliau), sementara Ali bin Abu Thalib menuangkan air dengan menggunakan perisai, ketika Fatimah melihat darah semakin mengalir deras, dia langsung mengambil potongan tikar dan membakarnya, setelah itu dia menempelkan (bekas pembakaran tersebut) pada luka beliau hingga darahnya terhenti, pada waktu itu gigi seri beliau tanggal, wajah beliau terluka dan topi baja beliau pecah." (HR. Bukhari) Lebih Berat Dari Perang Uhud Yang Lebih Hebat Dari Uhud Dari Aisyah RA (istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam), bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, apakah engkau pernah mengalami suatu penderitaan yang lebih berat melebihi penderitaan yang engkau alami pada saat perang Uhud? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawab, 'Ya pernah, yaitu pada waktu itu aku bertemu dengan kaummu, kaum Quraisy. Tetapi penderitaan paling berat yang pernah aku alami adalah ketika aku berada di Mina untuk menyerukan umat manusia kepada jalan Islam. Mereka bukannya memenuhi seruanku, tetapi malah menyakitiku. Ketika aku himbau Ibnu Abdi Yalil bin Abdu Kulal untuk ikut serta bersamaku, ternyata ia menolak himbauanku tersebut. Lalu aku pergi meninggalkan tempat itu tanpa mengetahui arah mana yang akan aku tuju. Selanjutnya aku tidak mengetahui lagi di daerah mana aku berada. Namun yang jelas aku baru menyadari bahwa aku telah sampai di daerah Qarni Tsa'alib. Kemudian, perlahan-lahan aku angkat kepalaku ke atas langit. Pada saat itu aku melihat ada segumpal awan yang tengah memayungiku. Ketika aku perhatikan dengan seksama, ternyata di dalam awan tersebut ada malaikat Jibril yang sedang memanggilku. Jibril berkata, "Ya Muhammad sesungguhnya Allah SWT telah mendengar ucapan kaummu dan jawaban mereka kepadamu. Allah SWT telah mengutus malaikat penunggu gunung untukmu dan kamu dapat memerintahkannya untuk melakukan apa saja yang kamu inginkan terhadap mereka." Tak lama kemudian malaikat penunggu gunung memanggilku. Setelah mengucapkan salam kepadaku, iapun berkata, "Ya Muhammad, sesungguhnya Allah SWT telah mendengar jawaban kaummu kepadamu. Aku adalah malaikat penunggu gunung. Tuhanmu telah mengutusku untuk siap melaksanakan apa yang akan kamu perintahkan kepadaku. Apakah yang kamu inginkan sekarang ya Muhammad? Jika kamu ingin agar mereka, dijepit dengan dua buah gunung (di kota Makkah) itu, niscaya aku akan segera melaksanakannya. "' Mendengar pernyataan malaikat Penunggu gunung itu, Rasulullah pun berkata, 'Tidak usah. Aku malah berharap mudah-mudahan Allah SWT berkenan memunculkan dari kalangan mereka sendiri seseorang yang akan menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.'(HR. Muslim) Ujian Dari Zaid Bin Sun’ah Pendeta Yahudi Pada suatu hari ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tengah melayat satu jenazah, datanglah seorang Yahudi bernama Zaid bin Su'nah menemui beliau untuk menuntut utangnya. Yahudi itu menarik ujung gamis dan selendang beliau sambil memandang dengan wajah yang bengis. Dia berkata: "Ya Muhammad, lunaskanlah utangmu padaku!" dengan nada yang kasar. Melihat hal itu Umar t pun marah, ia menoleh ke arah Zaid si Yahudi sambil mendelikkan matanya seraya berkata: "Hai musuh Allah, apakah engkau berani berkata dan berbuat tidak senonoh terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di hadapanku!" Demi Dzat Yang telah mengutusnya dengan membawa Al-Haq, seandainya bukan karena menghindari teguran beliau, niscaya sudah kutebas engkau dengan pedangku!" Sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memperhatikan reaksi Umar radhiallaahu anhu dengan tenang. Beliau berkata:"Wahai Umar, saya dan dia lebih membutuhkan perkara yang lain (nasihat). Yaitu engkau anjurkan kepadaku untuk menunaikan utangnya dengan baik, dan engkau perintahkan dia untuk menuntut utangnya dengan cara yang baik pula. Wahai umar bawalah dia dan tunaikanlah haknya serta tambahlah dengan dua puluh sha' kurma." Melihat Umar radhiallahu anhu menambah dua puluh sha' kurma, Zaid si Yahudi itu bertanya: "Ya Umar, tambahan apakah ini? Umar radhiallahu anhu menjawab: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkanku untuk menambahkannya sebagai ganti kemarahanmu!" Si Yahudi itu berkata: "Ya Umar, apakah engkau mengenalku?" "Tidak, lalu siapakah Anda?" Umar t balas bertanya. "Aku adalah Zaid bin Su'nah" jawabnya. "Apakah Zaid si pendeta itu?" tanya Umar lagi. "Benar!" sahutnya. Umar lantas berkata: "Apakah yang mendorongmu berbicara dan bertindak seperti itu terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ? Zaid menjawab: "Ya Umar, tidak satupun tanda-tanda kenabian kecuali aku pasti mengenalinya melalui wajah beliau setiap kali aku memandangnya. Tinggal dua tanda yang belum aku buktikan, yaitu: apakah kesabarannya dapat memupus tindakan jahil, dan apakah tindakan jahil yang ditujukan kepadanya justru semakin menambah kemurahan hati-nya?" Dan sekarang aku telah membuktikannya. Aku bersaksi kepadamu wahai Umar, bahwa aku rela Allah Y sebagai Rabbku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad sebagai nabiku. Dan Aku bersaksi kepadamu bahwa aku telah menyedekahkan sebagian hartaku untuk umat Muhammad . Umar berkata: "Ataukah untuk seba-gian umat Muhammad e saja? sebab hartamu tidak akan cukup untuk dibagikan kepada seluruh umat Muhammad ." Zaid berkata: "Ya, untuk sebagian umat Muhammad . Zaid kemudian kembali menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan menyatakan kalimat syahadat "Asyhadu al Laa Ilaaha Illallaahu, wa Asyhadu Anna Muhammadan Abduhu wa Rasuuluhu". Ia beriman dan membenarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ." (HR. Al-Hakim). Laknat Untuk Orang Kafir Gangguan Kafir Quraisy Kepada Rasulullah Dari 'Amru bin Maimun dari 'Abdullah berkata, "Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam shalat di dekat Ka'bah, ada orang-orang Quraisy yang sedang duduk-duduk di majelis mereka. Ketika itu ada seorang laki-laki dari mereka yang berkata, 'Tidakkah kalian melihat kepada orang yang riya' ini? Siapa dari kalian yang dapat mengambilkan buatku sisa unta yang baru disembelih milik fulan, lalu dia kumpulkan kotorannya, darah dan plasenta (ari-ari) nya! ' Maka ada seorang laki-laki datang dengan membawa kotoran tersebut, ia menunggu sampai beliau sujud. Sehingga ketika beliau sujud, ia ia bisa meletakkan kotoran tersebut di antara bahu beliau. Maka ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sujud, orang itu meletakkan kotoran-kotoran unta itu di antara dua bahu beliau. Dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tetap dalam keadaan sujud, mereka pun tertawa hingga sebagian condong kepada sebagian yang lain. Lalu ada seseorang menemui Fatimah? radliallahu 'anha, dan orang itu adalah Juwairiyah. Maka Fatimah bergegas mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang saat itu masih dalam keadaan sujud. Kemudian Fatimah membersihkan kotoran-kotoran unta tersebut dari beliau. Kemudian Fatimah menghadap ke arah mereka dan mengumpat orang-orang Quraisy tersebut. Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyelesaikan shalat dan berdo'a: "Ya Allah kuserahkan (urusan) Quraisy kepada-Mu, Ya Allah kuserahkan Quraisy kepada-Mu, Ya Allah kuserahkan Quraisy kepada-Mu." Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyebut satu persatu nama-nama mereka: "Ya Allah kuserahkan (urusan) 'Amru bin Hisyam kepada-Mu, 'Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Al Walid bin 'Utbah, Umayyah bin Khalaf, 'Uqbah bin Abu Mu'aith dan 'Umarah bin Al Walid." 'Abdullah bin Mas'ud berkata, "Demi Allah, aku melihat orang-orang yang disebut Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tersebut terbantai pada perang Badar, kemudian mereka dibunag ke lembah Badar." Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jadilah para penghuni lembah ini diiringi dengan kutukan." (HR. Bukhari) Penderitaan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam Bazzar dan Thabarani telah memberitakan dari Abdullah bin Mas'ud r. a. katanya: Satu peristiwa, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersembahyang di Masjidil Haram, dan ketika itu pula Abu jahal bin Hisyam, Syaibah dan Utbah keduanya putera dari Rabi'ah, Uqbah bin Abu Mu'aith, Umaiyah bin Khalaf dan dua orang yang lain, semua mereka tujuh orang, mereka sekalian sedang duduk di Hijir, dan Rasuluilah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pula sedang asyik bersembahyang, dan apabila beliau bersujud, selalunya beliau memanjangkan sujudnya. Maka berkatalah Abu Jahal: 'Siapa berani pergi ke kandang unta suku Bani fulan, dan mengambil taiknya untuk mencurahkan ke atas kedua bahunya, bila dia sedang sujud nanti?' 'Aku!' jawab Uqbah bin Abu Mu'aith, orang yang paling jahat di antara yang tujuh di situ. Lalu Uqbah pergi mengambil taik unta itu, dan diperhatikannya dari jauh, apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersujud dicurahkan taik unta itu ke atas kedua bahunya. Berkata penyampai cerita ini, Abdullah bin Mas'ud ra.: Aku melihat perkara itu, tetapi aku tidak berdaya untuk menghalangi atau melawan kaum Quraisy itu. Aku pun bangun dan meninggalkan tempat itu dengan perasaan kesal dan sedih sekali. Kemudian aku mendengar, bahwa Fathimah, puteri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam datang dan membuangkan kotoran itu dari bahu dan tengkuk beliau. Kemudian dia mendatangi mereka yang melakukan perbuatan buruk itu, sambil memaki mereka, tetapi mereka diam saja, tidak menjawab apa pun. Ketika itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pun mengangkat kepalanya, sebagaimana beliau mengangkat kepala sesudah sempurna sujud. Apabila sudah selesai dari sembahyangnya, beliau lalu berdoa: Ya Allah! Ya Tuhanku! Balaslah kaum Quraisy itu atas penganiayaannya kepadaku! Balaslah atas Utbah, Uqbah, Abu Jahal dan Syaibah! Sekembalinya dari masjid, beliau telah ditemui di jalanan oleh Abul Bukhturi yang di tangannya memegang cambuknya. Bila Abul Bukhturi melihat wajah Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam dia merasa tidak senang, karena dia tahu ada sesuatu yang tidak baik terjadi terhadap dirinya: 'Hai Muhammad! Mengapa engkau begini?' tegur Abul Bukhturi. 'Biarkanlah aku!' jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam ' Tuhan tahu, bahwa aku tidak akan melepaskanmu sehingga engkau memberitahuku, apa yang terjadi pada dirimu terlebih dulu?!' Abul Bukhturi mendesak Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam untuk memberitahunya apa yang telah terjadi. Apabilla dilihatnya beliau masih mendiamkan diri, dia berkata lagi: 'Aku tahu ada sesuatu yang terjadi pada dirimu, sekarang beritahu!' pinta Abul Bukhturi lagi Apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam melihat bahwa Abul Bukhturi tidak mau melepaskannya, melainkan sesudah beliau memberitahunya apa yang terjadi, maka beliau memberitahunya apa yang terjadi: 'Abu jahal membuat angkara!' beritahu Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam 'Abu jahal lagi? Memang sudah aku kira, apa yang dibuat kepadamu kali ini?!' tanya Abul Bukhturi lagi. 'Dia menyuruh orang meletakkan kotoran unta ke atas badanku ketika aku sedang bersujud dalam sembahyangku,' jelas Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam 'Mari ikut aku ke Ka'bah,' bujuk Abul Bukhturi. Abul Bukhturi dan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam pun pergi ke Ka'bah dan terus menuju ke arah tempat duduk Abu jahal. Abul Bukhturi kelihatan marah sekali. 'Hai Bapaknya si Hakam!' teriak Abul Bukhturi. 'Engkau yang menyuruh orang meletakkan kotoran unta ke atas badan Muhammad ini?' katanya dengan keras. 'Ya,' jawab Abu Jahal. 'Apa yang engkau mau?' Abul Bukhturi tidak banyak bicara, melainkan ditariknya cambuknya lalu dipukulnya kepala Abu jahal berkali-kali. Orang ramai di situ lari berhamburan, dan teman-teman Abu jahal hiruk-pikuk menyalahkan Abul Bukhturi. 'Celaka kamu!' jerit Abu Jahal memprotes, dan badannya terlihat kesakitan karena pukulan cambuk Abul Bukhturi itu.' Dia layak diperlakukan begitu, karena dia menimbulkan permusuhan di antara kita sekalian, agar terselamat pula dia dan kawan-kawannya... !' tambah Abu jahal lagi. (Majma'uz Zawa'id 6:18) Menurut Ahmad yang meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud ra. katanya: Aku lihat semua orang yang dijanjikan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam akan mati itu, semuanya terbunuh di medan Badar, tiada seorang pun yang terselamat. (Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:44) "Ingat Kataku Ini.." Suatu riwayat yang dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah, dari Amru bin Al-Ash ra. katanya: Aku tidak pemah lihat kaum Quraisy yang hendak membunuh Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam seperti yang aku lihat pada suatu hari di bawah lindungan Ka'bah. Mereka bersepakat merencanakan pembunuhan beliau sedang mereka duduk di sisi Ka'bah. Apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam datang dan bersembahyang di Maqam, lalu bangunlah Uqbah bin Abu Mu'aith menuju kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan membelitkan kain ridaknya ke tengkuk beliau, lalu disentaknya dengan kuat sekali, sehingga beliau jatuh tersungkur di atas kedua lututnya. Orang ramai yang berada di situ menjerit, menyangka beliau telah mati karena cekikan keras dari Uqbah itu. Maka ketika itu segeralah Abu Bakar ra. datang dan melepaskan cekikan Uqbah dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam itu dari belakangnya, seraya berkata: Apa ini? Adakah engkau hendak membunuh orang yang mengatakan 'Tuhanku ialah Allah!' Uqbah pun segera berundur dari tempat Rasuluilah Shallallahu ‘alaihi Wasallam itu kembali ke perkumpulan teman-temannya para pemuka Quraisy itu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam hanya bersabar saja, tidak mengatakan apa pun. Beliau lalu berdiri bersembahyang, dan sesudah selesai sembahyangnya dan ketika hendak kembali ke rumahnya, beliau berhenti sebentar di hadapan para pemuka Quraisy itu sambil berkata: 'Hai kaum Quraisy! Demi jiwa Muhammad yang berada di dalam genggaman Tuhan! Aku diutus kepada kamu ini untuk menyembelih kamu!' beliau lalu mengisyaratkan tangannya pada tenggorokannya, yakni beliau rnenjanjikan mereka bahwa mereka akan mati terbunuh. 'Ah, ini semua omong kosong!' kata Abu jahal menafikan ancaman Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam itu. 'Ingatlah kataku ini, bahwa engkau salah seorang dari yang akan terbunuh!' sambil menunjukkan jarinya ke muka Abu jahal. (Kanzul Ummal 2:327) Luka Rasulullah di Perang Uhud Dari Anas RA, bahwa gigi bagian depan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam retak dan kepala beliau terluka. Sambil mengusap darah yang terus keluar dari kepalanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berkata, "Bagaimana akan beruntung suatu kaum yang tega melukai nabinya dan memecahkan gigi depannya, sedangkan ia (nabi) selalu menyerukan mereka ke jalan Allah yang lurus?" Lalu Allah SWT menurunkan ayat (Tidak ada sedikitpun campur tanganmu dalam mengatur urusan mereka.)" (HR. Muslim) Luka Rasulullah Di Perang Uhud 2 Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dia berkata,"Rasulullah Shallallahu 'alahi wasallam bersabda: "Allah sangat murka kepada suatu kaum yang telah memperlakukan Nabi-Nya seperti ini -seraya menunjuk ke gigi serinya-, Allah sangat murka kepada seseorang yang telah diperangi oleh Rasulullah dijalan Allah." (HR. Bukhari) Teror Kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Teror 30 hari 30 malam Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya aku telah mendapat berbagai teror dan ancaman karena membela agama Allah . Dan tidak ada seorangpun yang mendapat teror seperti itu. aku telah mendapat berbagai macam gangguan karena menegakkan agama Allah . Dan tidak seorangpun yang mendapat gangguan seperti itu. Sehingga pernah kualami selama 30 hari 30 malam, aku dan Bilal tidak mempunyai sepotong makanan pun yang layak untuk dimakan manusia kecuali sedikit makanan yang hanya dapat dipergunakan untuk menutupi ketiak Bilal." (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad) Pemboikotan Quraisy Kegagalan masyarakat kafir Quraisy dalam membujuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam. untuk meninggalkan dakwahnya justru memperkuat posisi umat Islam di kota Mekkah. Menguatnya posisi umat Islam, memperkeras reaksi kaum kafir Quraisy. Mereka mencoba menempuh cara-cara baru, yaitu melumpuhkan kekuatan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam. yang bersandar pada perlindungan keluarga Bani Hasyim. Dengan demikian, untuk melumpuhkan kaum muslimin yang dipimpin Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam. mereka harus melumpuhkan Bani Hasyim terlebih dahulu secara keseluruhan. Caranya adalah memboikot mereka dengan memutuskan segala bentuk hubungan dengan Bani Hasyim. Tidak seorang penduduk Mekkah pun yang diperkenankan melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Persetujuan itu dibuat dalam bentuk piagam dan ditandatangani bersama serta disimpan di dalam Kabah. Dengan pemboikotan ini, seluruh umat Islam terkepung di lembah pegunungan dan terputus dari berbagai komunikasi dengan dunia luar. Pemboikotan ini berlangsung selama lebih kurang 3 tahun yang dimulai pada bulan Muharram tahun ke-7 kenabian dan bertepatan dengan tahun 616 M. Isi piagam pemboikotan itu antara lain adalah: Mereka tidak akan menikahi orang-orang Islam. Mereka tidak akan menerima permintaan nikah dari orang-orang Islam. Mereka tidak akan berjual beli apa saja dengan orang-orang Islam. Mereka tidak akan berbicara dan tidak akan menengok orang-orang Islam yang sakit. Mereka tidak akan menerima permintaan damai dengan orang-orang Islam sehingga mereka menyerahkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam. untuk dibunuh. Akibat pemboikotan tersebut, Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan, kesengsaraan yang tiada bandingnya saat itu. Pemboikotan itu baru berhenti setelah beberapa pemimpin Quraisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sungguh suatu tindakan yang sangat keterlaluan. Di antara mereka adalah Zubair bin Umayah, Hisyam bin Amr, Muth'im bin Adi, Abu Bakhtari bin Hisyam, dan Zama'ah bin Aswad. Mereka merasa iba dengan penderitaan yang dialami Bani Hasyim dan umat Islam. Akhirnya mereka merobek isi piagam tersebut dan mengenyahkannya. (sirah Al Mubarakfury) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Terkena Sihir Rasulullah Terkena Sihir Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata : Seorang lelaki dari Banu Zuraiq bernama Labid bin Al A‘sham pernah mensihir Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sehingga terbayang oleh beliau seakan-akan melakukan sesuatu, padahal beliau tidak melakukannya. Sampai pada suatu hari atau pada suatu malam ketika beliau berada di rumahku. Tetapi beliau terus berdo‘a dan berdo‘a. Kemudian beliau berkata : „Wahai Aisyah, apakah engkau merasa bahwa Allah menyampaikan fatwa kepadaku mengenai apa yang aku tanyakan. Ada dua orang datang kepadaku lalu salah satunya duduk di kepalaku dan lainnya di kakiku. Salah seorang dari keduanya bertanya temannya : „Sakit apa orang ini ?“ Ia menjawab :“Tersihir?“ Ia bertanya lagi _“Siapa yang mensihirnya?“ Temannya menjawab :“Labid bin Al A‘sham“. Ia bertanya :“Sihir di tempatkan di apa ?“ Temannya menjawab:“Di sisir dan rambut yang terkena sisir serta pelepah kurma yang kering.“ Ia bertanya lagi :“Di mana dia ?“ Temannya menjawab :“DI sumur Dzarwan.“ Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mendatangi bersama sejumlah para sahabatnya. Setelah datang beliau berkata :“Wahai Aisyah airnya seperti getah pohon Hinna dan pucuk-pucuk pelepah kormanya seperti kepala-kepala setan.“ Aku bertganya : „Apakah perlu aku perintahkan supaya dikeluarkan?“ Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawab :“Allah telah menyembuhkan aku dan aku tidak membangkitkan keburukan di tengah-tengah orang.“ Akhirnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memerintahkan penimbunan sumur tersebut. (Siroh Al Buthy) Siksaan Kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam KeingkaranUmayya bin Abi Shalt Di samping kecenderungan ini juga karena rasa dengki dan persaingan yang keras membuat Quraisy tidak mau menjadi pengikut Nabi. Sebelum kedatangan Muhammad, Umayya b. Abi'sh-Shalt memang termasuk salah seorang yang pernah bicara tentang seorang nabi yang akan tampil di tengah-tengah masyarakat Arab itu, dan dia sendiri berhasrat sekali ingin jadi nabi. Perasaan dengki itu rasa membakar jantungnya tatkala ternyata kemudian wahyu tidak datang kepadanya. Jadi dia tidak mau menjadi pengikut orang yang dianggapnya saingannya. Apalagi, karena (sebagai penyair) sajak-sajaknya penuh berisi pikiran, sehingga pernah suatu hari Nabi .a.s. menyatakan ketika sajaknya dibacakan di hadapannya: "Umayya, sajaknya sudah beriman, tapi hatinya ingkar." (Siroh Muhammad Husain Haikal) Penderitaan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam Ahmad memberitakan dari Urwah bin Az-Zubair dari Abdullah bin Amru ra. bahwa Urwah pernah bertanya kepada Abdullah: 'Tolong beritahu aku apa yang pernah engkau lihat dari kaum Quraisy ketika mereka menunjukkan permusuhannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam?'. Abdullah bercerita: Aku pernah hadir dalam salah satu peristiwa ketika para pemuka Quraisy bermusyawarah di tepi Hijir (Ka'bah), mereka berkata: Apa yang kita tanggung sekarang lebih dari yang dapat kita sabar lagi dari orang ini! Dia telah mencaci nenek-moyang kita, memburuk-burukkan agama kita, memporak-perandakan persatuan kita, dan mencerca tuhan-tuhan kita, siapa lagi yang dapat bersabar lebih dari kita ... !' Di tengah mereka berbincang-bincang itu, tiba-tiba muncullah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam datang dan langsung menghadap sudut Ka'bah, lalu beliau bertawaf keliling Ka'bah, dan apabila beliau berlalu di tempat kaum Quraisy itu sedang duduk, mereka melontarkan beberapa perkataan kepadanya, namun beliau hanya berdiam diri belaka. Apabila beliau bertawaf kali kedua, mereka tetap menyampaikan kata-kata mengejek, namun beliau tidak berkata apa pun. Tetapi pada tawaf keliling ketiga, bila mereka mengejek-ngejek lagi, beliau lalu berhenti seraya berkata kepada mercka: 'Hai pemuka Quraisy! Dengarlah baik-baik! Demi jiwa Muhammad yang berada di dalam genggaman Tuhan, sebenarnya aku ini mendatangi kamu untuk menyembelih kamu!' Mendengar itu, semua orang yang di situ merasa berat sekali, sehingga setiap seorang di antara mereka merasakan seolah-olah burung besar datang untuk menyambarnya, sampai ada orang yang tidak sekeras yang lain datang untuk menenangkan perasaan beliau supaya tidak mengeluarkan kata-kata yang mengancam, karena mereka sangat bimbang dari kata-katanya. 'Kembalilah sudah, wahai Abu Al-Qasim!' bujuk mereka. 'Janganlah engkau sampai berkata begitu! Sesungguhnya kami sangat bimbang dengan kata-katamu itu!' Rasuluilah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pun kembalilah ke rumahnya. Kemudian pada hari besoknya, mereka datang lagi ke Hijir (Ka'bah) itu dan berbicarakan permasalahan yang sama, seperti kemarin, dan aku duduk di antara mereka mendengar pembicaraan mereka itu. 'Kamu semua cuma berani berkata saja, cuma berani mengumpat sesama sendiri saja, kemudian apabila Muhammad mengatakan sesuatu yang kamu tidak senang, kamu lalu merasa takut, akhirnya kamu membiarkannya!' kata yang satu kepada yang lain. 'Baiklah,' jawab mereka.' Kali ini kita sama-sama bertindak, bila dia datang nanti.' Dan seperti biasa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pun datang untuk bertawaf pada Ka'bah, maka tiba-tiba mereka melompat serentak menerkamnya sambil mereka mengikutinya bertawaf mereka mengancamnya: 'Engkau yang mencaci tuhan kami?' kata yang seseorang. 'Engkau yang memburuk-burukkan kepercayaan kami, bukan?' kata yang lain. Yang lain lagi dengan ancaman yang lain pula. Maka setiap diajukan satu soalan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam itu, setiap itulah dia mengatakan: 'Memang benar, aku mengatakan begitu!' Lantaran sudah tidak tertanggung lagi dari mendengar jawaban Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam itu, maka seorang dari mereka lalu membelitkan kain ridaknya pada leher beliau, sambil menyentakkannya dengan kuat. Untung Abu Bakar ra. berada di situ, lalu dia segera datang melerai mereka dari menyiksa Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam sambil berkata: 'Apakah kamu sekalian mau membunuh seorang yang mengatakan 'Tuhanku ialah Allah! 'diulanginya kata-kata itu kepada kaum Quraisy itu, dengan tangisan yang memilukan hati. Kemudian aku lihat kaum Quraisy itu meninggalkan tempat itu. Dan itulah suatu peristiwa sedih yang pernah aku lihat dari kaum Quraisy itu yang dilakukan terhadap Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam - demikian kata Abdullah bin Amru kepada Urwah bin Az-Zubair ra. (Majma'uz Zawa'id 6:16) Siksaan Uqbah bin Abu Muith ‘Uqbah bin Abi Mu’ith malah melakukan hal yang lebih buruk dan busuk dari itu lagi. Imam Bukhari meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiallaahu ‘anhu bahwa pernah suatu hari Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam melakukan shalat di sisi Baitullah sedangkan Abu Jahal dan rekan-rekannya tengah duduk-duduk. Lalu sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain: “Siapa diantara kalian yang akan membawa kotoran onta Bani Fulan lalu menumpahkannya ke punggung Muhammad saat dia sedang sujud?”. Maka bangkitlah ‘Uqbah bin Abi Mu’ith, sosok yang paling sangar diantara mereka, membawa kotoran tersebut sembari memperhatikan gerak-gerik Nabi Muhammad Shallallâhu ‘alaihi wasallam. Tatkala beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam beranjak sujud kepada Allah, dia menumpahkan kotoran tersebut ke arah punggungnya diantara dua bahunya. Aku (Ibnu Mas’ud-red) memandangi hal itu dan ingin sekali melakukan sesuatu andai aku memiliki perlindungan (suaka). Lalu mereka tertawa sambil masing-masing saling mencolek dan memiringkan badan satu sama lainnya dengan penuh kesombongan dan keangkuhan sedangkan Rasulullah masih sujud. Beliau tidak dapat mengangkat kepalanya hingga Fathimah datang dan membuang kotoran tersebut dari punggung beliau, barulah beliau mengangkat kepala, kemudian berdoa: ‘Ya Allah! berilah balasan (setimpal) kepada kaum Quraisy tersebut’. Beliau mengucapkannya tiga kali. Doa beliau ini menyesakkan hati mereka. Dia (Ibnu Mas’ud-red) bertutur lagi: ‘mereka menganggap bahwa berdoa di negeri itu (Mekkah) adalah mustajabah. Kemudian dalam doanya tersebut, beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam menyebutkan nama mereka satu per-satu: ‘ Ya Allah! binasakanlah Abu Jahal, ‘Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, al-Walid bin ‘Utbah, Umayyah bin Khalaf, ‘Uqbah bin Abi Mu’ith – Ibnu Mas’ud menyebutkan yang ke tujuh namun tidak mengingat namanya – . Demi Dzat yang jiwaku di tanganNya! Sungguh aku telah melihat orang-orang yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam tewas mengenaskan di al-Qalib , yaitu kuburan di Badar, Madinah”. Adapun nama orang yang ke tujuh tersebut adalah ‘Imarah bin al-Walid. Siksaan Uqbah bin Muaith 2 Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari ‘Urwah bin az-Zubair, dia berkata:”aku bertanya kepada Ibnu ‘Amru bin al-’Âsh: ‘beritahukanlah kepadaku tentang perlakuan yang paling keras yang dilakukan oleh kaum Musyrikun terhadap Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam !’. Dia menjawab: ‘ saat Nabi sedang shalat di hijr Ka’bah, datanglah ‘Uqbah bin Abi Mu’ith, lalu dia melilitkan pakaiannya ke leher beliau dan menariknya dengan kencang. Kemudian, Abu Bakar datang dan mencangkram pundaknya lalu mengenyahkannya dari sisi Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam sembari berkata: ‘apakah kalian akan membunuh seseorang lantaran dia mengatakan: ‘Rabb-ku adalah Allah?’ “. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Asma’ disebutkan: “lantas ada orang yang berteriak datang kepada Abu Bakar seraya berkata: ‘temuilah shahabatmu! (yakni, Rasulullah-red)’. Lalu dia keluar dari sisi kami dengan membawa empat buah jalinan rambut wanita. Saat keluar, dia berkata: ‘apakah kalian akan membunuh seseorang lantaran dia mengatakan: ‘Rabb-ku adalah Allah?, lalu mereka membiarkannya dan mendatangi Abu Bakar. Lalu dia pulang, dan saat itu kami tidak berani menyentuh jalinan rambut tersebut hingga dia mengembalikannya kepada kami”. Siksaan Ibnu Qam’ah Dari Abu Utsman, ia berkata,”Tidak tersisa bersama Nabi pada salah satu pertempuran-pertempuran tersebut kecuali Thalhah bin Ubaidillah dan Saad bin Abu Waqqash, itu adalah saat paling sulit dalam keidupan Rasulullah dan kesempatan emas bagi pasukan musyrikin, mereka tidak menunggu lama untuk memanfaatkan kesempatan itu, mereka memfokuskan serangan pada Nabi dan sangat berambisi membunuh beliau, beliau dilempar batu oleh Uthbah bin Abu Waqqash dan mengenai lambungya, gigi seri beliau sebelah kanan bagian bawah juga terkena, dan bibir bawahnya juga terluka, Abdullah bin Syihab az Zuhri au ke depan beliau dan melukai beliau di dahinya. Kemudian datanglah prajurit penunggang kuda yang sombong, Abdullah bin Qam’ah, ia membabat pundak nabi dengan pedang dengan babatan yang keras, yang karena sabetan itu beliau mengeluh kesakitan lebih dari sebulan, tetapi sabetan itu tidak merobek dua baju besi beliau, lalu ia memukul dengan keras bagian atas pipi beliau seperti pukulan pertama, hingga dua lingkaran gelang topi besi Nabi masuk ke pipi beliau,”Rasakan pukulan ini, aku Ibnu Qam’ah.” Rasulullah berkata sambil mengusap darah dari wajahnya,”Semoga Allah menghinakan dirimu.” (HR. Bukhari dan Muslim) Negoisasi Kafir Quraisy Negosiasi dan Kompromi Manakala kaum Quraisy gagal berunding dengan cara merayu, mengiming-iming serta mengultimatum, demikian juga, Abu Jahal gagal melampiaskan kedunguan dan niat jahatnya untuk menghabisi beliau; mereka seakan tersadar untuk merealisasikan keinginan lainnya dengan cara mencapai jalan tengah yang kiranya dapat menyelamatkan mereka. Mereka sebenarnya, tidak menyatakan secara tegas bahwa Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam berjalan diatas kebathilan akan tetapi kondisi mereka hanyalah –sebagaimana disifatkan dalam firmanNya- “sesungguhnya mereka (orang-orang kafir) dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap al-Qur’an” (Q.S.11/Hûd: 110). Karenanya mereka melihat perlunya mengupayakan negosiasi dengan beliau dalam masalah agama. Di pertengahan jalan, mereka bertemu dengan beliau dengan menyatakan bahwa mereka akan meninggalkan sebagian urusan agama yang pernah mereka lakukan, lalu mereka juga menuntut Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam melakukan hal yang sama. Mereka mengira bahwa dengan cara kali ini mereka akan melakukan hal yang benar, jika memang apa yang diajak oleh Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam itu adalah benar. Ibnu Ishaq meriwayatkan dengan sanadnya, dia berkata: “al-Aswad bin al-Muththalib bin Asad bin ‘Abdul ‘Uzza, al-Walîd bin al-Mughîrah, Umayyah bin Khalaf serta al-‘Âsh bin Wâil as-Sahmiy (mereka ini merupakan orang-orang berpengaruh di tengah kaum mereka) menghadang Rasulullah yang tengah melakukan thawaf di Ka’bah sembari berkata: “wahai Muhammad! mari kami menyembah apa yang engkau sembah dan engkau juga menyembah apa yang kami sembah sehingga kami dan engkau dapat berkongsi dalam menjalankan urusan ini; jika yang engkau sembah itu lebih baik dari apa yang kami sembah, maka berarti kami telah mengambil bagian kami darinya, demikian pula jika apa yang kami sembah lebih baik dari apa yang engkau sembah, maka berarti engkau telah mendapatkan bagianmu darinya”. Lalu Allah menurunkan tentang mereka surat al-Kâfirûn semuanya. ‘Abd bin Humaid dan selainnya dari Ibnu ‘Abbâs bahwasanya orang-orang Quraisy berkata:”andaikata engkau usap tuhan-tuhan kami, niscaya kami akan menyembah tuhanmu”. Lalu turunlah surat al-Kâfirûn semuanya. Ibnu Jarîr dan selainnya mengeluarkan darinya juga (Ibnu ‘Abbâs-red) bahwasanya orang-orang Quraisy berkata kepada Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam : “engkau menyembah tuhan kami selama setahun dan kami menyembah tuhanmu selama setahun juga”. Lalu Allah Ta’ala menurunkan firmanNya: “Katakanlah: ‘maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?’ “. (Q.S.39/az-Zumar: 64) Manakala Allah Ta’ala telah memberikan putusan final terhadap perundingan yang menggelikan tersebut dengan pembandingan yang tegas, orang-orang Quraisy tidak berputus asa dan berhenti hingga disitu bahkan semakin mengendurkan daya kompromi mereka asalkan Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam mau mengadakan beberapa evaluasi terhadap petunjuk-petunjuk yang dibawanya dari Allah, mereka berkata (dalam firmanNya) : “datangkanlah al-Qur’an yang lain dari ini atau gantilah dia”. (Q.S.10/Yunus: 15). Lantas Allah Ta’ala juga memotong cara seperti ini dengan menurunkan ayat berikutnya sebagai bantahan Nabi terhadap mereka, beliau berkata (dalam firmanNya):”katakanlah: ‘tidaklah tidak patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikuti kecuali yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)”. (Q.S.10/Yunus: 15). Allah Ta’ala juga mengingatkan akan besarnya bahaya melakukan hal tersebut, dengan firmanNya: “Dan sesungguhnya mereka hampir mamalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia.[73]. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka.[74]. kalau terjadi demikian, benar-benarlah, Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami[75]”. (Q.S. 17/al-Isra’: 73-75). Kaum Quraisy bingung dan berpikir keras serta upaya mereka menghubungi orang-orang Yahudi Setelah semua perundingan, negosiasi dan kompromi yang diajukan oleh kaum Musyrikun mengalami kegagalan, jalan-jalan yang ada dihadapan mereka seakan gelap gulita. Kaum Quraisy kembali menghadap Abu Thalib Tatkala kaum Quraisy melihat Rasulullah masih terus melakukan aktivitasnya, tahulah mereka bahwa Abu Thalib tak berkeinginan untuk mengucilkan Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam dan telah bulat hatinya untuk memisahkan diri dan memusuhi mereka. Maka sebagai upaya membujuk, mereka membawa ‘Imarah bin al-Walid bin al-Mughirah ke hadapannya seraya berujar:”wahai Abu Thalib! Sesungguhnya ini ada seorang pemuda yang paling rupawan dan tampan di kalangan kaum Quraisy! Ambillah dia, maka dengan begitu, engkau dapat berbuat sesukamu; mengikatnya atau membebaskannya (membelanya). Jadikanlah dia sebagai anakmu, maka dia jadi milikmu. Lalu serahkan kepada kami keponakanmu yang telah menyelisihi agamamu dan agama nenek-nenek moyangmu itu, menceraiberaikan persatuan kaummu, membuyarkan impian mereka untuk kami bunuh. Ini adalah barter diantara kita dan menjadi impas; seorang dengan seorang”. Abu Thalib menjawab: “Demi Allah! sungguh tawaran kalian tersebut sesuatu yang murahan! Apakah kalian ingin memberikan kepadaku anak kalian ini agar aku beri makan untuk kepentingan kalian sementara aku memberikan anakku agar kalian bunuh?. Demi Allah! ini tidak akan pernah terjadi!”. Al-Muth’im bin ‘Adiy bin Naufal bin ‘Abdu Manaf berkata:”Demi Allah, wahai Abu Thalib! Kaummu telah berbuat adil terhadapmu dan berupaya untuk membebaskanmu dari hal yang tidak engkau sukai. Jadi, apa sebabnya aku lihat engkau tidak mau menerima sesuatupun dari tawaran mereka?”. Dia menjawab: “Demi Allah! kalian bukannya berbuat adil terhadapku, akan tetapi kalian telah bersepakat menghinakanku dan mengkonfrontasikanku dengan kaum Quraisy. Oleh sebab itu, lakukanlah apa yang ingin kalian lakukan!”. Ketika kaum Quraisy gagal dalam perundingan tersebut dan tidak berhasil membujuk Abu Thalib untuk mencegah Rasululullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam dan mengekang laju dakwahnya kepada Allah; maka mereka pun memutuskan untuk memilih langkah yang sebelumnya telah berupaya mereka hindari dan tidak menyerempetnya karena khawatir akan akibat serta implikasinya, yaitu langkah memusuhi pribadi Rasululullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam. (Sirah Shafiyyurahman Al Mubarakfury) Delegasi Quraisy Kepada Abu Thalib Menurut Ibnu Ishaq dan dan sejarawan lainnya, “manakala Abu Thâlib sakit parah dan hal itu sampai kepada kaum Quraisy, sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lainnya: ‘sesungguhnya Hamzah dan ‘Umar telah masuk Islam sedangkan perihal Muhammad ini telah tersiar di kalangan seluruh kabilah-kabilah ‘Arab, oleh karena itu lebih baik kalian pergi menjenguk Abu Thâlib agar dia mencegah keponakannya dan menitipkan pemberian kita kepadanya. Demi Allah! kita tidak akan merasa aman bila kelak dia mengalahkan kita”. Dalam lafazh riwayat yang lain disebutkan (kaum Quraisy berkata): “sesungguhnya kita khawatir bilamana orang tua ini (Abu Thâlib-red) meninggal nantinya, lalu ada sesuatu yang diserahkannya kepada Muhammad sehingga lantaran hal itu, bangsa Arab mencerca kita dengan mengatakan:’mereka telah menelantarkannya, tapi ketika pamannya meninggal barulah mereka memperebutkannya’. Mereka, yang terdiri dari para pemuka kaumnya, akhirnya menemui Abu Thâlib dan berbicara dengannya. Diantara sosok-sosok tersebut adalah: ‘Utbah bin Rabî’ah, Syaibah bin Rabî’ah, Abu Jahl bin Hisyam, Umayyah bin Khalaf, Abu Sufyan bin Harb. Pertemuan ini dilakukan dihadapan para tokoh selain mereka yang berjumlah sekitar 25 orang. Mereka berkata: “wahai Abu Thâlib! Sesungguhnya engkau, seperti yang engkau ketahui, adalah bagian dari kami dan saat ini, sebagaimana yang engkau saksikan sendiri, telah terjadi sesuatu pada dirimu. Kami cemas terhadap dirimu padahal engkau juga sudah tahu apa yang terjadi antara kami dan keponakanmu. Untuk itu, desaklah dia agar mau menerima (sesuatu) dari kami dan kami juga akan menerima (sesuatu) darinya. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi saling mencampuri urusan masing-masing; dia tidak mencampuri urusan kami, demikian juga dengan kami. Desaklah dia agar membiarkan kami menjalankan agama kami sepertihalnya kami juga akan membiarkannya menjalankan agamanya”. Abu Thâlib mengirimkan utusan untuk meminta beliau Shallallâhu 'alaihi wasallam datang. Beliaupun datang, lalu pamannya tersebut berkata: “wahai keponakanku! Mereka itu adalah pemuka-pemuka kaummu. Mereka berkumpul karenamu untuk memberimu sesuatu dan mengambil sesuatu pula darimu”. Kemudian Abu Thâlib memberitahukan kepadanya apa yang telah diucapkan dan disodorkan oleh mereka kepadanya, yakni bahwa masing-masing pihak tidak boleh saling mencampuri urusan. Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam berkata kepada mereka: “bagaimana pendapat kalian bila aku katakan kepada kalian satu kalimat yang bila kalian ucapkan niscaya kalian akan dapat menguasai bangsa Arab dan orang-orang asing akan tunduk kepada kalian?”. Dalam lafazh riwayat yang lain disebutkan bahwa beliau Shallallâhu 'alaihi wasallam berbicara kepada Abu Thâlib: “aku menginginkan mereka untuk mengucapkan satu kalimat yang dapat membuat bangsa Arab tunduk dan orang-orang asing akan mempersembahkan upeti kepada mereka”. Dalam lafazh riwayat yang lainnya lagi disebutkan bahwa beliau berkata: “wahai pamanku! Kenapa tidak engkau ajak saja mereka kepada hal yang lebih baik buat mereka?”. Dia bertanya:”mengajak kepada apa?”. “ajak mereka agar mengucapkan satu kalimat yang dapat membuat bangsa Arab tunduk kepada dan orang-orang asing takluk” Sedangkan dalam lafazh yang diriwayat Ibnu Ishaq menyebutkan: “satu kalimat saja yang kalian berikan niscaya kalian akan bisa menguasai bangsa Arab dan orang-orang asing akan tunduk kepada kalian”. Tatkala beliau mengucapkan kalimat tersebut, mereka berdiri tertegun, linglung dan tidak tahu bagaimana dapat menolak satu kalimat yang penuh manfa’at sampai sedemikian ini?. Kemudian Abu Jahal menanggapi: ”apa itu? (Bila kamu sebutkan) sungguh aku akan memberikanmu sepuluh kali lipatnya”. Beliau berkata: “kalian katakan: ‘Lâ ilâha illallâh’ dan kalian cabut sesembahan selainNya’ “. Mendengar kalimat tersebut, mereka kebingungan lantas berseru:”wahai Muhammad! apakah kamu ingin menjadikan ilâh-ilâh (tuhan-tuhan) yang banyak menjadi satu saja? Sungguh aneh polahmu ini “. Kemudian, masing-masing berkata kepada yang lainnya: “demi Allah! sesungguhnya orang ini tidak memberikan apa yang kalian inginkan, pergilah dan teruslah dalam agama nenek moyang kalian hingga Allah memutuskan antara kalian dan dirinya”. Setelah itu, merekapun bubar. Allah Ta’ala menurunkan ayat berkenaan dengan itu, yaitu firmanNya: “Shaad, demi al-Qur'an yang mempunyai keagungan.[1]. Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit.[2]. Betapa banyaknya ummat sebelum mereka yang telah kami binasakan, lau mereka meminta tolong padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri.[3]. Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata :"ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta".[4]. Mengapa ia menjadikan ilah-ilah itu Ilah Yang Satu sajaSesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.[5]. Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata):"Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) ilah-ilahmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki.[6]. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah(dusta) yang diada-adakan”.[7] . (Q.S. Shâd: 1-7). (Sirah Shafiyyurahman Al Mubarakfury) Penawaran Utbah bin Rabiah Ibnu Ishâq berkata: “Yazîd bin Ziyâd berkata kepadaku, dari Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhiy, dia berkata: ‘suatu hari ‘Utbah bin Rabî’ah -yang merupakan seorang kepala suku- berbicara di perkumpulan Quraisy saat Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam duduk-duduk seorang diri di masjid: ‘wahai kaum Quraisy! Bagaimana pendapat kamu bila aku menyongsong Muhammad dan berbicara dengannya lalu menawarkan kepadanya beberapa hal yang aku berharap semoga saja sebagiannya dia terima lalu setelah itu kita berikan kepadanya apa yang dia mau sehingga dia tidak lagi mengganggu kita?. Hal itu dikatakannya ketika Hamzah radhiallaahu ‘anhu masuk Islam dan melihat bahwa para shahabat Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam semakin hari semakin banyak dan bertambah, lalu mereka berkata kepadanya: “Tentu saja bagus, wahai Abu al-Walid! Pergilah menyongsongnya dan berbicaralah dengannya!”. ‘Utbah segera menyongsong beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam dan duduk disampingnya seraya berkata: “wahai anak saudaraku! Sesungguhnya engkau telah datang kepada orang-orang dengan sesuatu hal yang amat besar sehingga membuat mereka bercerai berai, angan-angan mereka engkau kerdilkan, tuhan-tuhan serta agama mereka engkau cela dan nenek-nenek moyang mereka engkau kafirkan. Dengarlah! Aku ingin menawarkan beberapa hal kepadamu lantas bagaimana pendapatmu tentangnya?. Semoga saja sebagiannya dapat engkau terima”. “wahai Abu al-Walîd! katakanlah, aku akan mendengarkannya!”, jawab Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam . “wahai anak saudaraku! Jika apa yang engkau bawa itu semata hanya menginginkan harta, kami akan mengumpulkan harta-harta kami untukmu sehingga engkau menjadi orang yang paling banyak hartanya diantara kami; jika apa yang engkau bawa itu semata hanya menginginkan kedudukan, maka kami akan mengangkatmu menjadi tuan kami hingga kami tidak akan melakukan sesuatupun sebelum engkau perintahkan; jika apa yang engkau bawa itu semata hanya menginginkan kerajaan, maka kami akan mengangkatmu menjadi raja; dan jika apa yang datang kepadamu adalah jin yang engkau lihat dan tidak dapat engkau mengusirnya dari dirimu, kami akan memanggilkan tabib untukmu serta akan kami infakkan harta kami demi kesembuhanmu, sebab orang terkadang terkena oleh jin sehingga perlu diobati”, katanya – atau sebagaimana yang dia katakan- hingga akhirnya ‘Utbah selesai dan Rasulullah mendengarkannya. Lalu beliau berkata: “wahai ‘Utbah! Sudah selesaikah engkau?”. Dia menjawab: “ya”. Beliau berkata: “ Nah, sekarang dengarkanlah dariku!”. Dia menjawab: “ya, akan aku dengar”. Beliau membacakan firmanNya (surat Fushshilat dari ayat 1-5) artinya :” Hâ mîm [1]. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang [2]. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam Bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui [3]. Yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan [4]. Mereka berkata: ‘hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya..[5]”. Kemudian Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam melanjutkan bacaannya. Tatkala ‘Utbah mendengarnya, dia malah diam serta khusyu’ mendengarkan sambil bertumpu diatas kedua tangannya yang diletakkan dibelakang punggungnya hingga beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam selesai dan ketika melewati ayat sajadah, beliau bersujud. Setelah itu, beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda: “wahai Abu al-Walîd, engkau telah mendengarkan apa yang telah engkau dengar tadi. Sekarang terserah padamu”. ‘Utbah bangkit dan menemui para shahabatnya. Melihat kedatangannya, sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain: “kami bersumpah atas nama Allah! sungguh Abu al-Walid telah datang kepada kalian dengan raut muka yang berbeda dengan sewaktu dia pergi tadi”. Dia pun datang dan duduk bersama mereka. Mereka berkata kepadanya: “apa yang engkau bawa wahai Abu al-Walîd?”. “yang aku bawa, bahwa aku telah mendengar suatu perkataan yang -demi Allah- belum pernah sama sekali aku dengar semisalnya. Demi Allah! ia bukanlah syair, bukan sihir dan bukan pula tenung! wahai kaum Quraisy! Patuhilah aku, serahkan urusan itu kepadaku serta biarkanlah orang ini melakukan apa yang dia lakukan. Menjauhlah dari urusannya! Demi Allah! sungguh ucapannya yang telah aku dengar itu akan menjadi berita besar; jika orang-orang Arab dapat mengalahkannya maka kalian telah terlebih dahulu membereskannya tanpa campur tangan orang lain; dan jika dia mengalahkan mereka maka kerajaannya adalah kerajaan kalian juga, keagungannya adalah keagungan kalian juga; maka dengan begitu kalian akan menjadi orang yang paling bahagia”. Mereka berkata: “demi Allah! dia telah menyihirmu dengan lisannya, wahai Abu al-Walîd”. “inilah pendapatku terhadapnya, terserah apa yang ingin kalian lakukan”, jawabnya. Dalam versi riwayat yang lain bahwa ‘Utbah mendengar dengan khusyu’ hingga bacaan Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam sampai kepada firmanNya (surat Fushshilat, ayat 13): “jika mereka berpaling maka katakanlah: ‘aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Âd dan kaum Tsamûd”. ketika itu, dia berdiri karena terperanjat dan cepat-cepat menutup mulut Rasulullah dengan tangannya sembari berkata: “aku minta kepadamu atas nama Allah agar mengingat rahim (hubungan kekeluargaan) diantara kita”. Hal ini dilakukannya karena takut peringatan tersebut menimpanya. Setelah itu, dia bangkit menemui para shahabatnya dan mengatakan apa yang dia telah katakan (seperti diatas-red). (Sirah Al Mubarakfury) Upaya Pembunuhan Nabi Rencana Pembunuhan Kepada Rasulullah Sekarang mereka mengadakan pertemuan di Dar'n-Nadwa membahas semua persoalan itu serta cara-cara pencegahannya. Salah seorang dari mereka mengusulkan: "Masukkan dia dalam kurungan besi dan tutup pintunya rapat-rapat kemudian awasi biar dia mengalami nasib seperti penyair-penyair semacamnya sebelum dia; seperti Zuhair dan Nabigha." Tetapi pendapat ini tidak mendapat suara. "Kita keluarkan dia dari lingkungan kita, kita buang dari negeri kita. Sesudah itu tidak perlu kita pedulikan lagi urusannya," demikian terdengar suara yang lain. Tetapi mereka kuatir ia akan terus menyusul ke Medinah dan apa yang mereka takuti justru akan menimpa mereka. Akhirnya mereka memutuskan, dari setiap kabilah akan diambil seorang pemuda yang tegap, dan setiap pemuda itu akan dipersenjatai dengan sebilah pedang yang tajam, yang secara bersama-sama sekaligus mereka akan menghantamnya, dan darahnya dapat dipencarkan antar-kabilah. Dengan demikian Banu 'Abd Manaf takkan dapat memerangi mereka semua. Mereka akan menebus darah itu kemudian dengan harta. Maka terlepaslah Quraisy dan orang yang membuat porak-poranda dan mencerai-beraikan kabilah-kabilah mereka itu. Mereka menyetujui pendapat ini dan merasa cukup puas. Mereka mengadakan seleksi di kalangan pemuda-pemuda mereka. Mereka menganggap bahwa soal Muhammad akan sudah selesai. Beberapa hari lagi ia akan terkubur habis ke dalam tanah, bersama ajarannya, dan mereka yang sudah hijrah ke Yathrib akan kembali ke tengah-tengah masyarakat, akan kembali kepada kepercayaan dan kepada dewa-dewa mereka. Quraisy dan negeri Arab yang sudah dipecah-belah, kedudukannya yang sudah mulai lemah, dengan demikian akan kembali bersatu. (Siroh Muhammad Husain Haikal) Upaya Pembunuhan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam Begitu lengkap peranan Rosulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam di dalam kehidupan ini, maka sebagai seorang muslim, sebagai seorang Ayah, sebagai seorang Pedagang, sebagai seorang Pemimpin, sebagai seorang kepala Negara,sebagai seorang panglima…Rosulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam layak, sangatlah layak bahkan harus, di jadikan sebagai Qudwah atau Suri Tauladan dalam kehidupan. Berapa banyak orang-orang terkenal yang pernah lahir di dunia ini dan di jadikan sebagai panutan tetapi ada satu sisi yang tidak lengkap atau kurang dalam kehidupan atau dalam diri mereka. Mungkin mereka ayah yang baik, tapi belum tentu mereka pedagang. mungkin mereka adalah panglima, tapi belum tentu suami yang baik, mungkin mereka Kepala Negara, tapi mereka bukan Panglima, Dan mungkin-mungkin yang lain… Sejarah telah mencatat kejeniusan dan kehebatan Rosulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam sebagai panglima di bidang militer dan strategi perang, yang tak tertandingi oleh Panglima perang manapun, siapapun dan dalam perang apapun, serta pada waktu kapanpun, baik pada masa lalu, sekarang maupun yang akan datang. Dan fakta-fakta menunjukkan bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam Sang Panglima telah mempelopori dan menerapkan seluruh “Priciples Of War” yang hari ini menjadi rujukan setiap Panglima perang dan tentaranya. Prinsip yang menjadi sandaran mereka untuk mangalahkan musuh-musuhnya dan untuk meraih kemenangan! Sebagai seorang Nabi dan Rosul,Pemimpin ummat dan sebagai Panglima, Rosulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam pun tak luput dari makar-makar yang di buat oleh musuh-musuh Islam untuk memadamkan Cahaya Kenabian dan Cahaya Islam dengan upaya pembunuh secara langsung terhadap beliau. Dan tahukah anda? bahwa Rosulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam pernah beberapa kali mengalami usaha pembunuhan, menurut Ahli Sejarah sering kali usaha dilakukan dalam upaya pembunuhan yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam baik dari kalangan Kafir Quraisy mau pun Yahudi. Berikut adalah bebapa usaha pembunuhan tsb: Yang pertama adalah ketika Abu Jahal seoarang Gembong Kafir Quraisy, yang juga Paman Rosulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam, mengambil sebuah batu besar dan akan menimpakannya ke kepala Rosullullah ketika beliau sedang sujud di sekitar Ka’bah, namun ketika Abu Jahal sudah dekat dan akan segera menimpakan batu tersebut ke atas kepala Rosulullah, tiba-tiba ia mundur dengan muka pucat dan gemetar, kedua tangannya tak mampu menyangga batu yang di bawanya sehingga ia membuangnya. Yang kedua adalah pada malam saat Rosulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam hendak berhijrah ke Madinah, seluruh tokoh Kafir Quraisy yang berkumpul mengepung rumah Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam untuk membunuhnya setelah sebelumnya bersepakat di Darun Nadwah, atas makar AllahSubhanahu wata ‘Ala, mereka hanya mendapati Ali Bin Abu Thalib Radhiallahu Anhu yang berselimut dengan mantel hijau di tempat tidur beliau,Rosululullah pun sempat menaburkan pasir di kepala mereka sebagai bentuk peghinaan terhadap tokoh-tokoh Kafir Quraisy tersebut Merasa telah tertipu oleh Rosulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam,maka para tokoh Kafir Qurisy yang kalap mengadakan pengumuman kepada seluruh penduduk Makkah, barang siapa yang dapat membunuh Rosulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam, maka akan mendapatkan hadiah 100 ekor unta, Suraqah Bin Malik yang juga ingin mendapatkan hadiah ini, begitu mendengar kabar bahwa ada beberapa orang yang berjalan di pesisir, segera mengejar orang-orang yang di maksud. Dan benar bahwa yang di maksud adalah Rosulullah beserta Abu Bakar Radhiallahu Anhu dan Amir Bin Fuhairah ( penunjuk jalan ).Tatkala kudanya sudah dekat dengan mereka, kuda Suraqah Bin Malik tergelincir hingga membuatnya jatuh terpental, berkali kali ia mencoba mengejar, dan berkali kali pula ia dan kudanya terpental jatuh, hingga akhirnya Suraqah menghentikan usaha untuk membunuh Rosulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam dan meminta jaminan keamanan kepada Beliau Shalallahu Alaihi Wa Sallam. Keempat, Setelah kekalahan telak pasukan Quraisy pada perang Badar Kubra, ketidak puasan muncul di hati orang-orang Quraisy Makkah, termasuk di antaranya adalah Umair Bin Wahab yang anaknya menjadi tawanan kaum muslimin. Ia kemudian bersepakat secara rahasia dengan Safwan Bin Umayyah ( orang yang menjamin hutang dan keluarganya jika berhasil membunuh Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam), untuk membunuh Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam. Ketika ia tiba di Madinah dan bertemu Rosulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam, Rosulullah menanyakan maksud kedatangannya, Umair berbohong dengan mengatakan ingin menebus tawanan perang Badar. Maka Rosulullah pun bersabda dengan mengatkan “Bukankah engkau pernah duduk bersama Shafwan Bin Umayyah di Hijr Isamil, lalu kalian menyebut-nyebut orang –orang Quraisy yang di masukkan ke dalam sumur, kemudian engkau berkata ,”kalau tidak ada hutang yang harus kulunasi, dan kalau tidak ada keluarga yang ku takutkan akan musnah setelah kematianku, niscaya saat inipun aku akan menunggang onta, akan ku temui Muhammad dan kubunuh dia,” bukankah Shafwan hendak menanggung hutang-hutangmu dan keluargamu agar engkau mau membunuhku? demi Allah , musthil engkau akan bisa melaksanakannya. Mendengar perkataan Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam, Umair pun berkata, Demi Allah tidak ada yang tahu masalah ini selain aku dan Shafwan, kini aku benar-benar tahu bahwa apa yang datang kepada engkau adalah dari Allah, segala puji bagi Allah yang telah menunjuki aku kepada Islam dan menuntutku ke jalan ini. Setelah itu Umair pun mengucapkan Syahadat dan berislam dengan sebenarnya. Yahudi Bani Nadhir pun tidak tinggal diam dalam upaya pembunuhan terhadap Roslullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam, ketika beliau dan beberapa sahabatnya hendak meminta bantuan mereka ( Yahudi Bani Nadhir terikat perjanjian dengan kaum muslimin ) untuk membayar tebusan bagi dua orang dari Bani Amir yang di bunuh oleh sahabat Amr Bin Ummayah Adh-Dhamry Radhiallahu Anhu setelah terjadi peristiwa Bi’r Ma’unah, Yahudi Bani Nadhir menyuruh Nabi duduk di pinggir tembok salah satu rumah mereka, sambil menunggu janji yang hendak mereka penuhi. Salah seorang seorang Yahudi bernama Amr Bin Jahsy ( setelah bersepakat dengan Yahudi lain) mengambil batu Penggilingan dan akan menjatuhkannya di kepala beliau, namun Allah melalui Malaikat Jibril mengabarkan rencana mereka kepada beliau, seketika itu pula Nabi langsung bangkit dari duduknya dan pulang ke Madinah dengan selamat. Usaha pembunuhan yang lain adalah yang di lakukan oleh Fudhalah, seorang pemuda musyrik yang berpura-pura menjadi seorang muslim, niat jahatnya itu rencananya akan dilakukan sewaktu ia melaksanakan Thawaf bersama Rosulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam,. Pada waktu itu beliau hanya mengenakan kain Ihram dan tidak memakai pakaian lain sebagai pengaman tubuhya jika mendapat serangan mendadak. Maka Fudhalah pun mencari-cari kesempatan untuk melangsungkan niatnya itu. Tapi ia belum menemukan kesempatan itu. maka ia pun berdzikir sambil senantiasa menantikan peluang emas untuk membunuh Rosulullah. Dalam dzikirnya ia berkata Astagfirullah, Subhanallah, Alhamdulillah, La Ilaha Illallah; Aku Mohon Ampun Kepada, Allah, Maha Suci Allah, Segala Puji Bagi Allah, Tiada Tuhan Selain Allah. Rosulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam, menoleh kearahnya dan tersenyum. Lalu meninggalkannya sampai kemudian bertemu kembali di sudut Hajar Aswad. setiap kali ia menoleh kepadanya, terlihat oleh beliau Shalallahu Alaihi Wa Sallam, ia sedang beristighfar. akhirnya beliau Shalallahu Alaihi Wa Sallam, menarik Fudhalah seraya berkata ”Wahai Fudhalah, apakah yang sedang engkau lakukan? dengan sedikit gugup ia menjawab, ”aku beristigfar, Wahai Rosulullah, kemudian beliau Shalallahu Alaihi Wa Sallam, yang telah mengetahui niat jahat Fudhalah dari Allah Subhanahu wata ‘Ala, meraba dada Fudhalah dan menyibakkan kain yang ada di dadanya itu, maka terlihatlah oleh beliau sebilah Pisau yang tersimpan di balik kain itu, maka beliau pun berkata kepadanya, ”Wahai Fudhalah bertobatlah! ia merasa sangat malu waktu itu, lalu iapun meminta maaf kepada Rosulullah dan bertobat kepada Allah Subhanahu wata ‘Ala. Setelah penaklukkan Benteng Khaibar, Zainab Binti Al-Harist, Istri dari Sallam Bin Misykam( Tokoh Yahudi ) datang kepada Rosulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam dengan membawakan Daging Domba yang sudah di panggang, dia membubuhkan racun pada daging panggang itu dan menaruh lebih banyak racun di bagian Paha karena itu Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam menyukai bagian tersebut. Setelah menerimanya, beliau menggigit untuk satu kunyahan, namun kembali memuntahkannya lagi dan tidak menelannya. Beliau Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda ”tulang ini mengabarkan kepadaku bahwa di dalam daging di susupi racun. Kemudian beliau memanggil Zainab Binti Al Harist dan menanyakan hal tersebut. Zainab Binti A-Harist megakui perbuatannya dan berkata “aku pernah berkata sendiri, ’kalau Muhammad seorang Raja ,maka aku ingin menghabisinya, jika ia seorang Nabi tentu akan ada pemberitahuan kepadanya. sementara itu sahabat Bisyir Bin Al Barra Bin Ma’rur Radhiallahu Anhu yang juga ikut mamakan daging itu, meninggal karenanya Upaya pembunuhan selanjutnya adalah ketika terjadi Perang Hunain, dimana pada waktu itu seorang laki-laki musyrik berusaha membunuh Rosulullah, namun tidak berhasil. Laki laki itu menceritakan, setelah aku mendekat, beliau segera memegang kedua tanganku seraya berkata, bertobatlah kepada Allah, kemudian Beliau meletakkan tangannya yang mulia itu ke dadaku dan berdoa untuk kebaikanku. Dan seketika itu pula Beliau Shalallahu Alaihi Wa Sallam menjadi sosok manusia yang paling aku cintai dan paling dekat di hatiku. Arbad Bin Qais dan Amir Bin Thufail, dua orang penjahat terkenal pemberani di kalangan orang Arab waktu itu, namun tidak mengenal Islam dan kalimat Tauhid La Ilaha Illallah sedikitpun berencana mambunuh Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam. Mereka berkata kepada Beliau ”Wahai Rosulullah, kami ingin agar engkau keluar bersama kami kekampung kami, karena ada perkara yang memerlukan engkau untuk menyelesaikannya. Maka Beliau pun keluar bersama mereka tanpa pengawal, pedang, dan tombak. Bukan hanya itu, Beliau Shalallahu Alaihi Wa Sallam juga tidak memberitahukan kepergiannya kepada seorangpun dari sahabat-sahabatnya. Di tengah jalan ketika tidak ada seorangpun selain mereka bertiga, mulailah Amir In Thufail mengajak Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam berbincang bincang maengalihkan perhatiannya. Di sisi lain Arbab secara diam-diam mulai bersiap siap untuk menikam Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam. akan tetapi, setiap kali Arbab menikam pisaunya ke tubuh Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam sesuai isyarat mata Amir, setiap kali pula ia tidak sanggup untuk melakukannya, sampai akhirnya ia putus asa sendiri. Ketika mereka telah kembali ke kampung, Amir bertanya kepada Arbad,’ mengapa kamu selalu tidak jadi membunuhnya? Ia menjawab, demi Tuhan, setiap aku berusaha membunuhnya, kurasakan ada sebuah kekuatan besar menghalangiku, akhirnya kedua orang Musyrik ini mendapat hukuman dari Allah Subhanahu wata ‘Ala, Amir mati dengan sangat mengenaskan yaitu sambil mengerang mengeluarkan suara seperti lenguhan Sapi, sedangkan Arbad mati tersambar petir dari langit hingga tubuhnya terbakar bersama unta yang di tungganginya. Demikianlah beberapa usaha pembunuhan langsung yang di lakukan oleh musuh-musuh Islam karena kedengkian dan kebencian mereka terhadap Rosulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam, namun Allah Subhanahu wata ‘Ala senantiasa melindungi dan menjaga beliau, baik di masa beliau hidup atau setelah mati ( dengan menjaga jasadnya ) seperti ketika 2 orang nasrani dari maroko menggali lubang terowongan ke makam Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam di Madinah untuk mencuri jasad beliau, namun rencana pencurian tersebut dapat di gagalkan dan merekapun di penggal kepalanya sebagai hukuman akibat perbuatan meraka.

Doa Malam Nifsu syaban

 اَللَٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَ لَا يُمُنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا اْلجَلَالِ وَالْاِكْرَامِ * يَا ذَا الطَّوْلِ وَالْاِنْعَامِ * لَاۤ اِلٰهَ اِل...