Sabtu, 27 November 2021

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sang Motivator

MOTIVASI Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sang Motivator Perlombaan Memanah Beliau mengumpulkan para kaum muda dari shahabat dan mengadakan perlombaan memanah, beliau bersabda: “memanahlah wahai Bani ismail karena nenek moyang kalian adalah ahli memanah, sedangkan saya bersama si fulan dan fulan melawan fulan dan fulan….maka kelompok Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanah sementara kelompok yang lain tidak memanah, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada mereka “Mengapa kalian tidak memanah?” lalu mereka menjawab: Bagaimana kami bisa memanah sementara anda ya Rasulullah bersama dengan mereka”, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Silahkan memanah dan saya bersama dengan kalian semua”. (HR. Bukhari dan Muslim). Protes Umar dan Optimisme Rasulullah Di Dalam Ash-Shaihain disebutkan bahwa Umar bin Khattab berkata :“Kemudian aku datang kepada Nabi Allah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, lalu aku bertanya :“Bukankah engkau Nabi Allah?“ Beliau menjawab :“Ya, benar!“, Bukankah engkau di pihak yang benar dan musuh kita berada di atas kebathilan ?“, tanyaku. „Ya, benar“ jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam. „Bukankah orang-orang kita ynag terbunuh akan masuk surga dan orang-orang mereka yang terbunuh akan masuk neraka ?“ tanyaku, „Ya, benar „ jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam. „Lalu kenapa kita menyetujui agama kita direndahkan?“ tanyaku ,“Sesungguhnya aku adalah Rasul Allah, aku tidak akan menyalahi perintah-Nya dan Dia pasti akan membelaku!“, jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam. „Bukankah engkau telah menjanjikan bahwa kita akan datang ke Baitullah untuk melakukan Thawaf?“ tanyaku, jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam „Ya, benar“. „Tetapi apakah aku mengatakan bahwa engkau datang ke sana tahun ini?“ , sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam,“Tidak,“, jawabku.“Engkau pasti akan datang dan Thawaf di Baitullah „, tegas Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Namun Umar ra tidak dapat bersabar hingga mendatangi Abu Bakar ra lalu menanyakan apa yang tadi ditanyakan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Kemudian Abu Bakar ra berkata kepadanya :“Wahai Ibnu Khattab, sesungguhnya dia adalah Rasul Allah, dia tidak akan menyalahi perintah Rabb-nya dan Allah pun tidak akan membiarkannya. Tidak lama kemudian turunlah surat Al-Fath kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam segera memanggil Umar dan membacakan surat Al-Fath itu kepadanya. Kemudian Abu Bakar ra bertanya :“Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam , apakah itu kemenangan (al-fath)?“ Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam :“Ya“. Barulah hati Umar merasa tenang. (Siroh Al Buthy) Jangan berharap bertemu musuh Dari Abu Nadhir, bahwa ia pernah menerima sepucuk surat dari seorang lelaki dari suku Aslam bernama Abdullah bin Abu Aufa (termasuk salah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam). Ketika akan berangkat ke daerah Haruriah, ia mengirim surat kepada Umar bin Ubaidillah untuk memberitahukan kepadanya bahwa suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah bertemu dengan para musuh, lalu beliau menunggu hingga matahari condong ke arah Barat. Setelah itu beliau pun berdiri di antara para sahabat seraya berkata,"Wahai kaum muslimin, janganlah kalian berharapkan bertemu dengan musuh dan mohonkanlah kesehatan kepada Allah! Apabila kalian terpaksa harus bertemu dengan mereka, maka bersabarlah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya surga berada di bawah naungan pedang-pedang yang tajam!" Selanjutnya Rasulullah berdiri dan berdoa, "Ya Allah, dzat yang menurunkan Al Qur'an, dzat yang menggerakkan awan, dan dzat yang dapat mengalahkan pasukan musuh yang bersekutu, hancurkanlah mereka." Dalam riwayat yang kedua (Dan berikanlah kami kemenangan!) (HR. Muslim) Komando di Perang Badar Dari Abu Usaid radliallahu 'anhu berkata;"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada kami ketika perang Badar: "Jika mereka telah mendekati kalian, lemparlah mereka dan tetap serang dengan anak panah kalian".(HR. Bukhari) Debu dan pasir halus membubung dan beterbangan memenuhi udara. Kepala-kepala ketika itu sudah lepas berjatuhan dari tubuh Quraisy. Berkat iman yang teguh keadaan Muslimin bertambah kuat juga. Dengan gembira mereka berseru: Ahad, Ahad. Di hadapan mereka kini terbuka tabir ruang dan waktu, sebagai bantuan Tuhan kepada mereka dengan para malaikat yang memberikan berita gembira, yang membuat iman mereka bertambah teguh, sehingga bila salah seorang dari mereka mengangkat pedang dan mengayunkannya ke leher musuh, seolah-olah tangan mereka digerakkan dengan tenaga Tuhan. Di tengah-tengah medan pertempuran yang sedang sibuk dikunjungi malaikat maut memunguti leher orang-orang kafir itu, Muhammad berdiri. Diambilnya segenggam pasir, dihadapkannya kepada Quraisy. "Celakalah wajah-wajah mereka itu!" katanya sambil menaburkan pasir itu kearah mereka. Sahabat-sahabatnya lalu diberi komando: "Serbu!" (Siroh Muhammad Husain Haikal) Pesan Untuk Pasukan Panah Di situlah Rasulullah memobilisasi pasukannya, menyiapkan mereka menjadi beberapa barisan untuk berperang dan memilih 50 pasukan pemanah ulung dari mereka. Abdullah bin Jubair bin Nu’man dipercaya sebagai komandan pasukan pemanah. Rasulullah memerintahkan agar pasukan pemanah bertahan di sebuah bukit yang terletak di tepi selatan lembah Qanah, sebelah tenggara perkemahan pasukan Muslimin. Tujuan penempatan itu adalah seperti yang diungkapkan oleh Rasulullah dalam instruksi beliau, “Lindungilah arah belakang kami, jika kalian melihat kami dibunuh maka janganlah kalian menolong kami dan jika kalian melihat kami telah mendapatkan rampasan perang maka kalain janganlah ikut bersama kami”. (HR.Ahmad, ath-Thabari, al-Hakim dari Ibnu Abbas) Dan dalam riwayat al-Bukhari beliau berkata, “Jika kalian melihat kami dikalahkan musuh maka kalian jangan meninggalkan tempat kalian ini hingga aku mengutus utusan kepada kalian, dan apabila kalian melihat kami telah mengalahkan pasukan musuh itu dan mencerai-beraikan mereka, maka janganlah meninggalkan tempat ini, hingga aku mengutus utusan kepada kalian”. Bersatu Padu Dari abu Tsa’labah Al Khasyny dia berkata,”Ketika pasukan Muslimin singgah di suatu tempat, maka mereka berpencar-pencar di beberapa lembah. Melihat hal ini Rasulullah bersabda,”Jika kalian berpencar-pencar di beberapa lembah, maka itu termasuk perbuatan syetan.” Maka setelah itu mereka tidak pernah berpencar-pencar jika singgah di suatu tempat, sebagian akan menyatu dengan sebagian yang lain. (HR. Abu Daud dan An Nasai) Yel-Yel Menyerbu Musuh Dari Muhallab bin Abu Shufrah, ia berkata: Orang yang mendengar (sabda) Rasulullah memberitahukanku, bahwa Rasulullah pernah bersabda, "Jika kalian menyerbu musuh maka yel-yel kalian adalah "Ha mim, la yunsharun (hamim, pasukan yang tidak pernah terkalahkan)." (HR. Abu Daud) Motivasi Kepada Umair bin Hammam Umair bin Hammam adalah seorang sahabat Anshar dan seorang Ahli Badar, dan termasuk dalam sedikit sahabat yang memperoleh syahid dalam pertempuran tersebut. Ketika memacu semangat pasukan muslim, Umair mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, “Demi diri Muhammad di tangan-Nya, tidaklah seseorang di antara mereka yang berperang pada hari ini dengan sabar, mengharap keridhaan Allah, maju terus pantang mundur, melainkan Allah akan memasukkannya ke surga…!!” Umair begitu terkesan dengan seruan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam tersebut. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda lagi, “Bangkitlah menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi..!!” "Surga luasnya seluas langit dan bumi??" Kata Umair seolah tak percaya. Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengiyakan, Umair berkata, “Bakhin! Bakhin!!” Mendengar ucapannya itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, “Wahai Umair, apa yang membuatmu berkata : Bakhin, bakhin?” “Tidak lain, ya Rasulullah, kecuali aku ingin menjadi salah satu penghuninya." "Engkau adalah salah satu dari penguni surga!!" Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menandaskan. Mendengar sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam mata Umair jadi berbinar-binar penuh kegembiraan. Ia yang telah mengambil kurma dari wadahnya untuk dimakan, tiba-tiba mengembalikannya, dan berkata, "Untuk hidup hingga menghabiskan kurma-kurma ini rasanya terlalu lama." Diletakkannya kurma itu dan Umair segera terjun ke medan pertempuran. Ia berperang dengan perkasa memporak-porandakan kaum kafir Quraisy hingga menemui syahidnya. Sebagian riwayat lain menyebutkan, peristiwa tersebut menjadi asbabun nuzul dari Surah Al Baqarah 154. Sebagian riwayat menyebutkan, sahabat yang gugur tersebut adalah Tamim bin Hammam, bukan Umair bin Hammam. (Sirah Shafiyyurahman Al Mubarakfury) Motivasi Kepada Auf bin Harits Para pemuda Anshar tersebut tampaknya marah dan tersinggung dengan sikap yang meremehkan itu, tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam memanggil mereka untuk kembali. Kemudian beliau memerintahkan Ubaidah bin Harits, Hamzah dan Ali bin Abi Thalib untuk menghadapi mereka, dan akhirnya berhasil mengalahkannya. Tetapi Ubaidah terluka parah dalam duel tersebut, yang menghantarnya memperoleh syahid dalam pangkuan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Auf bin Harits cukup kecewa karena gagal berduel dengan tokoh Quraisy. Karena itu, setelah peperangan mulai berlangsung, ia mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan bertanya, "Wahai Rasulullah, apa yang bisa menyebabkan Rabb (Allah) tersenyum terhadap hamba-Nya??" Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam tersenyum melihat semangatnya. Beliau memang seorang motivator yang hebat, yang memahami benar bagaimana perasaan pemuda Anshar ini akibat peristiwa yang dialami sebelumnya. Beliau bersabda, "Kalau Dia melihat hamba-Nya menerjunkan diri menyerang musuh tanpa memakai baju besi!!" Mendengar sabda beliau ini, Auf segera melepaskan baju besi yang dipakainya, kemudian menghambur menyerang musuh dengan pedangnya. Benarlah yang dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, dengan tanpa memakai baju besi, ia jadi lebih leluasa bergerak dan lebih maksimal dalam "menumpahkan" semangatnya untuk membela panji-panji keislaman. Tetapi tak ayal, tubuhnya-pun menjadi serangan empuk dari berbagai macam senjata musuh dan akhirnya ia menemui syahidnya. (Sirah Shafiyyurahman Al Mubarakfury) Seruan Syurga Di Perang Badar Dari Anas bin Malik RA, dia berkata, "Rasululah Shallallahu ‘alaihi Wasallam telah mengutus Busaisah sebagai mata-mata untuk mengamati apa yang dilakukan oleh kafilah Abu Sufyan bin Harb yang membawa berbagai macam perbekalan makanan. Ketika Busaisah tiba, tidak ada seorang pun selain saya dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam (Ia berkata, 'Saya tidak tahu dengan pasti, kecuali beberapa orang istrinya).' Setelah melaporkan hasilnya, Rasulullah lalu keluar dari rumah dan berkata kepada para sahabatnya, 'Sebenarnya ada sesuatu yang akan aku cari. Oleh karena itu, barang siapa yang hewan kendaraannya sudah siap sedia, mari segera berangkat bersamaku.' Sementara itu ada beberapa orang sahabat yang meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam untuk mengambil hewan kendaraannya di dataran tinggi kota Madinah. Namun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berkata, "Tidak usah pergi ke sana, kecuali bagi siapa yang hewan kendaraannya memang sudah siap sedia.' Lalu berangkatlah Rasulullah dan beberapa orang sahabatnya menuju Badar mendahului orang-orang musyrik. Tak lama berselang, barulah orang-orang musyrik datang ke sana.Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memberi aba-aba seraya memperingati para sahabatnya, 'Jangan ada di antara kalian yang bertindak sebelum ada komando dariku.' Lalu pasukan kaum musyrikin mulai bergerak mendekat. Pada saat itulah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berseru, 'Wahai para sahabatku sekalian, bangkitlah untuk menyambut surga Allah yang luasnya seluas langit dan bumi!' Mendengar seruan Rasulullah itu, seorang sahabat yang bernama Umair bin Al Humam Al Anshari terperangah dan bertanya, 'Ya Rasulullah, apakah benar luas surga seluas langit dan bumi?' Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawab, 'Ya.' Lalu Umair bin Al Humam Al Anshari berseru, 'Wah! Wah!' Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam balik bertanya kepadanya, 'Hai Umair, apa yang membuatmu melontarkan kata-kata Wah! wah!?" Umair bin Al Humam Al Anshari menjawab, Tidak apa-apa ya Rasulullah! Hanya saja saya berharap agar saya menjadi salah seorang penghuninya.' Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berkata, 'Sesungguhnya kamu termasuk salah seorang penghuninya.' Lalu Umair bin Al Humam Al Anshari mengeluarkan beberapa buah kurma dari kantong bajunya dan setelah itu memakannya. Kemudian ia berkata, 'Seandainya saya nanti masih hidup sebelum habis memakan kurma-kurma ini, berarti hal itu adalah kehidupan yang panjang.' Setelah membuang buah kurma miliknya, ia maju menerjang pasukan musuh, hingga akhirnya gugur sebagai syahid'."(HR. Muslim) Motivasi untuk Abu Dujanah Pada hari menjelang Uhud, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memegang sebilah pedang kemudian bertanya kepada pasukannya : „Siapakah di antara kalian yang sanggup memenuhi fungsi pedang ini ?“ Abu Dujanah maju seraya menjawab :“ Aku sanggup memenuhi fungsinya.“ Ia kemudian menerima pedang tersebut dari tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Ia mengeluarkan pedang tersebut dari tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Ia mengeluarkan selembar kain merah lalu diikatkan di kepala (kebiasaan Abu Dujanah jika ingin berperang sampai mati) kemudian ia berjalan mengelilingi barisan dengan membanggakan diri. Melihat ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :„Sesungguhnya cara berjalan seperti itu dimurkai oleh Allah swt kecuali pada tempat (dan peristiwa) seperti ini (perang).“ (Siroh Al Buthy) Memotivasi Sahabat Dalam PerangUhud Dari Sa'd bin Abu Waqash berkata,"Pada saat perang Uhud, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengambilkan anak panah dari wadahnya untukku, lalu beliau bersabda: "Lemparlah, demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu." (HR. Bukhari) Motivasi Untuk Thalhah bin Ubaidillah Ketika barisan kaum muslimin terpecah belah dan kocar-kacir dari samping Rasulullah, perajurit muslim yang tinggal di dekat beliau hanya sebelas orang Anshar dan Thalhah bin Ubaidillah dari kaum Muhajirin. Rasulullah dan orang-orang yang mengawal beliau naik ke sebuah bukit, tetapi beliau dihadang oleh ratusan kaum musyrikin yang hendak membunuhnya. Maka bersabda Rasulullah, “Siapa yang berani melawan mereka, maka dia menjadi temanku kelak di syurga.” “Saya, ya Rasulullah! kata Thalhah. “Tidak! Jangan engkau! Engkau harus tetap di tempatmu! Rasulullah memerintahkan. “Saya, ya Rasulullah! kata seorang sahabat Anshar. “Ya! Engkau!” kata Rasulullah. Perajurit Anshar itu maju melawan perajurit musyrikin, sehingga perajurit Anshar gugur karena membela nabinya. Rasulullah terus naik, tetapi dihadang pula oleh tentara musyrikin. Kata Rasulullah, “Siapa yang berani melawan mereka ini?” “Saya, ya Rasulullah! kata Thalhah mendahului yang lain-lain. “Tidak! Jangan engkau! Engkau tetap di tempatmu! “ kata Rasulullah memerintah. “Saya, ya Rasulullah!” kata seorang perajurit Anshar. “Ya! Engkau! Maju!” kata Rasulullah. Prajurit Anshar itu maju melawan tentara musyrikin, sehingga dia gugur pula. Demikianlah seterusnya, setiap Rasulullah meminta pahlawannya untuk melawan tentara musyrikin, Thalhah selalu memajukan diri, tetapi senantiasa ditahan oleh Rasulullah dan diperintahkannya tetap di tempat, dan memberi peluang perajurit Anshar, sehingga sebelas orang perajurit Anshar gugur semuanya menemui syahid. Maka tinggallah Thalhah seorang. Kata Rasulullah kepada Thalhah, “Sekarang engkau, hai Thalhah!” Dalam perang itu, Rasulullah mengalami patah taring kening dan bibirnya luka, sehingga darah mengucur di muka beliau, dan beliau kepayahan. Karena itu Thalhah menerkam musuhnya dan menghalau mereka sekuat tenaga, supaya mereka tidak dapat menghampiri Rasulullah. Kemudian Thalhah kembali ke dekat Rasulullah, lalu dinaikkannya beliau sedikit ke bukit, dan disandarkannya ke tebing. Sesudah itu kembali menyerang musuh, sehingga dia berhasil menyingkirkan mereka dari Rasulullah. Kata Abu Bakar, “Saya dan Abu Ubaidillah bin Jarah ketika sedang berada agak jauh dari Rasulullah. Setelah kami tiba untuk membantu, beliau berkata, “Tinggalkan aku! Bantulah Thalhah, kawan kalian!” Kami dapati Thalhah berlumuran darah, yang mengalir dari seluruh tubuhnya. Di tubuhnya terdapat tujuh puluh sembilan luka bekas tebasan pedang, atau tusukan lembing, dan lemparan panah. Pergelangan tangannya putus sebelah, dan dia terbaring di tanah dalam keadaan pengsan.” Rasulullah bersabda sesudah itu mengenai Thalhah, “Siapa yang ingin melihat orang berjalan di muka bumi sesudah mengalami kematiannya, maka lihatlah Thalhah bin Ubaidillah!” Bila orang membicarakan perang Uhud di hadapan Abu Bakar Shiddiq, maka Abu Bakar berkata, “Perang hari itu adalah peperangan Thalhah keseluruhannya.” Kisah Perang Uhud Dari Anas bin Malik RA, bahwa pada saat-saat kritis dalam perang Uhud, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dilindungi oleh tujuh orang sahabat dari Anshar dan dua orang Quraisy (kaum Muhajirin). Ketika pasukan musuh kian mendekat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, 'Barang siapa ada di antara kalian yang dapat menghalau mereka, musuh-musuh tersebut dari kita, maka ia akan memperoleh surga, atau setidaknya ia menjadi kawanku di surga." Mendengar pernyataan Rasulullah itu, maka tampillah seorang sahabat dari kaum Anshar. Dengan gagah berani ia terjang musuh-musuh tersebut dengan pedangnya yang tajam, hingga ia gugur sebagai syahid. Pasukan musuh semakin maju dan terus mendekat. Lalu untuk kedua kalinya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, "Barang siapa ada di antara kalian yang dapat menghalau mereka, musuh-musuh tersebut dari kita, maka ia memperoleh surga atau setidaknya menjadi kawanku di surga." Tak lama kemudian majulah seorang sahabat dari kaum Anshar. Ia berupaya menghalau pasukan musuh dengan gagahnya, hingga ia pun gugur sebagai seorang syahid. Begitulah seterusnya, hingga ketujuh orang sahabat Anshar itu gugur semua sebagai syuhuda di jalan Allah. Kepada dua orang sahabat Muhajirin yang masih bersama dengannya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berkata, "Sungguh aku tidak dapat lagi memaksa sahabat-sahabatku." (HR. Muslim) Komando Di Perang Ahzab Sulaiman bin Shard berkata;aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda ketika perang al-Ahzab dimulai: "Sekarang kita akan menyerang mereka dan mereka tidak akan menyerang kita, dan kita akan menghadapi mereka." (HR. Bukhari) Motivasi versus Quraidhah Rasulullah menutup kepalanya dengan pakaiannya ketika mendengar berita tentang pengkhiatan Bani Quraizhah, lalu beliau berbaring dan diam cukup lama sehingga kondisi yang dialami oleh kaum Muslimin semakin parah. Kemudian beliau bangkit seraya berkata,”Allahu Akbar, wahai kaum Muslimin, optimislah kalian dengan kemenangan dan pertolongan Allah.” (Sirah Shafiyyurahman Al Mubarakfury) Pujian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pada Sahabat Pemilihan Komandan Khaibar Dari Sahal bin Sa'ad RA, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam telah bersabda ketika terjadi perang Khaibar,"Sesungguhnya akan aku serahkan bendera perang ini kepada seorang laki-laki yang di tangannya Allah akan memberikan kemenangan bagi kaum muslimin. Ia mencintai Allah dan Rasulnya, serta sebaliknya yaitu bahwasanya Allah dan Rasulnyapun mencintainya." Sahal berkata, "Satu malam lamanya para sahabat bertanya-tanya, siapa di antara mereka yang ditugasi membawa bendera perang." Esok harinya, para sahabat dan kaum muslimin lainnya datang menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Setiap orang dari mereka ingin diberi tugas untuk membawa bendera perang tersebut. Lalu Rasulullah bertanya, "Di mana Ali bin Abu Thalib?" Para sahabat menjawab, "Ia sedang menderita sakit mata ya Rasulullah." Rasulullah berkata, "Bawalah ia kemari!" Tak lama kemudian, Ali bin Abu Thalib datang menemui Rasulullah. Lalu Rasulullah meludahi kedua matanya dan berdoa untuk kesembuhannya. Tak lama kemudian kedua mata Ali RA sembuh tanpa ada rasa sakit lagi. Kemudian Rasulullah menyerahkan bendera perang itu kepadanya. Ali bin Abu Thalib bertanya, "Ya Rasulullah, apakah saya harus memerangi kaum musyrikin hingga mereka menjadi orang-orang muslim seperti kita?" Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawab, "Hai Ali, laksanakanlah tugasmu dengan baik dan tidak tergesa-gesa, hingga kamu tiba di wilayah mereka! Setelah itu, serulah mereka untuk masuk ke dalam agama Islam dan beritahukan kepada mereka tentang kewajiban-kewajiban yang harus mereka lakukan di dalam ajaran Islam! Demi Allah, sungguh petunjuk Allah yang diberikan kepada seseorang {hingga ia masuk Islam} melalui perantaraanmu, adalah lebih baik bagimu daripada kamu memperoleh nikmat yang melimpah ruah dari unta merah" (HR. Muslim) Pujian Untuk Zubair Tatkala perang Uhud, pemicu pertempuran pertama adalah pembawa panji orang-orang musyrik, Thalhah bin abu Thalhah al abdari, ia adalah salah seorang prajurit Quraisy yang sangat pemberani, pasukan Islam menjulukinya mesin perag, ia keluar dengan menunggang seekor unta, ia menantang duel, orang-orang tidak mau menghadapinya karena keberaniannya yang luar biasa, tetapi az zubair maju menghadapinya tanpa memberinya kesempatan dan langsung menikamnya bagaikan singa, hingga ia berada di atas untanya kemudian ia menjerembabkan unta itu ke bumi, lalu melemparkannya dari atas unta dan menyembelihnya dengan pedangnya. Nabi melihat perkelahian yang menarik ini, maka beliau bertakbir dan diikuti oleh pasukan Islam, lalu beliau memuji az zubair, dan berkata tentang kedudukannya,”Sesungguhnya setiap Nabi punya Hawari (pengikut setia) dan hawariku adalah az zubair.” (Sirah Shafiyyurahman Al Mubarakfury) Pujian Untuk Mujahid Uhud Setelah kembali dari perang Uhud, beliau serahkan pedangnya kepada putri beliau, Fatimah, kemudian beliau berkata,”Wahai putriku, basuhlah darah dari pedang ini, demi Allah, dia benar-benar tidak mengecewakanku hari ini.” Ali bin Abu Thalib pun memberikan pedangnya pada Fatimah, dan berkata,”Pedang ini juga, basuhlah darah yang ada padanya, demi Allah, pada hari ini dia tidak mengecewakanku.” Maka bersabdalah Rasulullah,”Jika engkau telah mati-matian berperang,maka Sahal bin Hanif dan Abu Dujanah uga telah mati-matian berperang bersamamu.” (Sirah Shafiyyurahman Al Mubarakfury) Pujian Dalam Perang Dzi Qarad Dalam perang Dzi Qarad, Rasululla bersabda,”Pasukan berkuda kita yang terbaik pada hari ini adalah Abu Qatadah, sedang pasukan pejalan kaki adalah Salamah.” Kemudian beliau memberi Salamah dua bagian, bagian pasukan berkuda dan bagian pasukan pejalan kaki, kemudian beliau membonceng Salamah di belakangya di atas Adhba (nama unta), pulang menuju Madinah. (Sirah Shafiyyurahman Al Mubarakfury)

Doa Malam Nifsu syaban

 اَللَٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَ لَا يُمُنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا اْلجَلَالِ وَالْاِكْرَامِ * يَا ذَا الطَّوْلِ وَالْاِنْعَامِ * لَاۤ اِلٰهَ اِل...