Sabtu, 27 November 2021

Keberanian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam

KEBERANIAN Jangan Takut-Jangan Takut Dari Anas dia berkata;Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah sosok yang paling baik (perawakannya), orang yang paling dermawan dan pemberani, Pada suatu malam penduduk Madinah dikejutkan oleh suatu suara, lalu orang-orang keluar ke arah datangnya suara itu. Di tengah jalan mereka bertemu dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang hendak pulang. Rupanya beliau telah mendahului mereka ke tempat datangnya suara itu. Beliau mengendarai kuda yang dipinjamnya dari Abu Thalhah, beliau tidak membawa lampu sambil menyandang pedang beliau bersabda: "Jangan takut! Jangan takut!" kata Anas; "Kami dapati beliau tengah menunggang kuda yang berjalan cepat atau sesungguhnya kudanya berlari kencang."(HR. Bukhari) Yakin Pertolongan Allah Setelah gagal berdakwah di Thaif Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersama Zaid berangkat menuju ke Mekkah. Ketika itu Zaid bin Haritsa bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam; “Bagaimana engkau hendak pulang ke Mekkah, sedangkan penduduknya telah mengusir engkau dari sana?“ Beliau menjawab, “Hai Zaid, sesungguhnya Allah akan menolong agama-Nya dan membela Nabi-Nya.“ Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengutus seorang lelaki dari Khuza’ah untuk menemui Muth’am bin ‘Adi dan mengabarkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam ingin masuk ke Mekkah dengan perlindungan darinya. Keinginan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam ini diterima oleh Muth’am sehingga akhirnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam kembali memasuki Mekkah. [Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah karangan Dr. Muhammad Sa`id Ramadhan Al Buthy, alih bahasa (penerjemah): Aunur Rafiq Shaleh, terbitan Robbani Press] Innallaha Ma’ana Dari Abu Bakar, ia berkata,”Kami berangkat sementara orang-orang Quraisy mengejar kami namun tidak seorangpun yang berhasil menemui kami selain Suraqah bin Malik bin Ju’syum yang menunggangi kudanya. Lalu aku berkata,’Pelacakan ini telah mencapai kita, wahai Rasulullah!’ Lantas beliau membaca firman Allah,’Jangalah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.’ (QS. At taubah: 40). (HR. Bukhari) Allah menjadi yang Ketiga Dari Anas dari Abu Bakar, dia berkata,”Aku berada di sisi Nabi di gua tsur, lalu saat aku menengadahkan kepalaku, aku dapati kaki-kaki mereka tepat di atas(ku). Lantas aku berkata,”Wahai Rasulullah, andaikata salah seorang dari mereka menoleh ke bawah pasti dia dapat melihat kita.” Beliau berkata,”Diamlah, wahai Abu Bakar! Kita (memang) berdua tapi Allah-lah pihak ketiganya.” (HR. Bukhari) Gempa di Gunung Uhud Dari Anas ra, dia mengatakan, “Rasulullah mendaki Gunung Uhud bersama Abubakar, Umar, dan Utsman. Lalu gunung Uhud bergetar. Para sahabat menjadi panik namun Rasulullah dengan tenang bersabda, ‘Tenanglah, Uhud! karena tidak ada yang berada di atasmu selain seorang nabi, orang shiddiq (Abubakar), dan dua orang syahid (Umar dan Utsman)”. (HR. Bukhari) Kepahlawanan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Ikut Dalam Perang Fijar Juga orang berselisih pendapat mengenai tugas yang dipegang Muhammad dalam perang itu. Ada yang mengatakan tugasnya mengumpulkan anak-anak panah yang datang dari pihak Hawazin lalu di berikan kepada paman-pamannya untuk dibalikkan kembali kepada pihak lawan. Yang lain lagi berpendapat, bahwa dia sendiri yang ikut melemparkan panah. Tetapi, selama peperangan tersebut telah berlangsung sampai empat tahun, maka kebenaran kedua pendapat itu dapat saja diterima. Mungkin pada mulanya ia mengumpulkan anak-anak panah itu untuk pamannya dan kemudian dia sendiripun ikut melemparkan. Beberapa tahun sesudah kenabiannya Rasulullah menyebutkan tentang Perang Fijar itu dengan berkata: "Aku mengikutinya bersama dengan paman-pamanku, juga ikut melemparkan panah dalam perang itu; sebab aku tidak suka kalau tidak juga aku ikut melaksanakan." (Siroh Muhammad Husain Haikal) Kesaksian Ali bin Abi Thalib dan Anas Ali bin Abi Thalib mengatakan "Apabila dua pasukan sudah saling bertemu dan pepe-rangan sudah demikian sengit, kamipun berlindung di belakang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tidak ada seorangpun yang paling dekat kepada musuh daripada beliau." (HR. Al-Baghawi) Dari Ali bin Abu Thalib, dia berkata,”Sewaktu perang Badar kami berlindung ke tubuh Rasulullah dari serangan orang-orang musyrik, dan beliau adalah orang yang paling kuat.” (HR. Ahmad dan Baihaqi) Dari Anas, dia berkata,”Jika ada serangan gencar, kami berlindung kepada Rasulullah.” (HR. Muslim) Mengalihkan Perhatian Kafir di Uhud Pada waktu itu Rasulullah bersma sekelompok kecil yaitu sembilan orang sahabatnya di bagian belakang pasukan Islam, beliau sedang mengawasi mereka yang sedang embunuh dan menejar pasukan musyrikin, ketika secara tiba-tiba mereka diserang oleh pasukan berkuda Khalid. Di hadapan beliau ada dua pilihan, yang pertama beliau menyelamatkan diri dengan cepat-bersama sembilan sahabatnya ke tempat perlindungan yang aman dan membiarkan pasukannya yang terkepung menuju takdirnya yang tertulis, sedang yang kedua mempertaruhkan nyawanya dan menyeru para sahabatnya agar berkumpul di sekitarnya kemudian bersama mereka membentuk front yang kuat untuk beliau gunakan membuka jalan ke arah bukit-bukit Uhud bagi para pasukannya yang terkepung. Di sana tampaklah kejeniusan Rasulullah dan keberaniannya yang tiada tanding, beliau mengeraskan suaranya memanggil para sahabatnya,”Wahai hamba-hamba Allah.” Beliau tahu bahwa orang-orang musyrikin akan mendengar suara beliau sebelum didengar oleh orang-orang Islam, tetapi beliau memamnggil dan menyeru mereka dengan mempertaruhkan jiwanya pada situasi yang genting ini. Benar saja, pasukan musyrikin mengetahui keberadaan beliau, maka mereka pun merangsek ke arahnya, sebelum kaum Muslimin sampai kepada beliau. (Sirah Shafiyyurahman Al Mubarakfury) Keberanian Rasulullah di perang Hunain Dari Abu Ishaq katanya, pernah kudengar Al Bara' radliallahu 'anhu yang ketika itu ada seseorang yang datang lantas berujar; "Wahai Abu Umarah, apakah engkau melarikan diri pada perang Hunain? Jawabannya; "Adapun aku, dan aku bersaksi atas diri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau tidak melarikan diri, namun kemudian para sahabat sedemikian cepat dihujani anak panah oleh Bani Hawazin sedang Abu Sufyan bin Al Harits memegang kepala bighalnya yang putih dan Nabi berseru: ' Aku adalah seorang Nabi yang tak dusta, Aku anak Ibnul Abdul Muththalib’. (HR. Bukhari) Dari Salamah bin Akwa' RA, dia berkata, "Kami pernah ikut berperang bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dalam perang Hunain. Pada saat kami telah berhadap-hadapan langsung dengan pasukan musuh, saya maju dan terus naik ke puncak sebuah bukit. Tiba-tiba ada seorang musuh yang berupaya menghalangi maksud saya. Akhirnya, tanpa pikir panjang, saya bidik ia dengan anak panah saya. Namun sayang, ia dapat menghindari bidikan saya. Setelah itu saya melihat pasukan musuh yang berada di atas bukit yang lain. Mereka mampu membuat pasukan kaum muslimin kewalahan, hingga kami terpaksa mundur. Sedangkan saya sendiri akhirnya memilih lari dari serangan musuh. Pada saat itu saya tengah mengenakan dua helai kain selimut. Namun karena tergesa-gesa, jalinan kain tersebut terlepas dari yang lainnya. Tetapi akhirnya dapat dipersatukan kembali. Saat itu saya juga melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tengah berlari dengan mengendarai bighalnya yang berwarna kelabu. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berkata, 'Ibnu Akwa' benar-benar terlihat takut sekali.' Ketika para sahabat sedang membuat pagar betis untuk melindungi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, beliau malah turun dari bighalnya sambil terus memungut segenggam pasir. Kemudian beliau melemparkan pasir tersebut kepada orang-orang kafir seraya berkata, 'Wajah-wajah telah menjadi buruk!' Akhirnya, atas izin Allah, setiap mata musuh yang terkena pasir tersebut buta dan tidak dapat melihat sesuatu apapun, padahal pasir itu hanya segenggaman tangan beliau. Pasukan musuh secara teratur mundur dari medan perang, dan kemenangan berada di tangan kaum muslimin. Setelah itu Rasulullah membagikan harta rampasan perang kepada pasukan kaum muslimin."' (HR. Muslim) Setelah meriwayatkan peristiwa perang Hunain ini Ibnu Katsir di dalam tafsirnya berkata :“Aku berkata : Ini merupakan puncak keberanian yang sempurna. Di tengah berkecamuknya pertempuran seperti ini tanpa perlindungan pasukannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dengan tenang tetap berada di atas untanya (atau baghal) yang tidak pandai berlari dan tidak bisa digunakan untuk berlari kencang meninggalkan medan atau melancarkan serangan. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengendalikan untanya ke arah mereka seraya meneriakkan namanya agar diketahui oleh orang yang tidak mengenalnya hingga Hari Kemudian. Kesmuanya ini tidak lain hanyalah merupakan keyakinan (tsiqah) kepada Allah, tawakal kepada-Nya dan kesadaran bahwa Allah pasti akan menolongnya, menyempurnakan Risalah-Nya dan memenangkan agama-Nya atas semua agama.(Siroh Al Buthy) Penyerangan Khaibar Biasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam tidak akan mulai memerangi suatu kaum sampai waktu padi datang. Jika beliau mendengar suara adzan di tempat itu beliau tidak jadi memerangi kaum itu. Jika tidak terdengar suara adzan maka beliau akan menyerang kaum itu. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bergerak maju. Ketika para petani Khaibar , yang membawa cangkul dan keranjang, menyaksikan kedatangan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam mereka lari terbirit-birit seraya berteriak “Muhammad datang beserta tentaranya.“ Menyaksikan hal ini kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : „Allah Maha Besar! Binasalah Khaibar ! Bila kami tidak di halaman suatu kaum, maka pagi harinya orang-orang yang telah diberi peringatan akan mengalami nasib buruk“.(Siroh Al Buthy) Dialog Keimanan Setelah Perang Uhud Dialog Setelah Perang Uhud Dari Al Barra radliallahu 'anhu, dia berkata,"Suatu ketika kami bertemu pasukan Musyrikin, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menempatkan pasukan pemanah di bawah komando Abdullah. Beliau berpesan: "Diamlah kalian di sini, walaupun kalian melihat kami menang atas mereka, janganlah kalian meninggalkan tempat ini, dan jika kalian melihat kami kalah, janganlah kalian (pindah tempat) untuk menolong kami." Ketika perang mulai berkecamuk, maka pasukan musuh dapat dipukul mundur hingga aku melihat para wanita berlarian ke gunung hingga tersingkap betis mereka dan tampaklah gelang kaki mereka. Lalu kaum Muslimin (pasukan pemanah) berebut mengambil (ghanimah) sambil berkata, "Ghanimah, ghanimah!" Abdullah pun akhirnya berteriak, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah berpesan, janganlah kalian meninggalkan tempat kalian!" Namun mereka tidak peduli, ketika mereka tidak memperdulikan wasiat Nabi, maka wajah mereka menjadi terseret (kocar kacir) hingga menyebabkan tujuh puluh sahabat gugur, kemudian Abu Sufyan naik ke tempat yang tinggi dan berseru, "Apakah di antara kalian ada Muhammad?" beliau bersabda: "Jangan dijawab." Abu Sufyan kembali bertanya, "Apakah di antara kalian terdapat Abu Quhafah?" Beliau bersabda: "Jangan dijawab." Dia kembali bertanya, "Apakah di antara kalian terdapat Ibnul Khattab?" Abu Sufyan melanjutkan, "Sesungguhnya mereka telah tewas, sekiranya mereka masih hidup, tentu mereka akan menjawabnya." Ternyata Umar tidak dapat menahan dirinya dan berkata, "Kamu telah berdusta wahai musuh Allah, Allah akan tetap membuat kalian terhina." Abu Sufyan berkata, "Tinggilah Hubal." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jawablah." Para sahabat bertanya, "Apa yang harus kami katakan?" Beliau bersabda: "Katakanlah, 'Allah lebih tinggi dan lebih mulia'." Abu Sufyan kemudian berkata, "Kami memiliki 'Uzza sementara kalian tidak memilikinya." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jawablah." Para sahabat bertanya, "Apa yang harus kami katakan?" Beliau bersabda: "Katakanlah, 'Allah adalah penolong kami dan kalian tidak memiliki penolong'." Abu Sufyan kembali berkata, "Hari ini adalah hari pembalasan untuk hari Badr, dan perang silih berganti, dan kalian akan menemukan penyincangan yang tidak aku perintahkan, namun aku tidak membencinya." (HR. Bukhari)

Doa Malam Nifsu syaban

 اَللَٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَ لَا يُمُنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا اْلجَلَالِ وَالْاِكْرَامِ * يَا ذَا الطَّوْلِ وَالْاِنْعَامِ * لَاۤ اِلٰهَ اِل...