Sabtu, 27 November 2021

Kemarahan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam

KEMARAHAN Kemarahan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Rasulullah Menahan Amarah Bilamana jamaah haji sudah sampai di Mekah pada hari keempat Zulhijjah, Nabi cepat-cepat menuju Ka'bah diikuti oleh kaum Muslimin yang lain. Kemudian ia menyentuh hajar aswad dan menciumnya, lalu bertawaf di Ka'bah sebanyak tujuh kali dan pada tiga kali yang pertama ia berlari-lari seperti yang dilakukan pada waktu 'umrat'l-qadza'. Setelah melakukan salat di Maqam Ibrahim ia kembali dan sekali lagi mencium hajar aswad. Kemudian ia keluar dari mesjid itu menuju ke sebuah bukit di Shafa, lalu melakukan sa'i antara Shafa dan Marwa. Selanjutnya Muhammad berseru supaya barangsiapa tidak membawa ternak kurban untuk disembelih, jangan terus mengenakan pakaian ihram. Ada beberapa orang yang masih ragu-ragu. Atas sikap yang masih ragu-ragu ini Nabi marah sekali seraya katanya "Apa yang kuperintahkan, lakukanlah." Dalam keadaan masih gusar itu Nabi memasuki kubahnya, sehingga Aisyah bertanya: "Kenapa jadi marah?" "Bagaimana takkan marah, aku memerintahkan sesuatu tidak dijalankan." Ketika ada salah seorang sahabat menemuinya ia masih dalam keadaan marah. "Rasulullah," katanya, "orang yang membuat tuan jadi marah akan masuk neraka." Ketika itu Rasul menjawab: "Tidak kau ketahui, bahwa aku memerintahkan sesuatu kepada mereka tapi mereka masih ragu-ragu? Jika aku menghadapi tugasku, aku takkan pernah mundur! Aku tidak membawa ternak kurban itu kemari sebelum aku membelinya. Sesudah itu aku melepaskan ihram seperti mereka juga," demikian Muslim melaporkan. Setelah kaum Muslimin mengetahui, bahwa Rasulullah sampai marah, ribuan mereka segera melepaskan pakaian ihramnya dengan perasaan menyesal sekali. (Siroh Muhammad Husain Haikal) Siapa lagi yang lebih adil? Dari Ibnu Mas’ud ra. Berkata, ketika perang Hunain, Rasulullah membagi-bagikan ghanimah (harta rampasan perang) lebih kepada beberapa orang. Beliau memberikan kepada Aqra’ bin Habis 100 onta, memberi Uyainah bin Hishan 100 onta, dan memberi kepada beberapa orang dari pemuka-pemuka Arab, juga memberikan ghanimah yang lebih kepada mereka pada waktu itu. Maka ada seseorang yang berkata, “Demi Allah sungguh pembagian ini tidak adil, dan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan Allah”. Maka akupun berkata kepadanya, “Demi Allah akan aku beritahukan kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam”. Lalu segera mendatangi Rasulullah dan aku kabarkan dengan apa yang ia katakan, lalu berubahlah wajahnya hingga keadaannya seperti “sharf” (celupan warna merah). Kemudian beliau bersabda, “Siapa lagi yang akan berbuat adil apabila Allah dan Rasulnya tidak berbuat adil?”. Kemudian beliau bersabda lagi: “Semoga Allah merahmati Musa sungguh ia telah disakiti lebih banyak daripada ini lalu iapun bersabar”. (HR. Bukhari-Muslim) Kemarahan Rasulullah Tentang Nasab Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al 'Ala` berkata, Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Buraid dari Abu Burdah dari Abu Musa berkata;Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya tentang sesuatu yang Beliau tidak suka, ketika terus ditanya, Beliau marah lalu berkata kepada orang-orang: "Bertanyalah kepadaku sesuka kalian". Maka seseorang bertanya: "Siapakah bapakku?" Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Bapakmu adalah Hudzafah". Yang lain bertanya: "Siapakah bapakku wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?: "Bapakmu Salim, sahaya Syaibah" Ketika Umar melihat apa yang ada pada wajah Beliau, dia berkata: "Wahai Rasulullah, kami bertaubat kepada Allah 'azza wajalla".(HR. Bukhari) Peringatan wudhu tidak sempurna Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, Telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Abu Bisyir dari Yusuf bin Mahak dari Abdullah bin 'Amru berkata,Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah tertinggal dari kami dalam suatu perjalanan yang kami lakukan, hingga Beliau mendapatkan kami sementara waktu shalat sudah hampir habis, maka kami berwudlu' dengan hanya mengusap kaki kami. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berseru dengan suara yang keras: "celakalah bagi tumit-tumit yang tidak basah akan masuk neraka." Diserukannya hingga dua atau tiga kali. (HR. Bukhari) Apakah Dengan Allah dan Rasul-Nya Kamu Berolok-Olok? Dari Ibnu Umar, ada seorang laki-laki dari golongan munafik yang bercanda kepada kawannya guna melepas lelah ketika istirahat dalam perjalan di perang Tabuk. “Tidak pernah aku melihat manusia seperti qari-qari kita itu” Katanya sambil menunjuk beberapa sahabat Rasulullah. “Mereka berperut besar, banyak berdusta dan akut menghadapi musuh”. Rupanya guyonan itu di dengar oleh Auf bin Malik. “Kamu memang munafik!” Kata Auf “Kamu akan kulaporkan kepada Rasulullah”. Laki-laki itu berusaha mencegah Auf agar tidak mengadu kepada Rasulullah karena ia hanya berniat bercanda saja. Namun ternyata tidak lama setelah kejadian itu, turunlah ayat Al Qur’an untuk melaknat perbuatan itu. Mendengar ayat turun mengenai perilakunya, laki-laki itu datang kepada Rasulullah yang sedang mengendarai unta untuk meminta maaf. “Ya Rasulullah, aku hanya bercanda” Katanya. Namun Rasulullah tidak menggubrisnya dan beliau hanya membaca ayat Al Qur’an yang telah turun berkenaan perilaku laki-laki tersebut, “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf karena kamu kafir sesudah beriman” (TQS. At Taubah : 65-66). Orang itu masih bergelayutan di tali kekang unta Rasulullah sampai kakinya tersandung-sandung batu. Ia masih terus menjelaskan kepada Rasulullah bahwa ia hanya bercanda saja. Namun Rasulullah juga terus mengulang-ulang firman Allah di atas tanpa menambahkan ucapan lain dan tanpa menoleh ke arah orang itu sedikitpun. (HR. Ibnu Jarir) Pembelaan Tentang Betis Ibnu Mas’ud Diceritakan bahwa suatu ketika Abdullah bin Mas’ud, yang dikenal sebagai orang yang berperawakan kecil dan kurus, memanjat suatu pohon untuk mengambil siwak. Namun tiba-tiba angin kencang bertiup menyibakkan jubahnya sampai kedua betisnya yang kecil terlihat orang-orang. Serentak orang-orangpun tertawa melihat betis Ibnu Mas’ud yang sangat kecil. Dan hal itu dilihat oleh Rasulullah. “Apa yang membuat kalian tertawa?” Tanya Rasulullah. “Karena kami baru saja melihat betis Ibnu Mas’ud yang kecil, ya Rasulullah” Jawab sahabat sambil menahan tawa. Mendengar jawaban itu, Rasulullah tidak tersenyum tetapi malah memerintahkan para sahabat yang tertawa untuk diam. “Ketahuilah! Demi Allah! Sesunguhnya di sisi Allah, kedua betis Ibnu Mas’ud itu lebih berat timbangannya daripada gunung Uhud” Jelas beliau (HR. Ahmad) Menghindari Gambar Di Rumah 'Aisyah Radhiallaahu anhu menuturkan kepada kita: "Pada suatu ketika, Rasulullah baru kembali dari sebuah lawatan. Sebelumnya aku telah menirai pintu rumahku dengan korden tipis yang bergambar. Ketika melihat gambar itu Rasulullah langsung merobeknya hingga berubah rona wajah beliau seraya berkata: "Wahai 'Aisyah, sesungguhnya orang yang paling keras siksanya di sisi Allah pada Hari Kiamat adalah orang-orang yang meniru-niru ciptaan Allah." (HR. Bukhari dan Muslim) Dari Aisyah radliallahu 'anha isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,bahwa dia mengabarkan kepadanya; bahwa dirinya pernah membeli numruqah (bantal yang digunakan untuk duduk) yang ada gambarnya. Nabi shallallahu 'alaihi wasallampun berdiri di depan pintu dan tidak masuk ke dalam rumah. Seolah-olah Aisyah melihat kemarahan di wajah beliau, maka dia bertanya; "Wahai Rasulullah, aku bertaubat kepada Allah dan kepada Rasul-Nya, sebenarnya dosa apa yang telah aku perbuat?" beliau bersabda: "Ada apa dengan bantal ini?" Dia menjawab; "Aku telah membelinya agar anda duduk di atasnya atau anda jadikan sebagai bantal." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya orang yang menggambar gambar ini akan disiksa pada hari Kiamat. Dikatakan kepada mereka; 'Hidupkan yang telah kalian buat, ' kemudian beliau bersabda: "Sesungguhnya malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang ada gambarnya." (HR. Bukhari) Dari Maimunah RA bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, pada suatu hari, tampak muram. Lalu Maimunah menegurnya, "Ya Rasulullah, saya benar-benar tidak memahami kondisi Anda pada hari ini. Ada apa gerangan?" Maka Rasulullah pun menjawab, "Ya Maimunah, sebenarnya Jibril telah berjanji akan menemuiku malam ini. Akan tetapi, ia tidak datang juga. Demi Allah, ia tidak akan pernah mengingkari janjinya kepadaku." Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tetap saja berada dalam kondisi seperti seharian itu. Setelah itu, beliau ingat bahwasanya ada seekor anak anjing di bawah sekat rumah kami. Lalu beliau usir anak anjing tersebut untuk keluar dari rumah. Kemudian, beliau ambil air dan mulai memerciki tempat di mana anak anjing tersebut berada. Pada sore harinya, ternyata Malaikat Jibril datang menemui beliau. Lalu beliau bertanya kepada Jibril, "Wahai Jibril, bukankah Anda telah berjanji akan menemui saya tadi malam?" Jibril menjawab, "Benar. Tetapi saya tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya anjing ataupun gambar." Lalu, keesokan harinya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengeluarkan perintah kepada kaum muslimin untuk membunuh anjing-anjing, sampai-sampai beliau memerintahkan untuk membunuh anjing penjaga kebun yang kecil tetapi membiarkan anjing penjaga kebun yang besar." (HR. Muslim) Kritikan Untuk Rasulullah Dari Abu Sa'id Al Khudri berkata; Ali bin Abu Thalib mengirimkan sebatang emas yang belum diangkat dari cetakannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membagikannya kepada empat orang: 'Uyainah bin Badr, Aqra bin Habis, Zaid Al Khail, dan yang keempat adalah Alqamah atau 'Amir bin Thufail. Melihat hal itu, salah seorang sahabatnya berkata; "Kami lebih berhak atas emas tersebut daripada orang-orang ini." Ketika kabar itu didengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Tidakkah kalian mempercayaiku padahal aku adalah orang yang terpercaya dari langit (surga)? Aku menerima kabar dari langit, pagi hari maupun sore hari.' Tiba-tiba seorang laki-laki dengan mata cekung, tulang pipi cembung, dahi menonjol, berjanggut tipis, berkepala gundul dan menggunakan ikat pinggang berdiri dan berkata; 'Ya Rasulullah! Takutlah kepada Allah.' Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Celaka kamu.' Bukankah di muka bumi ini akulah yang paling takut kepada Allah? ' Orang itu beranjak dari tempat duduknya. Khalid bin Walid berkata; 'Ya Rasulullah! Izinkan aku menebasnya. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Jangan, bisa jadi ia mengerjakan shalat. Khalid berkata; Berapa banyak orang yang shalat berkata dengan lisannya yang tidak sesuai dengan hatinya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Aku tidak diperintah untuk menyelidiki hati seseorang atau mengetahui isi perutnya. (HR. Bukhari) Mendamaikan Sahabat yang Bertengkar Dari Abu ad-arda' radliallahu 'anhu berkata;"Aku duduk di samping Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, tiba-tiba Abu Bakr datang sambil memegang tepi baju beliau shallallahu 'alaihi wasallam hingga merapat pada lutut beliau. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Apakah teman kalian telah marah?". Maka Abu Bakr memberi salam lalu berkata; "Aku punya masalah dengan Ibnu Al Khaththab lalu aku terlanjur marah kepadanya namun kemudian aku menyesal, aku pun datang menemuinya untuk meminta maaf namun dia enggan memafkan aku. Maka itu aku datang kepada baginda". Maka beliau bersabda: "Allah akan mengampunimu, wahai Abu Bakr". Beliau mengucapkan kalimat ini tiga kali. Kemudian 'Umar menyesal lalu mendatangi kediaman Abu Bakr dan bertanya; "Apakah ada Abu Bakr?". Orang-orang menjawab; "Tidak ada". Kemudian 'Umar menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang kedatangannya ini membuat wajah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam nampak marah namun ketegangan itu berhenti karena kedatangan Abu bakr yang langsung duduk bersimpuh pada lutut beliau seraya berkata; "Wahai Rasulullah, aku sudah berbuat aniaya dua kali". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah mengutus aku kepada kalian namun kalian mengatakan; "Kamu pendusta" sedangkan Abu Bakr berkata; "Dia orang yang jujur' dan dia berjuang mengorbankan dirinya dan hartanya. Apakah kalian akan meninggalkan kepadaku sahabatku?"-Beliau ulang dua kali--. Maka sejak saat itu Abu Bakr tidak disakiti lagi. (HR. Bukhari) Apakah Engkau Membunuhnya Setelah syahadat? Usamah bin Zaid radliallahu 'anhuma mengatakan,Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengirim kami ke Khurqah, lantas kami melakukan penyerbuan ketika pagi buta, kemudian kami mengobrak abrik mereka. Aku dan seorang laki-laki Anshar kebetulan berhasil memergoki seorang laki-laki dari mereka, ketika kami bisa mengepungnya, tiba-tiba ia mengucapkan syahadat "laa-ilaaha-illallah". Si laki-laki Anshar rupanya menahan diri dari penyerbuannya, namun aku nekad menusuknya dengan tombakku hingga aku berhasil membunuhnya. Ketika kami tiba, berita ini sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Lantas beliau berujar kepadaku: "Wahai Usamah, apakah engkau membunuhnya setelah mengucapkan laa-ilaaha-illallah? Saya jawab; "Dia mengucapkan kalimat itu hanya untuk mencari selamat saja!" Rasul tidak henti melancarkan kritiknya padaku hingga aku berangan-angan kalaulah aku belum masuk Islam sebelum hari itu. (HR. Bukhari) Pengangkatan Usaman bin Zaid Belum lama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sampai di Madinah sehingga beliau memerintahkan kaum Muslimin untuk bersiap-siap memerangi orang-orang Romawi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memilih Usamah bin zaid untuk mempimpin peperangna ini. Usamah bin Zaid ketika itu masih berusia sangat muda. Ia diperintahkan oleh Rasulullahs aw agar pergi ke tempat di mana ayahnya, Zaid bin haritsah terbunuh. Disamping mendatangi perbatasan Balqo‘ dan Darum di bumi Palestina. Keberangkatan zaid bin Usamah ini bersamaan dengan permulaan sakit Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam ynag kemudian disusul dengan kematian beliau. Tetapi orang-orang munafiq menolak pemberangkatan ini seraya berkomentar : „DIA (Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam) mengangkat anak ingusan menjadi komandan di kalangan pembesar Muhajirin dan Anshar.“ Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam keluar, dalam keadaan kepada sudah terasa sakit, lalu berbicara kepada orang-orang seraya bersabda : „Jika kalian (orang-orang munafiq) menggugat kepemimpinan Usamah bin Zaid maka (tidaklah aneh karena) sesungguhnya kalian juga pernah menggugat kepemimpinan ayahnya sebelumnya. Demi Allah, sungguh ia pantas dan laik memegang kepemimpian itu. Demi Allah, ia adalah orang yang sangat aku cintai. Demi Allah, sesungguhnya (pemuda) ini (maksudnya Usamah bin Zaid) sangat baik dan pantas. Demi Allah, ia adalah orang yang sangat aku cintai, maka aku wasiatkan kepada kalian agar mentaatinya karena sesungguhnya ia termasuk orang-orang shalih di antara kalian.“ (Siroh Al Buthy)

Doa Malam Nifsu syaban

 اَللَٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَ لَا يُمُنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا اْلجَلَالِ وَالْاِكْرَامِ * يَا ذَا الطَّوْلِ وَالْاِنْعَامِ * لَاۤ اِلٰهَ اِل...